Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Kamu pas pulang kampung ke Nias ngapain aja?” Vita, gadis yang baru aku kenal dari seminar jurnalis itu tiba-tiba bertanya.
”Hmm apa Vit?” Aku dengan gegabah melepas earphoneku karena sebenarnya tidak begitu jelas mendengarnya.
”Kamu kan orang Nias, kamu jago berselancar dong? Pas pulang kampung kamu berselancar?” Ia menghujaniku dengan pertanyaan.
”Hehehe gimana Vit? Kamu berusaha banget ya memulai obrolan?” Aku senang membuat orang makin gugup dan salah tingkah.
”Hmmmph... habis sepi banget... hening. Takut aja yang kita naikin ini kereta hantu manggarai yang kata orang-orang.” Balasnya dengan cemberut.
”Hehe maaf maaf bercanda... saya cuma numpang lahir di Nias saat bapak saya bertugas disana, semua keluarga besar saya sudah di Jakarta. Saya bukan orang asli Nias, saya gabisa berselancar maupun melompati batu yang besar itu yaaa.” Jawabku agar mengurangi suasana yang malah kikuk.
Vita terlihat tidak mendengarkan jawabanku, mata gadis itu bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri berkali-kali, mulutnya bergerak mengatup-ngatup tanpa suara membaca tagline iklan yang berada di dinding kereta.
”Aneh banget ya Vit ini mie pedas korea, saya suka heran deh sama orang yang doyan makan pedas... kaya.. dia tuh makan untuk menyiksa diri, bukan untuk dinikmati.” Timpalku.
”Huh? Kamu berusaha banget menyambung obrolan?” Serang gadis itu.
”HAHAHAHAHAH Vit... aku liat habisnya kamu serius banget baca iklannya.” Kataku sambil terbahak.
”Iya... kalo menyambung obrolan yang topiknya sama dong... tanya kek, aku asalnya dari mana... tinggal dimana..” Balasnya.
”Hahaha lucu kamu, yaudah.. saya tanya. Kamu suka makan pedas?” Tanyaku.
”Hmmm enggak terlalu sih, tapi yaaaa bukan topik mie pedas ini juga kan yang harus kita bicarain?” Balasnya dengan sedikit jutek.
”Hehehe maap, eh.. saya duluan ya..” Ucapku agak tergesa sambil mempersiapkan mendekati pintu saat pengumuman kereta tiba di Stasiun Cawang.
Aku menyesal, sejak pertemuan itu aku bahkan tidak pernah mendapatkan kabar dari Vita lagi.
Tapi lagipula bagaimana caranya? Aku hanya tahu, ia gadis bernama Vita, yang tinggal di Depok. Sampai saat ini aku lupa bagaimana wajahnya, aku hanya menatap lekat lekat satu foto yang aku ambil secara diam diam dari belakang pada hari itu. Hanya nampak rambut sebahu, dengan jaket merah maroon dan celana baggy hitam. Atau mungkin dia hanya hantu? Hanya khayalanku? Hanya percakapan yang aku bangun sendiri hari itu saat aku pulang dari seminar kejurnalisan di Menteng.