Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Tokek!”
Gantung diri?
“Tokek!”
Racun serangga?
“Tokek!”
Pil tidur?
Suara tokek yang dulu biasa dijadikan permainan dengan pilihan Kaya-Miskin, kini jadi ironi bagi Andi, dijadikan alat penentu cara bunuh diri.
“Tokek!” Andi tak pernah terbayang, hidupnya bisa berakhir di titik terbawah.
“Tokek!” Gajinya sebagai guru tak cukup untuk membiayai anaknya sekolah.
“Tokek!” Gaji yang berusaha dia siasati dengan memberi beragam les dari rumah ke rumah.
“Tokek!” Semua ikhtiar percuma. Dia tahu, nanti judul beritanya akan amat klise, ‘Guru SD bunuh diri karena terjerat pinjol’.
“……...” Andi tersenyum getir, sang tokek sudah menentukan takdir.
Ia mulai naik ke kursi bakso, mengalungkan tali tambang yang sudah disiapkan ke batang lehernya.
“Tinuninut. Tinuninut.”
HP di saku celana Andi; berbunyi, bergetar, berkelap-kelip seolah memberi peringatan.
“Tinuninut. Tinuninut.”
Hhhh, siapa sih?! Andi mengambil hpnya dengan marah. Toni? Ngapain orang yang sudah tidak mau memberinya hutangan ini menghubungi?
“Halo, Ton?”
“Bro, katanya lo lagi di kampung? Masih banyak tokek, gak? Ini ada cukong mau beli, nih. Buat obat katanya. Satunya bisa laku puluhan juta, bro.”
PULUHAN JUTA? Sebuah jumlah yang tak pernah mampir di rekeningnya. Andi meloncat kegirangan.
“Krgggghhh.. Krgggghhh.. Krggggghhh...”
Andi lupa kalau dia sedang berdiri di atas kursi bakso. Lupa kalau ada tali tambang di lehernya.
“Bro? Halo? Bro? Bro?!!”
“Tokek” Mati. “Tokek.” Hidup. “Tokek.” …