Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Rasanya Beda
3
Suka
1,296
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Rasanya Beda."

Kata dirinya yang pecinta kopi atas dua gelas espresso yang kami pesan. Saat kukatakan bagiku rasanya sama saja, dia bersikukuh bahwa pahitnya berbeda.

Mungkin lidahnya lebih peka dariku karena dia butuh pahit yang pas untuk memulai aktivitas. Sementara aku hanya butuh melihat senyumnya untuk mampu menjalani semuanya.

Aku setia datang menemaninya setiap pagi di kedai kopi dekat kantor kami ini. Semua demi mendengarkan keluh kesahnya tentang betapa sulitnya mencari kekasih.

Mungkin hatinya tidak sepeka lidahnya. Karena setelah puluhan fajar, dia tak juga belajar. Dia masih tidak memahami alasanku datang setiap hari. Dia masih tidak menyadari arti dari tatapanku padanya.

Hingga suatu hari, dia tidak datang. Kutunggu sampai jam masuk kerja, tetapi dia tak kunjung tiba. Espresso yang kuminum tanpa melihat senyumnya di pagi itu, pahitnya membekas sepanjang hari.

Mungkin dia sakit dan tidak masuk kerja. Aku baru sadar bahwa aku tidak punya kontaknya. Aku bahkan tidak tahu di mana kantornya, aku hanya tahu letaknya ada di gedung yang sama dengan kantorku.

Keesokannya aku datang lagi ke kedai kopi itu. Namun, dia belum juga datang. Aku sampai memesan dua gelas espresso untuk menemaniku menunggu. Aku jadi teringat pada pertemuan pertama kami.

Saat itu aku baru saja membeli kopi di kedai kopi ini dan tiba-tiba hujan turun. Aku yang tidak biasa berdiam di sana, akhirnya terpaksa duduk menunggu hujan reda. Lalu karena pengunjunga lumayan ramai, dia datang izin untuk duduk di sebelahku.

Awalnya kami diam-diaman, sampai akhirnya dia mulai menyapa karena melihat pesanan kami yang sama. Dia mulai berbicara soal kopi lalu perlahan kami mulai berbincang soal kehidupan. Keesokannya, kami bertemu lagi dan akhirnya hal itu pun menjadi rutinitas.

Setelah merasakan betapa pahitnya meminum dua gelas espresso seorang diri, aku sadar bahwa aku telah menahan perasaanku terlalu lama. Aku bertekad akan menyatakan perasaaku padanya saat kami bertemu lagi.

Akhirnya dia datang juga.

Aku gembira, tetapi dia jauh lebih gembira. Belum sempat aku bertanya, dia langsung bercerita kenapa dia tidak datang kemarin. Katanya dia berkenalan dengan seseorang di halte busway dan orang itu mengajaknya sarapan di tempat lain.

Sorot matanya saat membicarakan orang itu, aku mengenalinya. Ternyata selama ini aku yang tidak peka. Aku tidak menyadari bahwa tatapanku padanya dan tatapannya padaku itu seperti dua gelas espresso yang kuminum sendirian ini.

"Rasanya Beda."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Kuncup Berlian
Ais Aisih
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Novel
DANUM
Abroorza Ahmad Yusra
Novel
Bronze
Cocky Princess
Kirey Nato
Novel
Seruni
Aji Najiullah Thaib
Novel
Bronze
Nama Kecil
Yunia Susanti
Flash
Bronze
Coba-coba
B12
Novel
In Silence, In Darkness.
Wardatul Jannah
Novel
Lisa Menjadi Lumba-Lumba
Aliurridha
Novel
Kita dalam Kehidupan Bumi & Bulan
Sayidina Ali
Novel
Bronze
Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan
EMERENCIA
Novel
MEMORI BUNGA DAISY
trianpn_
Novel
Bronze
Among 1998
Ira Madan
Novel
Bronze
Rasa yang hilang
Ratihcntiia
Novel
Gold
Sohib Never Dies
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Melek Dong!
Reyan Bewinda
Flash
Jangan Dihabisin
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Masih Banyak Ikan di Laut
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Bisa Kurang?
Reyan Bewinda
Cerpen
Bronze
Pertarungan Terakhir
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Nanti Kami Akan Kabarin Lagi
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Siap, Noted, Pak!
Reyan Bewinda
Flash
Kamu Pilih Siapa?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kalau bangun duluan, bangunin ya!
Reyan Bewinda
Flash
Izin ke Toilet
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Makan Di sini Apa Dibungkus?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Terserah
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kiri, Bang!
Reyan Bewinda
Novel
Bronze
Swasembada Angan
Reyan Bewinda