Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Rasanya Beda
3
Suka
1,521
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Rasanya Beda."

Kata dirinya yang pecinta kopi atas dua gelas espresso yang kami pesan. Saat kukatakan bagiku rasanya sama saja, dia bersikukuh bahwa pahitnya berbeda.

Mungkin lidahnya lebih peka dariku karena dia butuh pahit yang pas untuk memulai aktivitas. Sementara aku hanya butuh melihat senyumnya untuk mampu menjalani semuanya.

Aku setia datang menemaninya setiap pagi di kedai kopi dekat kantor kami ini. Semua demi mendengarkan keluh kesahnya tentang betapa sulitnya mencari kekasih.

Mungkin hatinya tidak sepeka lidahnya. Karena setelah puluhan fajar, dia tak juga belajar. Dia masih tidak memahami alasanku datang setiap hari. Dia masih tidak menyadari arti dari tatapanku padanya.

Hingga suatu hari, dia tidak datang. Kutunggu sampai jam masuk kerja, tetapi dia tak kunjung tiba. Espresso yang kuminum tanpa melihat senyumnya di pagi itu, pahitnya membekas sepanjang hari.

Mungkin dia sakit dan tidak masuk kerja. Aku baru sadar bahwa aku tidak punya kontaknya. Aku bahkan tidak tahu di mana kantornya, aku hanya tahu letaknya ada di gedung yang sama dengan kantorku.

Keesokannya aku datang lagi ke kedai kopi itu. Namun, dia belum juga datang. Aku sampai memesan dua gelas espresso untuk menemaniku menunggu. Aku jadi teringat pada pertemuan pertama kami.

Saat itu aku baru saja membeli kopi di kedai kopi ini dan tiba-tiba hujan turun. Aku yang tidak biasa berdiam di sana, akhirnya terpaksa duduk menunggu hujan reda. Lalu karena pengunjunga lumayan ramai, dia datang izin untuk duduk di sebelahku.

Awalnya kami diam-diaman, sampai akhirnya dia mulai menyapa karena melihat pesanan kami yang sama. Dia mulai berbicara soal kopi lalu perlahan kami mulai berbincang soal kehidupan. Keesokannya, kami bertemu lagi dan akhirnya hal itu pun menjadi rutinitas.

Setelah merasakan betapa pahitnya meminum dua gelas espresso seorang diri, aku sadar bahwa aku telah menahan perasaanku terlalu lama. Aku bertekad akan menyatakan perasaaku padanya saat kami bertemu lagi.

Akhirnya dia datang juga.

Aku gembira, tetapi dia jauh lebih gembira. Belum sempat aku bertanya, dia langsung bercerita kenapa dia tidak datang kemarin. Katanya dia berkenalan dengan seseorang di halte busway dan orang itu mengajaknya sarapan di tempat lain.

Sorot matanya saat membicarakan orang itu, aku mengenalinya. Ternyata selama ini aku yang tidak peka. Aku tidak menyadari bahwa tatapanku padanya dan tatapannya padaku itu seperti dua gelas espresso yang kuminum sendirian ini.

"Rasanya Beda."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Cerpen
GERSANG
Lina Budiarti
Novel
Bronze
Cala yang Berlubang
Nayaka Ashaki
Novel
Sukma Raga
Yeni fitriyani
Novel
I can see Your voice
Venesa Sheeny Kumolontang
Novel
Hujan di Tanah Utara
Irvinia Margaretha Nauli
Novel
Bronze
Renata
Cikie
Novel
Gold
Story of Volley Club
Mizan Publishing
Novel
Bronze
EGOIS
Yutanis
Novel
Gold
Hitam Putih
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Dan Si Tragedi Itu Bercerita
Nayla F.M.
Novel
Kutukan Cinta Pertama
Ai Bi
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Novel
Bronze
Puzzle
Diah Puspita Sari
Novel
MENUNTUN CINTA
Aries Supriady
Rekomendasi
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Dirapihin
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Masih Banyak Ikan di Laut
Reyan Bewinda
Flash
Kamu Pilih Siapa?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kapan Nikah?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Bisa Kurang?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Siap, Noted, Pak!
Reyan Bewinda
Flash
Selamat Tahun Baru!
Reyan Bewinda
Novel
Bronze
Swasembada Angan
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Terserah
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Nanti Kami Akan Kabarin Lagi
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Makan Di sini Apa Dibungkus?
Reyan Bewinda
Skrip Film
Ketik Magic
Reyan Bewinda
Flash
Jangan Dihabisin
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Tunggu Pembalasanku!
Reyan Bewinda