Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Mengutuk Tuhan Palsu
4
Suka
1,945
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Siri dan penyelam lainnya sedang melakukan ekspedisi untuk mengarungi dasar Laut Tasman yang terletak di bagian barat daya Samudra Pasifik. Saat dalam pengarungan, tak sengaja ia terpisah dengan timnya. Ia pun linglung. Baru kali ini, ia merasa sendirian dalam Laut Tasman. Berkali-kali, ia berusaha naik ke permukaan, tetapi selalu gagal. Seperti ada sebuah tangan yang menggenggam erat pergelangan kakinya. Di tengah keputusasaannya ia melihat sebuah cahaya. Ia mengikuti cahaya misterius yang bergerak lebih dalam ke dasar laut itu, berharap setidaknya menemukan sebuah petunjuk.

Namun cahaya itu malah mengantarkannya ke sebuah tempat misterius yang dipenuhi puluhan patung. Siri dibuat takjub melihatnya. Di antara semua patung, matanya tertuju pada satu patung. Patung itu terlihat seperti wanita dengan tekstur penuh keriput. Sosoknya yang kaku tertancap pada sebuah batu yang serupa tiang kayu. Ia menghampiri patung itu. Sebuah perasaan aneh muncul sehingga ia tak dapat lagi menahan penasaran. Tangannya perlahan bergerak menyentuh patung itu.

****

“Bunuh saja cenayang tua itu!”

“Bakar saja, dia dukun tua tak berguna!”

“Penyihir kolot gila! Tua bangka penghianat!”

“Ia hanya mempermalukan Suku Māori!

“Tunggu apalagi, bakar saja!”

“Dia ingin menghancurkan Marakiha, sang penyelamat kita, tuhan baru kita. Bakar dia!”

“Bakar! Bakar! Bakar!”

Suara mereka terlontar bergantian, menusuk telinga Akenahi. Ia hanya bisa pasrah. Dengan tubuhnya yang terpasung di sebuah tiang kayu, ia tak bisa apa-apa lagi. Tetapi mata Akenahi tak terlihat mati. Masih ada setitik harapan di mata Akenahi, harapan untuk terus hidup. Orang-orang di sukunya memutuskan mengeksekusi mati Akenahi.

Setelah dilempari batu bertubi-tubi, tubuhnya ditutupi tumpukan kayu. Dinyalakannya api di ujung kayu, yang perlahan akan melahap seluruh tubuh Akenahi. Di ujung kematiannya, Akenahi mendengar suara yang tak asing. Suara yang basah, berat namun terasa hangat dan lembut.   

Ma te whakahua i tou ingoa, e te Atua kotahi, whakaorangia toku wairua i te kino. Āmine[1],” suara itu berbisik, Akenahi ikut merapalkannya lalu tersenyum. 

Seketika langit yang terik menjadi gelap, butiran air menghujam deras. Badai datang secara tiba-tiba. Badai menerpa, dan apa yang diterpanya seketika berubah menjadi batu. Pada detik-detik terakhir sebelum wajah Akenahi ditampar badai, ia memejamkan matanya dan tertawa.

****

Setelah menyentuh patung itu, mata Siri segera bergerak mencari sesuatu. Tangannya meraih batu sebesar kepalan tangan. Ia kemudian bergerak menuju patung lain yang berdiri di atas sebuah altar. Altar itu terlihat seperti pusat persembahan, terdapat banyak sesajen yang membatu di sekitarnya. Ia mengambil ancang-ancang, lalu menghantamkan batu yang digenggamnya ke patung itu sambil menjerit dalam hati.

”Dasar patung terkutuk! Tuhan palsu! Iblis terkutuk! Laknat kau menjadi batu!”

 

 

 

[1] Bahasa Māori, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Memanggil namamu, Tuhan yang satu, selamatkan jiwaku dari kejahatan. Amin.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@darmalooooo : makasih kak udah mampir dan bacaaa...
Menarik
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Cerpen
Bronze
Sandal Untuk Ibu
Erika Oktavian
Novel
Gold
Digital Fortress
Mizan Publishing
Novel
Rembulan di Kaki Gunung Ceremai
R Fauzia
Flash
Bronze
Sari With The Black Dress
Vebrian D. Langkai
Flash
The Newbie
Via S Kim
Novel
KOL (Karang Ombak Laut)
Hendrakur
Flash
Bebek bertelur emas
Mahmud
Novel
Sang Penjaga
Rizki Ramadhana
Novel
Bronze
LALANG
Nurbaya Pulhehe
Flash
Benalu
Mambaul Athiyah
Cerpen
Rumah Tua dan Buku-buku yang Hilang
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Memori Berdarah
Adnan Fadhil
Novel
Bronze
Limit: Rahasia Si Pencuri
Syafira Muna
Flash
MAWAR BIRU JADI PILU
Feffi
Rekomendasi
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Flash
Wizard Monk
Arba Sono