Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Ketika Gerimis Bermula
0
Suka
2,645
Dibaca

Kelembutan bibirnya terasa begitu manis. Aroma tubuhnya berpadu harmonis dengan aroma petrikor yang menenangkan. Suara nafasnya terdengar begitu dekat, diselingi gemericik rintik hujan yang mengetuk jendela. Degup jantungnya yang bertabuh di ujung jemari, hampir mengalahkan bisingnya angin. Hangat tubuhnya merengkuhku dari dinginnya udara.

Seketika itu waktu berhenti berdetak. Embun di jendela mobil berhenti menetes. Rintik hujan berhenti menyentuh tanah. Percikan air juga berhenti menari di atas tanah basah. Daun-daun yang tertiup angin mendadak bergeming. Kota yang sedari tadi bising karena hujan dan angin, sekarang hanya sunyi nan hening.

Dalam sebuah mobil, dengan jendela yang sedikit terbuka, di situlah aku dan ia berdekapan. Mata kami terpejam, bibir kami bersentuhan. Setitik air mata hendak pecah di sudut mataku.

Kemudian waktu berdetak kembali. Detik bergerak mundur perlahan. Air mata kembali tersimpan ke dalam pelupuk mata. Rintik hujan bergerak melawan gravitasi, kembali ke langit gelap. Sepatu-sepatu melangkah mundur kembali ke tempat asalnya. Daun-daun yang tertiup angin perlahan melayang ke atas, kembali ke tangkainya.

Detik demi detik yang bergerak mundur, kami masih saling merangkul. Bibir masih saling berpagut. Tubuh bergerak seirama dengan napas yang memburu. Kecupan demi kecupan terus berlangsung, seiring dengan surutnya arus waktu. Tangannya semakin mempererat peluk, seolah tenggelam oleh rindu.

Sebegitu dahsyatnya ciuman kami, hingga waktu pun bergerak maju dan mundur agar tak berakhir. Ketika kami mengulur waktu, waktu akan bergerak maju. Ketika kami tarik kembali, waktu akan bergerak mundur perlahan. Begitu seterusnya hingga tanah sudah tidak sanggup lagi menampung air yang terus menitik. Dan awan pun berisyarat, inilah rintik-rintik hujan terakhir yang mengiringi.

Ketika ciuman itu akhirnya bermula, bibir kami yang setengah terbuka perlahan saling menjauh. Peluk mulai mengendur. Lalu kutarik tanganku dan ia menarik lengannya dariku. Pandangan kami bertemu, tatapannya menurun.

Aku tersadar. Barangkali ciuman itu hanyalah trik untuk kami menghentikan percakapan, ketika kata-kata sederhana terdengar menyakitkan. Barangkali ciuman itu hanyalah caraku untuk menangkup bibirnya agar tidak melanjutkan kalimat.

Sebelum ciuman yang panjang itu, ketika gerimis bermula, ia berkata,

"Maafkan, kita cuma teman..."

Ternyata benar, ciuman ini adalah akhir.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Ketika Gerimis Bermula
Cheri Nanas
Novel
Bronze
Weak Hero
Penulis Noname
Flash
Wizard Monk
Arba Sono
Flash
Bronze
Tunggu Pembalasanku!
Reyan Bewinda
Flash
BUKU TUA
Ahmad Karim
Flash
Reverse # 3 : Gelombang
Yesno S
Skrip Film
Lady Advocate (Script)
Didik Suharsono
Flash
Bronze
ASAL USUL LINTAH DARAT DAN LINTAH AIR
Flora Darma Xu
Flash
Bronze
Pisau Dapur
Diba Tesi Zalziyati
Cerpen
I Have Nothing
Yutanis
Novel
Mockingbird
Madina_hld
Cerpen
Bronze
MYTHOEPIA: Sebuah Cerpen Fantasi Epik
Blue Sky
Cerpen
Bronze
Odyssey: Melintasi Dimensi Waktu
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
Bagaimana Makelar Suara Pilkada Bekerja
Habel Rajavani
Flash
Percobaan 0306
Varenyni
Rekomendasi
Flash
Ketika Gerimis Bermula
Cheri Nanas
Flash
Tangent
Cheri Nanas
Flash
Percakapan di Atas Gedung
Cheri Nanas
Flash
Jantungku Berdebar
Cheri Nanas
Flash
Hujan Pertama
Cheri Nanas
Flash
Ruang Tersembunyi dalam Hati
Cheri Nanas
Flash
Anonim di Argo Parahyangan
Cheri Nanas
Flash
Potret
Cheri Nanas
Flash
Rahasia Kucing
Cheri Nanas
Flash
Runway Lights
Cheri Nanas
Flash
Arti Hujan
Cheri Nanas
Flash
Awan
Cheri Nanas