Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Eskapisme
1
Suka
608
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Mengunjungi seseorang menjelang musim dingin adalah favoritmu tiap tahun. Memakai fedora yang memiliki macam warna berjejal-jejalan sampai kamu tidak tahu warna dasar topimu sendiri, coat kirmizi selutut dan celana panjang senada, kamu merasa sempurna untuk hari yang singkat.

Manusia yang kamu pilih tahun ini, dia; laki-laki di tepi jembatan, sedang asyik memandang arah bawah. Dekat sungai sana, orang-orang terlihat mengecil, tengah bercanda tawa, berkencan, hangat.

"Aku dengar, akan benar-benar musim dingin jika salju sudah turun. Apa kau setuju?" Kamu berhasil mengejutkan sosok di samping. Dia menatapmu heran. Sudah biasa, sih. Kehadiranmu memang selalu mendapat tatap semacam itu. "Padahal sekarang saja dinginnya sudah begini. Hei, kau tidak kedinginan? Mengapa pakaianmu setipis kesabaran manusia?"

"Maaf, Anda... siapa?"

"Kau bisa menyebutku keajaiban, dan musim dingin adalah musimku, berarti? Penuh keajaiban, Yoo Guwol-ssi."

"Anda tahu namaku?"

Kamu angkat bahu. "Menjelang musim dingin, ketika kita punya harapan, barangkali akan terkabul ketika salju pertama turun. Kau punya harapan apa?"

Menolong ayah...

Kamu mendengar itu, kendati mulut Guwol tertutup rapat. Cahaya matanya mencoba mengulik secelah informasi siapa dirimu.

"Sayangnya, aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah gugur. Apalagi membangkitkan orang mati. Orang yang dibakar hidup-hidup atas kesalahan tidak seberapa."

Kamu menyadari Guwol mengetap. Hidungnya merah. Kelembapan mengambil takhta, suhu kian turun. Kamu memasukkan kedua tangan kebasmu ke dalam sepasang saku coat.

"Orang itu, ayahmu, 'kan?"

"Apa hak Anda membicarakan beliau?" Pelan suaranya, tapi sarat penekanan.

Sementara kamu, tetap tenang di posisimu berdiri.

"Mengetahui fakta itu, kau jadi suka mengkritik cerita anak-anak. Termasuk Tupai Pencuri dan Paman Agel. Biar kuceritakan secara ringkas agar menghidupkan kembali ingatanmu tentang cerita yang kau kritik. Biji pohon ek Paman Agel kerap hilang. Ternyata dicuri si tupai.

"Tupai nakal karena gemar mencuri. Paman Agel berusaha menangkapnya. Setelah tertangkap, Paman Agel tidak memberi ampun si tupai. Kira-kira kau mengkritik begini, cerita ini tidak pantas dibaca anak-anak. Isinya tidak bijak sama sekali.

"Kalau ingin mengajarkan mencuri salah, semestinya bukan dengan cara menghakimi. Agel mengeksekusi tupai tanpa tahu mungkin saja tupai kelaparan. Ketidakbijaksanaan, main hukum, apakah ini yang diajarkan kepada anak-anak? Itu kritik yang luar biasa, Yoo Guwol-ssi.

"Tapi tidak ada yang mendengar karena kau mengunci pendapatmu sendiri. Tupai Pencuri dan Paman Agel pun tetap laris, digemari anak-anak. Serupa cerita itu, ayahmu tidak mendapat kebijaksanaan, bukan?"

Guwol menatap runcing arahmu. Kamu memang terkesan melewati batas, mengatakan hal-hal yang bikin Guwol terusik.

"Jika diberi kesempatan menyelamatkan ayahmu di hari itu, kau tetap tidak bisa, Guwol-ssi."

"Berhenti bicara sembarangan!"

"Sejak ibumu menemui ayahmu di perbatasan dunia tak kasatmata, kau jarang bicara sama orang. Jadi aku senang bisa memancingmu mengeluarkan suara." Kalimatmu ini tetap tidak mampu mengurangi amarah Guwol, terlihat dari wajahnya yang kian menegang.

"Yah, walau kita tidak benar-benar mengobrol."

Satu titik putih turun, aroma beku menguar, kamu tahu harus segera hengkang.

"Barang itu bukan milik orang yang berteriak 'maling'. Mereka cuma menuduh tiada bukti. Ayahmu bukan pencuri. Semoga ini bisa menyembuhkan lebam hatimu."

Secara kilat, kamu hirap bersama angin, meninggalkan jejak asap bisu sekaligus laki-laki tanpa mantel yang kebingungan, tentang sosok aneh, tentang kata-kata yang tidak pernah telinga itu dengar, ayahmu bukan pencuri. Seolah sebongkah berlian kepercayaan telah menyelamatkan diri Guwol.

Tahun depan, kamu akan kembali ke masa serupa, meski titik-titik salju yang turun pertama kali selalu menghapus entitasmu.

Kamu siap untuk menemui target berikutnya. Tetap menikmati dan menanti. Bahkan jika dalam sebentuk eskapisme bagi yang merasa janggal.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Novel
Gold
PCPK Online Bestfriend Offline Enemy
Noura Publishing
Novel
LIRIK LANGIT
Danri AS
Novel
Gold
I Love Cooking
Mizan Publishing
Flash
REGRET
Shinta Jolanda Moniaga
Novel
Gold
Mau Minum Obat Seumur Hidup
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Ruang Tunggu
Hesti Ary Windiastuti
Novel
ALBERT EFFENDI
Nada Lingga Afrili
Cerpen
Bronze
Maya Si anak Ajaib
elfrida romaganti pasaribu
Novel
Bronze
TUK-TUK
Herman Trisuhandi
Flash
Renung
kiki
Novel
A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo
Anis Maryani
Novel
Lelaki 'Grup' Parent
Zihfa Anzani Saras Isnenda
Novel
Bronze
Hold My Fire
diannafi
Flash
Penggemar Idola
Devi Yuang
Rekomendasi
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Cerpen
Halo, Selamat Tinggal!
Ilestavan
Flash
Kucing Pencuri
Ilestavan
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Flash
Ketika
Ilestavan