Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Ibu ... ibu ...” terdengar suara anak kecil yang memanggil ku.
Dengan diri yang belum begitu sadar dan mata terpejam aku menjawabnya “Iya nak, ada apa?”
“Tangan ibu mana?” ujarnya.
Baru sadar jika tanganku sudah tidak menggenggam tangannya, entah itu karena pergerakan badan ku saat tidur atau pun dia. Aku mengulurkan tangan dan langsung disambut dengan genggaman yang begitu erat olehnya. Itulah yang terjadi di setiap malam, sejak ia masih bayi kebiasaan tidur saling menggenggam dilakukan.
Namanya Aruna, anak ketiga berusia dua tahun.
Setelah ia menggenggam tanganku dengan erat, aku langsung mendekapnya sambil mencium dahinya. Ia langsung tertidur kembali dan aku menjadi tidak ngantuk. Tiba-tiba jadi teringat waktu aku berada di ruang operasi untuk melahirkannya.
Hari kedua di bulan Ramadan, aku akan menjalani operasi cesar untuk yang ketiga kalinya. Ketika pembedahan dimulai, tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja. Tidak seperti kelahiran-kelahiran sebelumnya, aku merasa sangat sedih. Dan ketika bayinya keluar dan ditunjukkan padaku, ia langsung mengulurkan tangannya dan aku pun langsung mengarahkan bibir ke tangan kanannya lalu menciumnya. Tangan dia masih mungil dan waktu itu dibantu pula oleh seorang dokter. “Assalamualaikum nak ...” Ucapan pertama ku padanya. Tangis pun berhenti hingga proses operasi selesai.
Setelah kami merayakan ulang tahun Aruna yang ke satu, Ayahnya kembali pergi keluar kota untuk bekerja menyelesaikan proyek besar. Bahkan sejak Aruna masih berusia dua hari pun, sudah ditinggal sang Ayah keluar kota berbulan-bulan. Seminggu kemudian, aku mendapat berita bahwa dia berkhianat kepadaku. Dia berselingkuh dengan wanita lain. Dan setelah tahu sendiri fakta-fakta nya, ternyata dia melakukan itu sejak usia anak pertama ku masih lima belas bulan.
Satu tahun berlalu dan sekarang aku masih mengurus perceraian. Ya, hanya aku sendiri yang mengurusnya.
Seiring berjalannya waktu, aku pun mengerti atas sikap Aruna sedari ia lahir. Dengan genggaman itu, begitu banyak bahasa multi tafsir yang ia tujukan padaku.
“Ada aku ibu .... "
"Ibu kuat ... kita selalu bersama, jangan jauh dariku."
“Aku sayang ibu ... ”
“Aku ada untuk ibu dan kakak-kakak ... ”