Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
23.50
Malam itu, dingin terasa menggigit, dan gelap terasa lebih pekat. Hujan baru saja berhenti. Air menggenang di permukaan jalan yang rusak. Bayangan seekor kucing belang terpantul di sana; sibuk mengendap-endap. Tikus gemuk di seberang jalan belum tahu bahaya besar yang mengintainya.
Seorang pria muda muncul dari ujung jalan. Ia berlari serampangan. Napasnya memburu. Dadanya naik turun. Kepalanya terus menoleh ke belakang. Matanya nyalang, menatap gelap malam dalam ketakutan. Tangannya gemetar. Bibirnya bergetar.
Sosok lain tiba di ujung jalan. Seseorang bertopi hitam. Pria muda itu berteriak putus asa. Matanya memerah. Sedetik kemudian ia menangis histeris. Tapi sosok di ujung jalan itu justru bergerak mendekat.
Pria muda kalut. Ia menguatkan kakinya yang gemetar untuk melangkah mundur. Hampir ia terjatuh karena menginjak ekor si kucing belang. Setelah berhasil menyeimbangkan diri, ia melanjutkan pelarian.
Tikus gemuk terkikik. Kucing belang menatapnya sinis. Sosok bertopi hitam bergegas. Langkah-langkahnya tegap dan cepat. Di tangan kanannya, sebuah benda tampak berkilauan di bawah cahaya lampu jalan yang temaram.
07.05
Polisi akhirnya berhasil membubarkan kerumunan yang penasaran. Mayat seorang pria muda ditemukan di bawah terpal milik salah seorang pedagang ikan. Kondisinya sangat mengenaskan. Entah ada berapa banyak luka tusuk di tubuhnya. Seorang polisi muda berlari ke sudut pasar, wajahnya pucat. Tak berapa lama, ia mengeluarkan kembali menu sarapannya.
Kucing belang memandang remeh sosok berseragam di hadapannya. Ia memalingkan wajah dengan angkuh. Saat itulah ia melihat seorang pria berambut putih yang perlahan menjauh dari kerumunan. Tangan kanan pria itu kini mengayun lunglai, sambil menggenggam beberapa tangkai bakung putih. Langkah-langkahnya tidak segagah semalam, tapi kucing belang tak salah mengenali orang. Diikutinya pria paruh baya itu, menuju sebuah pemakaman di pinggiran kota.