Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Eka memacu sepeda pancal menembus jalan yang gelap. Ia sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu perjanjian. Pukul sebelas. Tiga orang temannya dan Kak Heru pasti telah menunggu. Senior itu menantang mereka jurit malam di sebuah gudang kosong bekas kebakaran.
Teman-temannya ciut, tetapi Eka pemberani. Sayang, ia keasyikan main game tadi, lalu molor ketiduran. Tak lama, ia sampai di tempat tujuan yang katanya angker itu.
“Yang lainnya mana, Kak?” Eka lega karena baru Heru yang datang. Seniornya hanya tersenyum dan menggeleng.
“Ya udah, aku duluan ke dalam, ya? Bilangin Anak-anak, jangan pengecut!” Eka sesumbar meninggalkan Heru yang tidak banyak bicara. Jangan bilang seniornya juga takut. Masa bodohlah. Dengan senter di tangan, suara langkah kakinya menggema di dalam gedung.
Apanya yang seram? Lingkaran cahaya hanya menyapa dinding gosong yang diam. Cukup lama ia menunggu, tetapi tidak terjadi apa-apa. Malah nyamuk berpesta pora mengerubunginya. Kesal, Eka pun memutuskan pulang. Dan lebih kesal lagi ketika Heru sudah raib. Ah, pengecut semuanya!
Gawainya berdering. “Eka, lo di mana?” Temannya cemas.
“Gua jurit malam sendirian tau? Sama nyamuk!” umpatnya.
“Lho? Juritnya batal, Ka! Kak Heru kecelakaan sore tadi. Parah. Dan barusan berpulang, innalillah ….” Isak tangis di seberang membuat Eka tercekat.
Jadi, yang tadi siapa?