Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
My Special Aromatherapy
1
Suka
6,498
Dibaca

"Semua lampu sudah dimatikan? Pintu dan jendela dikunci 'kan?"

"Iya. Aku mengantuk, tapi tidak bisa tidur."

"Apa yang kamu pikirkan?" Hilda menoleh, menampakkan sebentar wajahnya yang masih ditutupi masker kupas. Dia sedang ingin membersihkan itu saat ini.

"Tidak ada."

"Biasa kamu mau cerita. Entah itu masalah pekerjaan di kantor atau sama pimpinan, rekan kerja?"

"Hubunganku dengan mereka selalu baik. Kamu lupa kalau aku ini dinobatkan sebagai karyawan teladan setiap bulannya dan dalam setahun berturut-turut? Yang sering kita bicarakan juga tidak jauh-jauh tentang keberhasilan timku atau pencapaian tinggi yang kami peroleh di divisi pemasaran."

"Mungkin ada serigala berbulu domba di antara mereka, atau teman yang suka menusuk dari belakang."

"Hah?!" Mendadak raut Nino menjadi aneh gara-gara penggalan kata yang diucapkan istrinya di ujung, samar-samar dia bergidik, "Berbahaya sekali ucapan kamu."

"Memang benar 'kan? Ini aku ingatkan ya, hati-hati dan tetap awas kepada siapapun. Rambut sama hitam, hati siapa yang tahu?"

"Rambut aku pirang, sayang. Sejak kapan hitamnya?"

"Pokoknya begitulah, pasti kamu mengerti maksud aku." Akhirnya Hilda tuntas dengan produk-produk perawatan kulitnya. Dia beranjak untuk kemudian ikut naik ke atas ranjang.

Jangka Hilda berbaring di dalam selimut mereka, Nino refleks memiringkan badannya. "Sini, lebih dekat lagi," kata pria ini seraya membentangkan sebelah otot lengannya.

"Aroma terapinya kok tidak tercium, ya sayang?" Berkerut-kerut hidung Hilda selagi dia membaui harum bergamot yang biasa menemani tidur malam mereka.

"Lupa? Stok aroma terapi kita sudah habis. Besok ingatkan aku untuk memesannya ke Inge. Kamu mau aroma apa?"

"Apa saja sih boleh, tidak masalah buat aku. Kemarin juga Inge mengirim varian beragam. Dia kirim bergamot lebih banyak, karena dia tahu kamu paling suka yang itu."

"Ya sudah, kali ini kamu yang pilih. Lavender, vanila, mawar atau mau aroma buah?"

Bukannya menjawab pertanyaan Nino, Hilda justru merapat dengan kelopak mata terpejam. Dia menyamankan kepala di lengan suaminya, "Aku punya favoritku sendiri," kata dia, menampakkan pula senyuman tipis dari bibir pualamnya.

"Apa?!"

"Wanginya kamu itu yang paling menenangkan buat aku, cuma aku yang bisa menciumnya sedekat ini." Senyum Hilda merekah cantik saat mengutarakannya, meski mata tetap menutup.

Sementara, Nino tidak dapat menahan dorongan akal untuk mengecup pelipisnya berulang-ulang. "Kamu wanitaku yang paling berharga. Segalanya, sayang."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
My Special Aromatherapy
Ceena
Cerpen
Bronze
Kisah Kasih di Lapak Ayam Potong
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Satu nama yang diam
ayu
Novel
Mengejar atau Dikejar?
Iranita Adyani Witanto
Novel
Bronze
Seperti bukan Manusia
Rizky Ade Putra
Cerpen
Bronze
Bidadari
Ron Nee Soo
Flash
MARTIAL MUSIC ARTS
andina
Cerpen
Bronze
Sweet Ta'aruf
Trippleju
Cerpen
Encounter
Davian Mel
Novel
Gold
Incredible Love
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Cakrawala
Cellestine
Cerpen
CINTA YANG TIBA-TIBA TUMBUH
Liliana dia sapira
Novel
The Innocent of Us
Lenny
Novel
Bronze
Aku-Laut-Telepon-Kamu
Nuel Lubis
Skrip Film
Dunia Paralel
Panca Lotus
Rekomendasi
Flash
My Special Aromatherapy
Ceena
Flash
Bronze
Beautiful Widow 'Sake' Seller
Ceena
Cerpen
Bronze
PAPA
Ceena
Novel
The Secret of the Young Master
Ceena