Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Awan
4
Suka
8,069
Dibaca

Rintik hujan masih turun ketika kami memutuskan untuk berjalan kaki ke gerbang kampus. Di bawah payung merah, kami berdua berjalan membelah rinai hujan. Langit masih kelabu, dan tak ada tanda-tanda hujan akan reda dalam waktu dekat.

Bulir-bulir hujan yang turun seolah-olah sedang berlomba menyentuh tanah. Ketika mereka menyatu dengan tanah, aroma petrikor menguar di udara. Gemericik air, daun yang bergoyang, dan desau angin pun ikut melengkapi suasana sendu. Hujan selalu membawa perasaan khusus di sela-sela rintiknya. Begitu juga denganku saat ini, perasaanku bercampur aduk karena rasa-rasa yang ditimbulkan oleh hujan dan laki-laki ini.

Semalam, dia bertanya, "Gimana kabar Bandung?"

"Bandung baik-baik aja."

"Aku kangen Bandung. Aku kangen kampus," ungkapnya.

"..."

"Bagaimana kalau besok aku ke Bandung? Mau temani aku?"

Begitulah ceritanya, hingga kini kami berjalan bersama.

Aku melempar pandangan canggung pada lelaki di sebelahku. Kami begitu dekat sehingga aku bisa merasakan bahunya yang menggigil ketika angin berhembus. Sebelah bahunya sedikit basah karena tetesan hujan yang melolos dari payung. Aku sudah menyerah untuk menggeser posisi, tahu dia akan kembali menggeser payungnya meskipun bahunya basah.

Aku hanya bisa diam, menatap bulir-bulir air yang melompat dan menari-nari di antara langkah kaki kami. Mereka seolah-olah menertawakan kecanggunganku.

"Bukankah hujan itu romantis?" pertanyaannya membuyarkan lamunanku.

"Hmm, biasa aja sih."

"Ohh. Kamu suka hujan atau panas?"

"Hmm, hujan mungkin?"

"Kok mungkin?"

"Kalau dibandingkan panas, aku lebih memilih hujan. Karena aku suka sejuk dan gak suka gerah."

"Baiklah."

Ada jeda sejenak sebelum muncul pertanyaan yang membuatku penasaran, "Ngomong-ngomong, kenapa kamu diberi nama Awan?"

"Kata ibuku, agar aku memberikan kesejukan di tengah panasnya sinar matahari," katanya di sela-sela suara hujan.

"Hahaha, boleh juga."

"Dan membawa romantisme hujan." Ada hening sejenak sebelum akhirnya ia melanjutkan, "Seperti sekarang ini."

Pandangannya kini tertuju padaku, seolah dengan sengaja membuat denyut jantungku melompat, lalu gaduh. Kurasa, laki-laki ini buruk untuk kesehatan jantungku.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
BRONDONG IT'S MINE
rida martha prasetya asmi
Flash
Awan
Cheri Nanas
Flash
Sunset on the Beach
Rizky Yahya
Skrip Film
Gamers is my husband
Silsi
Novel
Bronze
Don't Look At Me
Riris WN
Skrip Film
Malam Mencari Pagi
Aneidda
Skrip Film
SELECTIVE LOVE (SCRIPT)
Oliphiana Cubbytaa
Cerpen
Cinta Kedua
Panji Pratama
Cerpen
Bronze
Dalam Genggam Sunyi, Cinta Tak Pernah Mati
JI
Novel
Gold
The Break up Master
Bentang Pustaka
Cerpen
Rumah yang Tak Kunjung Pulih
Sayidina Ali
Novel
Love Me Once
Dhamala Shobita
Novel
Bronze
Love Of Rayya
Aizawa
Skrip Film
Jadi Wanita
R. Puspa Ayu
Cerpen
Jika Cinta Masih Ada
Nurul Hidayah
Rekomendasi
Flash
Awan
Cheri Nanas
Flash
Percakapan di Atas Gedung
Cheri Nanas
Flash
Runway Lights
Cheri Nanas
Flash
Arti Hujan
Cheri Nanas
Flash
Tangent
Cheri Nanas
Cerpen
Sup Ikan Gurame
Cheri Nanas
Flash
Anonim di Argo Parahyangan
Cheri Nanas
Flash
Jantungku Berdebar
Cheri Nanas
Cerpen
Ruang Tersembunyi dalam Hati
Cheri Nanas
Flash
Potret
Cheri Nanas
Flash
Ruang Tersembunyi dalam Hati
Cheri Nanas
Flash
Rahasia Kucing
Cheri Nanas
Flash
Ketika Gerimis Bermula
Cheri Nanas
Flash
Hujan Pertama
Cheri Nanas