Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Jakarta, 2021
Ku gandeng tangan wanita tinggi semampai itu. Wanita dengan tinggi badan sekitar 165 cm dan wajah kuning pucat.
“Aku kenalkan kau pada ayahku” Bisikku padanya.
Wanita itu, Salsabila Yuanita. Aku mengenalnya setahun terakhir ini. Ia adalah sekretaris pribadiku. Ia menggantikan Rika, wanita penjilat yang membocorkan rahasia perusahanku.
Singkat. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu kami pergi pesta, minum-minum di tempat biasa, bahkan kami sempat tinggal bersama di sebuah apartemen mewah di kotaku.
Meski ku akui, ada wanita lain yang ada di hatiku sebelum dia. Seorang wanita polos bernama Fatma. Aku dan Fatma sudah merencanakan pertunangan kami. Aku membatalkan sepihak pertunangan itu. Ada Salsabila yang lebih segalanya datang padaku. Bagaimana aku bisa menolaknya hanya demi perempuan kampungan itu?
Sejak saat itu Fatma menghilang entah kemana. Bahkan untuk memakikupun, tak tega dia.
“Ayahku adalah seorang duda cerai. Ia dulu adalah bos perusahaan kami. Dia memberikan semuanya padaku setelah bercerai dengan mami. Katanya, ia kehilangan belahan jiwanya hingga pikirannya buntu,” Jelasku padanya.
Salsabila mengangguk. Ia menatapku iba, “Pasti ibumu sangat berarti bagi ayahmu. Janji ya, kamu nggak akan berpaling dariku, Dexter,”
Aku mengangguk. Aku lalu mempersilakannya duduk.
“Semua gara-gara wanita itu. Wanita yang menggoda ayahku hingga Mamiku pergi meninggalkannya. Singkat cerita, mereka sudah berkencan selama kurang lebih dua puluh lima tahun. Memang aneh sih kedengarannya,”
“Hey, siapa yang kamu bawa, Dex?”
Pria tua itu datang membawa dua cangkir teh hijau. Aku dan Salsabila berdiri.
“Selamat malam Pak Iwan, kita bertemu lagi,” Ujar wanita itu dengan senyuman di wajahnya.
Tangan ayahku bergetar, ia menjatuhkan dua cangkir the hijau hingga pecah berkeping keeping.
Calon istriku yang cantik itu menghampirinya dan membantunya membereskan kaca beling. “Sudah pak Iwan, Anda istirahat dulu saja, anda terlihat tidak baik-baik saja,”
Tangan dan kaki Ayah bergetar hebat. Matanya berputar-putar tak karuan. Ia lalu pingsan.
Dari sana, aku merasakan keanehan pada calon istriku. Mengapa ayah sangat takut pada Salsabila? Dan yang kedua, mengapa seolah Salsabila membisikan sesuatu di telinga ayah, lalu mendadak ayah pingsan? Mengapa ia bilang, "Kita bertemu lagi", padahal mereka belum pernah bertemu. Eh, Pak Iwan? Nama ayahku Kurniawan . Hanya mami yang memanggilnya Iwan. Aku tak pernah mengatakan itu pada Salsabila.
**
Jakarta, 1995
Pria tampan bekulit putih itu mengunci ruangannya.
Sekretaris barunya sudah duduk di atas meja kerjanya. Gadis itu sangat seduktif.
Gadis itu menarik kemeja pria itu. “Jangan sampai kau berpaling dariku, atau kau akan menyesal,”
Pria itu mengecup pucuk rambut si gadis, “Aku janji padamu, Salsabila Yuanita,”
Salsabila tersenyum, ditatapnya wajah si Pria. “Kau tak akan mampu menolak pesonaku ini, Iwan,”
Mereka pun bermesraan. Di belakang tubuh Iwan, ada foto keluarga. Iwan atau Kurniawan , Elliana, dan seorang anak tiga tahun bernama Dexter .