Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Nur, ayo pulang bersama denganku saja,” tawar Bayu pada Nurani teman sekantornya. Bayu melihat Nurani nampak ragu dan menimbang-nimbang.
“Nggak, Yu. Aku naik taksi saja,” jawab Nurani pendek.
“Sudah malam, Nur. Bareng aku saja, ya? Lagipula rumah kita, kan searah,” kata Bayu terus memaksa Nurani.
Nurani nampak agak sungkan, dia menggelengkan kepalanya.
”Aku nggak enak, Yu. Nggak usah saja, deh,” kata Nurani menolak tawaran Bayu lagi. Bayu tertawa.
“Kamu yakin berani pulang sendiri? Sudah gelap, lho, Nur.”
Bayu memandang penuh harap pada Nurani yang sekarang sedang menoleh ke kanan dan ke kiri. Benar juga kata Bayu, sore itu, hari sudah sangat gelap dan sepertinya tidak ada orang lain yang berdiri di pinggir jalan selain dirinya. Nurani memandang ke arah Bayu dengan ragu. Bayu tersenyum melihat keraguan di wajah Nurani.
“Yuk, pulang denganku saja,” ajak Bayu lagi. Nurani menelan ludah dan akhirnya mengangguk pada Bayu.
“Alhamdulillah,” seru Bayu girang, “yuk, kamu duduk depan saja, ya?” Nurani mengangguk dan akhirnya masuk ke dalam mobil Bayu.
Mereka berdua di dalam mobil dalam diam. Beberapa kali Bayu melirik ke arah Nurani yang melihat ke luar jendela. Bayu sebenarnya sudah lama pada Nurani, tetapi ternyata ketika hanya berduaan di dalam mobil, Bayu malah panas dingin dan gemetaran tak menentu.
“Kamu selalu sibuk, ya, Nur?” tanya Bayu basabasi. Nurani mengangguk kikuk.
“Kamu juga selalu sibuk, kayaknya, Yu?”
“Iya, lumayan sibuk juga, Nur. Kamu, kan juga dari luar kota, kan? Sepertinya bagianmu sering sekali ke luar kota, ya?”
Nurani tertawa kecil. Dia mengangguk.
“Iya, Yu.”
“Wah, dalam rangka apa? Studi banding, ya?” tanya Bayu. Nurani tersenyum samar. Anehnya tangan Nurani melingkar ke belakang kursi Bayu dan dalam sekejap tangan itu meraih leher Bayu dan melukai leher itu hingga leher Bayu terkoyak. Darah mengalir deras dari leher Bayu.
Nurani tersenyum melihat ekspresi wajah Bayu yang sangat terkejut, tetapi karena leher Bayu sudah koyak cukup panjang, ekspresi itu seakan terhenti begitu saja, membuat Bayu seakan melongo dan mendelik terkejut dan takut. Nurani tertawa keras ketika mobil yang dikendarai Bayu lepas kendali dan menabrak pembatas jalan.
“Lumayan. Ada tumbal datang sendiri. Sekarang, kan malam Anggoro Kasih. Aku tidak perlu pergi ke mana-mana untuk mencari tumbalku,” gumam Nurani. Dia tertawa ketika teringat pertanyaan Bayu tadi. Sering ke luar kota? Bayu tidak tahu, Nurani keluar kota untuk mencari tumbal setiap malam Anggoro kasih atau mala Selasa Kliwon.
Nurani segera membuka pintu mobil Bayu yang sudah ringsek. Dia segera menyeret tubuh Bayu dan menghilang dalam kegelapan malam.