Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Perjalanan adalah sebuah hal yang menyenangkan bagiku. Pasalnya setiap hal baru selalu kutemui di sana. Ada banyak pelajaran yang bisa kudapatkan. Hari rabu kemarin aku pulang dari Bandung. Berangkatlah aku dari kosan untuk pergi ke terminal bus. Sambil menunggu bus datang aku mampir dulu di warung kopi menikmati lalu lalang orang mudik. Cuaca agak mendung, ini akan turun hujan pikirku dalam hati. Waktu menunggu bus lama, sudah sekitar satu jam-an. Tiba-tiba ada seorang calo bus yang menawariku naik kendaraannya.
"Mau kemana a?"
"Ke Tasik Pak!"
"Ayo sekalian ini bus jurusan Tasik juga"
"Nggak Pak, terima kasih, saya lagi nunggu bus lain!"
Pergilah calo bus itu dariku. Rupanya ia tidak tinggal diam merayuku untuk naik bersamanya. Perasaanku sudah tidak enak, mulai agak mencurigakan, harga BBM kala itu sedang naik-naiknya. Ongkos kendaraan jadi mahal.
Datanglah ia kembali kepadaku. Aku pun menolak lagi. Banyak cara rupanya, ia memaksaku dengan cara mengambil barang bawaanku ke mobil bus itu. Sial kataku bisa-bisanya ia membawa barang itu. Barang sudah di bus, terpaksalah aku mengalah naik. Mobil hitam yang sudah tua, berdesak-desakan di mobil, bergerak pun susah, panas suasana di mobil tidak betah kududuknya.
Perjalanan baru sampai bundaran Garut, para penumpang bus diminta turun dipindahkan semua ke mobil lain termasuk diriku, ada yang malah turun, ada yang meneruskannya. Uang tinggal pas-pasan. muka kenek yang garang bertato dan bau arak mulutnya serta ongkos pun ditekuk.
"Ke Tasik berapa Pak?" tanyaku.
"Seratus ribu!" jawabnya dengan muka datar.
"Hah seratus!" kagetlah diriku, hingga terdengar ke semua penumpang.
Menolak namun tak bisa, yang akhirnya pasrah bayar.
Kulihat gelagat kenek itu, berbincang dengan supir lain yang akan mengantarkanku ke Tasik. Dari jauh rupanya ia cuma ngasih 35 ribu rupiah untuk 3 orang penumpang, yang satu sepasang suami istri dan satu lagi aku.
Sial, semakin membuncah dadaku melihat kelakuannya. tibalah perjalanan itu dan lagi-lagi ke Tasikmalaya pun hanya sampai Singaparna. Rumahku masih jauh dari sana, kira-kira 13 km lagi menuju Cilembang.
Kesal, ditipu, uang udah habis, jarak rumah masih jauh. lengkap sudah perjalanan paling berkesan ini kunikmati.
Tibalah di masjid Agung Singaparna. Aku istirahat sejenak dan solat ashar sambil memikirkan bagaimana caranya bisa pulang ke rumah.
Lima belas menit berlalu. Keluar dari masjid berjalan kira-kira 100 m.
"Hei... habis darimana kamu, kok sendirian aja?"
"Eh bentar siapa ini?"jawabku kaget.
"Masa gak kenal, aku teman lamamu Hafiz yang dulu sekolah bareng di SD lewo."
"Hmmm..iya-iya aku inget sekarang. Habis dari Bandung Fiz, cuma aku kehabisan uang di jalan."
"Hah! gak mungkin kok bisa begitu sih, pasti ada yang gak beres nih, gimana ceritanya?"
"Nanti aku ceritain deh, panjang soalnya."
"Oke, ayo kita pulang bareng sekarang kebetulan aku mau ke rumah saudara di Cilembang."
Drama perjalanan pun selamat sudah yang akhirnya ada teman yang menolong dikala sedang kebingungan. Kita tidak tahu kapan dan siapa yang membantu kita dalam kesusahan. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa apapun yang terjadi.