Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Rasanya Beda
3
Suka
1,393
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Rasanya Beda."

Kata dirinya yang pecinta kopi atas dua gelas espresso yang kami pesan. Saat kukatakan bagiku rasanya sama saja, dia bersikukuh bahwa pahitnya berbeda.

Mungkin lidahnya lebih peka dariku karena dia butuh pahit yang pas untuk memulai aktivitas. Sementara aku hanya butuh melihat senyumnya untuk mampu menjalani semuanya.

Aku setia datang menemaninya setiap pagi di kedai kopi dekat kantor kami ini. Semua demi mendengarkan keluh kesahnya tentang betapa sulitnya mencari kekasih.

Mungkin hatinya tidak sepeka lidahnya. Karena setelah puluhan fajar, dia tak juga belajar. Dia masih tidak memahami alasanku datang setiap hari. Dia masih tidak menyadari arti dari tatapanku padanya.

Hingga suatu hari, dia tidak datang. Kutunggu sampai jam masuk kerja, tetapi dia tak kunjung tiba. Espresso yang kuminum tanpa melihat senyumnya di pagi itu, pahitnya membekas sepanjang hari.

Mungkin dia sakit dan tidak masuk kerja. Aku baru sadar bahwa aku tidak punya kontaknya. Aku bahkan tidak tahu di mana kantornya, aku hanya tahu letaknya ada di gedung yang sama dengan kantorku.

Keesokannya aku datang lagi ke kedai kopi itu. Namun, dia belum juga datang. Aku sampai memesan dua gelas espresso untuk menemaniku menunggu. Aku jadi teringat pada pertemuan pertama kami.

Saat itu aku baru saja membeli kopi di kedai kopi ini dan tiba-tiba hujan turun. Aku yang tidak biasa berdiam di sana, akhirnya terpaksa duduk menunggu hujan reda. Lalu karena pengunjunga lumayan ramai, dia datang izin untuk duduk di sebelahku.

Awalnya kami diam-diaman, sampai akhirnya dia mulai menyapa karena melihat pesanan kami yang sama. Dia mulai berbicara soal kopi lalu perlahan kami mulai berbincang soal kehidupan. Keesokannya, kami bertemu lagi dan akhirnya hal itu pun menjadi rutinitas.

Setelah merasakan betapa pahitnya meminum dua gelas espresso seorang diri, aku sadar bahwa aku telah menahan perasaanku terlalu lama. Aku bertekad akan menyatakan perasaaku padanya saat kami bertemu lagi.

Akhirnya dia datang juga.

Aku gembira, tetapi dia jauh lebih gembira. Belum sempat aku bertanya, dia langsung bercerita kenapa dia tidak datang kemarin. Katanya dia berkenalan dengan seseorang di halte busway dan orang itu mengajaknya sarapan di tempat lain.

Sorot matanya saat membicarakan orang itu, aku mengenalinya. Ternyata selama ini aku yang tidak peka. Aku tidak menyadari bahwa tatapanku padanya dan tatapannya padaku itu seperti dua gelas espresso yang kuminum sendirian ini.

"Rasanya Beda."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Kasih Dalam Kisah
Rifah Khodijah
Novel
Perjalanan Rhu
Senjanila
Flash
Titip Rindu untuk Eyang
HANA
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Novel
You Are My Soulmate
A Story by Fidnaa
Novel
Bronze
Laksana Angkasa
Syafi'ul Mubarok
Flash
Bronze
FOTO PROFIL
Dzakayfat Aizawa
Novel
Rayla
Rivaldi Zakie Indrayana
Novel
Pinky Promise
Al Szi
Novel
Bronze
Manzilah Cinta
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Senja di Pendakian Terakhir
Randy Satrya
Novel
Gold
The Grand Sophy
Noura Publishing
Novel
Bronze
Pada Sebuah Foto
Diani Anggarawati
Novel
La Douleur Exquise
Afiska Dila Ananda
Novel
Gold
The Black Cat
Noura Publishing
Rekomendasi
Flash
Rasanya Beda
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Bisa Kurang?
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kalau bangun duluan, bangunin ya!
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kiri, Bang!
Reyan Bewinda
Flash
Jangan Dihabisin
Reyan Bewinda
Novel
Bronze
Swasembada Angan
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Dirapihin
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Kapan Nikah?
Reyan Bewinda
Flash
Selamat Tahun Baru!
Reyan Bewinda
Flash
Izin ke Toilet
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Terserah
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Tunggu Pembalasanku!
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Melek Dong!
Reyan Bewinda
Cerpen
Bronze
Pertarungan Terakhir
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Makan Di sini Apa Dibungkus?
Reyan Bewinda