Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Delusi Cinta
1
Suka
11,622
Dibaca

Mungkin kamu akan kembali, ke dalam pelukan kenangan yang masih kental. Kuharap waktumu dapat terus berputar. Aku ingat saat itu, kita saling memisahkan diri, berjalan berlawanan arah seperti kita tidak punya masa depan bersama. Walau aku hanya memiliki kemungkinan tidak masuk akal, aku hanya terus memegangnya, barangkali kamu datang kepadaku lagi. Melihat arahku lagi seperti waktu itu.

Konon, orang yang masih terikat masa lalu buruk tidak bisa menjalani kehidupan dengan baik di masa sekarang. Itu benar. Mungkin juga tidak, kalau saja kenangan kita itu pupus. Kalau saja aku menyembunyikannya di peti-peti yang tenggelam dalam kelam batin. Kalau saja... bayanganmu tidak lagi menghantui mimpi manisku tiap malam larut, aku bisa melanjutkan hidupku sepenuhnya.

"Kamu baca buku itu lagi?" Dengan lembut, Seruni mengusap pipiku yang basah. Duduk di sisi, atas brankar, pandangan Run, panggilanku untuknya, keruh.

"Saat bukunya ditutup, kenangan itu hilang. Saat bukunya dibuka, kenangannya hidup lagi."

Tentu, dia paham ke mana arah kalimatku. Perempuan ini Tuhan takdirkan untuk mengisi masaku sekarang, dia pengertian. Saking pengertian, bahkan Seruni rela membiarkan aku yang senang membuka lembaran lama. Katanya, selagi aku tidak membandingkan masa lalu dan masa sekarang, itu tidak masalah. Namun, mana bisa?

Terkadang, manusia terlambat menemukan makna yang ada di depannya. Terlambat mencecap apa yang mestinya ia cecap saat itu. Dalam hati, aku mulai membandingkan Run dengan perempuan dari masa lampau. Seruni memang gadis luar biasa baik, wajahnya juga serupa bunga krisantemum kuning.

Tetapi Gin lebih dari itu. Narasinya, tulisannya, alur ceritanya, entah mengapa perempuan masa laluku seperti merefleksikan 'kita' dalam karangan tulis yang dibuat.

Buku yang kupegang, adalah seri terakhir Gin tulis. Perempuan itu tidak lagi menerbitkan atau membikin karya baru.

Belakangan, aku baca berita bahwa Gin sudah tiada. Namun, bukan fakta itu yang membuatku terkejut, melainkan Gin meninggal jauh sebelum buku-buku berserinya diterbitkan atas namanya. Tepat saat kami berpisah.

Fakta lain, jelas saja, terbukti bahwa Gin benar-benar mencintaiku melalui karya-karya tulisnya.

"Yan, makan obat dulu, ya? Bukunya kusimpan, nanti boleh kamu baca lagi." Seruni perlahan mengambil buku dari tanganku, dan diganti gelas kaca berisi air biasa.

Uh, sebenarnya aku bosan di sini, mana mesti makan obat terus pula, tapi Seruni bilang aku harus sembuh agar bisa mendatangi pemakaman Gin.

Seruni menangis lagi. Tidak tahu mengapa, tiap kali melihatku menyuap obat, air matanya selalu jatuh. Aku sedih melihat Seruni begitu, tapi ketika aku menemui fakta bahwa ada seseorang yang begitu mencintaiku sampai napasnya tidak lagi berembus, membuat ibaku kepada Seruni memudar.

Pintu ruangan terbuka, ibu mertua memanggil anaknya, dan aku lantas diminta istirahat oleh Seruni. Mereka keluar, menutup pintu, meninggalkan aku sendiri.

"Mau sampai kapan kamu terus bertahan sama Iyan?"

"Bu, kuyakin Mas Yan akan sembuh."

"Dia gila, Seruni. Sadar dong!"

"Mas Yan cuma lagi sakit, Bu."

"Erotomania bukan sakit biasa, Seruni."

Mimpi buruk itu lagi. Mengapa dalam mimpiku ibu mertua selalu bertengkar dengan Seruni? Rasanya sebal sekali.

Beruntungnya, kemudian mimpi paling indah muncul mendominasi bersama sepenggal kata dari tulisan Gin muncul.

"Mungkin kamu akan kembali, ke dalam pelukan kenangan yang masih kental. Kuharap waktumu dapat terus berputar."

Aku juga berharap waktu Gin bisa berputar lebih lama, tapi sayang tidak bisa. Kami bahkan tidak bisa lagi bersama.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
ANAK ERA DELAPAN PULUHAN
Faikatus saadah
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Novel
Gold
OTHER HALF OF ME
Bentang Pustaka
Skrip Film
ALL ABOUT G!
salwa safira
Flash
Sekali Saja Aku Mencintaimu
Sulistiyo Suparno
Skrip Film
MOVING ON
Anggit Apsari Rucita
Flash
Bronze
Hujan di Balkon
Risti Windri Pabendan
Cerpen
Bronze
Apa Boleh Aku Memilih?
Fataya
Novel
Bronze
Secangkir Kopi Pembawa Petaka
Trinaya
Skrip Film
A Million Dreams
Sastra Bisu
Flash
Get Older, Feel Younger
Dwi Budiase
Komik
Nilai
Mnemonik M
Cerpen
MAIN COURSE
Indah Leony Suwarno
Novel
Malaikat Jatuh
Jesselyn Abdisaputera
Cerpen
Bronze
Martin, Penyanyi yang Hilang
Sulistiyo Suparno
Rekomendasi
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Flash
Jangan Percaya Narasi Ini
Ilestavan
Flash
Gugur
Ilestavan
Flash
Kucing Pencuri
Ilestavan
Cerpen
Gandark
Ilestavan
Flash
Bertumbuh
Ilestavan
Flash
Ketika
Ilestavan
Flash
Tali Takdir
Ilestavan
Novel
Irama Bulan
Ilestavan
Novel
VII Diebus
Ilestavan
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Flash
The Last Painting
Ilestavan
Flash
Pena Tuhan
Ilestavan