Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Eskapisme
1
Suka
12,651
Dibaca

Mengunjungi seseorang menjelang musim dingin adalah favoritmu tiap tahun. Memakai fedora yang memiliki macam warna berjejal-jejalan sampai kamu tidak tahu warna dasar topimu sendiri, coat kirmizi selutut dan celana panjang senada, kamu merasa sempurna untuk hari yang singkat.

Manusia yang kamu pilih tahun ini, dia; laki-laki di tepi jembatan, sedang asyik memandang arah bawah. Dekat sungai sana, orang-orang terlihat mengecil, tengah bercanda tawa, berkencan, hangat.

"Aku dengar, akan benar-benar musim dingin jika salju sudah turun. Apa kau setuju?" Kamu berhasil mengejutkan sosok di samping. Dia menatapmu heran. Sudah biasa, sih. Kehadiranmu memang selalu mendapat tatap semacam itu. "Padahal sekarang saja dinginnya sudah begini. Hei, kau tidak kedinginan? Mengapa pakaianmu setipis kesabaran manusia?"

"Maaf, Anda... siapa?"

"Kau bisa menyebutku keajaiban, dan musim dingin adalah musimku, berarti? Penuh keajaiban, Yoo Guwol-ssi."

"Anda tahu namaku?"

Kamu angkat bahu. "Menjelang musim dingin, ketika kita punya harapan, barangkali akan terkabul ketika salju pertama turun. Kau punya harapan apa?"

Menolong ayah...

Kamu mendengar itu, kendati mulut Guwol tertutup rapat. Cahaya matanya mencoba mengulik secelah informasi siapa dirimu.

"Sayangnya, aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah gugur. Apalagi membangkitkan orang mati. Orang yang dibakar hidup-hidup atas kesalahan tidak seberapa."

Kamu menyadari Guwol mengetap. Hidungnya merah. Kelembapan mengambil takhta, suhu kian turun. Kamu memasukkan kedua tangan kebasmu ke dalam sepasang saku coat.

"Orang itu, ayahmu, 'kan?"

"Apa hak Anda membicarakan beliau?" Pelan suaranya, tapi sarat penekanan.

Sementara kamu, tetap tenang di posisimu berdiri.

"Mengetahui fakta itu, kau jadi suka mengkritik cerita anak-anak. Termasuk Tupai Pencuri dan Paman Agel. Biar kuceritakan secara ringkas agar menghidupkan kembali ingatanmu tentang cerita yang kau kritik. Biji pohon ek Paman Agel kerap hilang. Ternyata dicuri si tupai.

"Tupai nakal karena gemar mencuri. Paman Agel berusaha menangkapnya. Setelah tertangkap, Paman Agel tidak memberi ampun si tupai. Kira-kira kau mengkritik begini, cerita ini tidak pantas dibaca anak-anak. Isinya tidak bijak sama sekali.

"Kalau ingin mengajarkan mencuri salah, semestinya bukan dengan cara menghakimi. Agel mengeksekusi tupai tanpa tahu mungkin saja tupai kelaparan. Ketidakbijaksanaan, main hukum, apakah ini yang diajarkan kepada anak-anak? Itu kritik yang luar biasa, Yoo Guwol-ssi.

"Tapi tidak ada yang mendengar karena kau mengunci pendapatmu sendiri. Tupai Pencuri dan Paman Agel pun tetap laris, digemari anak-anak. Serupa cerita itu, ayahmu tidak mendapat kebijaksanaan, bukan?"

Guwol menatap runcing arahmu. Kamu memang terkesan melewati batas, mengatakan hal-hal yang bikin Guwol terusik.

"Jika diberi kesempatan menyelamatkan ayahmu di hari itu, kau tetap tidak bisa, Guwol-ssi."

"Berhenti bicara sembarangan!"

"Sejak ibumu menemui ayahmu di perbatasan dunia tak kasatmata, kau jarang bicara sama orang. Jadi aku senang bisa memancingmu mengeluarkan suara." Kalimatmu ini tetap tidak mampu mengurangi amarah Guwol, terlihat dari wajahnya yang kian menegang.

"Yah, walau kita tidak benar-benar mengobrol."

Satu titik putih turun, aroma beku menguar, kamu tahu harus segera hengkang.

"Barang itu bukan milik orang yang berteriak 'maling'. Mereka cuma menuduh tiada bukti. Ayahmu bukan pencuri. Semoga ini bisa menyembuhkan lebam hatimu."

Secara kilat, kamu hirap bersama angin, meninggalkan jejak asap bisu sekaligus laki-laki tanpa mantel yang kebingungan, tentang sosok aneh, tentang kata-kata yang tidak pernah telinga itu dengar, ayahmu bukan pencuri. Seolah sebongkah berlian kepercayaan telah menyelamatkan diri Guwol.

Tahun depan, kamu akan kembali ke masa serupa, meski titik-titik salju yang turun pertama kali selalu menghapus entitasmu.

Kamu siap untuk menemui target berikutnya. Tetap menikmati dan menanti. Bahkan jika dalam sebentuk eskapisme bagi yang merasa janggal.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Bendera Setengah Tiang
I Gede Luwih
Novel
Bronze
jika rindu salah haruskah menyerah (?)
Nia Kurniasih
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Novel
Bronze
AFFECTION
A Zahra Angelina
Novel
Bronze
Untill We Meet Again
Nany Parker
Novel
Bronze
Tumbal Mustika Pengasihan Panji Anom
Efi supiyah
Cerpen
Bronze
Bayangan yang Tidak Pernah Pulang
Muhamad Irfan
Novel
Kelana Warna
Bamby Virdawanti
Novel
Gold
KKPK GG Forever
Mizan Publishing
Novel
Yang Ingin Kukatakan, Tapi Tak Pernah Terucap
B12
Skrip Film
Ketika Hujan Menyentuh Matahari
Dani Manesah
Cerpen
Bronze
Catatan si Anak Emas
Rizki Mubarok
Cerpen
Bronze
Tanpa Balasan
Muhamad Irfan
Novel
Bronze
NECKLACE
Nabila Meilani Fahmi
Novel
SYEMA WEGARI
Elisabeth Purba
Rekomendasi
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Flash
Bertumbuh
Ilestavan
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Novel
Irama Bulan
Ilestavan
Novel
VII Diebus
Ilestavan
Flash
The Last Painting
Ilestavan
Flash
Gugur
Ilestavan
Flash
Jangan Percaya Narasi Ini
Ilestavan
Flash
Pena Tuhan
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Cerpen
Gandark
Ilestavan
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Flash
Ketika
Ilestavan
Flash
Tali Takdir
Ilestavan