Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Mengutuk Tuhan Palsu
4
Suka
1,778
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Siri dan penyelam lainnya sedang melakukan ekspedisi untuk mengarungi dasar Laut Tasman yang terletak di bagian barat daya Samudra Pasifik. Saat dalam pengarungan, tak sengaja ia terpisah dengan timnya. Ia pun linglung. Baru kali ini, ia merasa sendirian dalam Laut Tasman. Berkali-kali, ia berusaha naik ke permukaan, tetapi selalu gagal. Seperti ada sebuah tangan yang menggenggam erat pergelangan kakinya. Di tengah keputusasaannya ia melihat sebuah cahaya. Ia mengikuti cahaya misterius yang bergerak lebih dalam ke dasar laut itu, berharap setidaknya menemukan sebuah petunjuk.

Namun cahaya itu malah mengantarkannya ke sebuah tempat misterius yang dipenuhi puluhan patung. Siri dibuat takjub melihatnya. Di antara semua patung, matanya tertuju pada satu patung. Patung itu terlihat seperti wanita dengan tekstur penuh keriput. Sosoknya yang kaku tertancap pada sebuah batu yang serupa tiang kayu. Ia menghampiri patung itu. Sebuah perasaan aneh muncul sehingga ia tak dapat lagi menahan penasaran. Tangannya perlahan bergerak menyentuh patung itu.

****

“Bunuh saja cenayang tua itu!”

“Bakar saja, dia dukun tua tak berguna!”

“Penyihir kolot gila! Tua bangka penghianat!”

“Ia hanya mempermalukan Suku Māori!

“Tunggu apalagi, bakar saja!”

“Dia ingin menghancurkan Marakiha, sang penyelamat kita, tuhan baru kita. Bakar dia!”

“Bakar! Bakar! Bakar!”

Suara mereka terlontar bergantian, menusuk telinga Akenahi. Ia hanya bisa pasrah. Dengan tubuhnya yang terpasung di sebuah tiang kayu, ia tak bisa apa-apa lagi. Tetapi mata Akenahi tak terlihat mati. Masih ada setitik harapan di mata Akenahi, harapan untuk terus hidup. Orang-orang di sukunya memutuskan mengeksekusi mati Akenahi.

Setelah dilempari batu bertubi-tubi, tubuhnya ditutupi tumpukan kayu. Dinyalakannya api di ujung kayu, yang perlahan akan melahap seluruh tubuh Akenahi. Di ujung kematiannya, Akenahi mendengar suara yang tak asing. Suara yang basah, berat namun terasa hangat dan lembut.   

Ma te whakahua i tou ingoa, e te Atua kotahi, whakaorangia toku wairua i te kino. Āmine[1],” suara itu berbisik, Akenahi ikut merapalkannya lalu tersenyum. 

Seketika langit yang terik menjadi gelap, butiran air menghujam deras. Badai datang secara tiba-tiba. Badai menerpa, dan apa yang diterpanya seketika berubah menjadi batu. Pada detik-detik terakhir sebelum wajah Akenahi ditampar badai, ia memejamkan matanya dan tertawa.

****

Setelah menyentuh patung itu, mata Siri segera bergerak mencari sesuatu. Tangannya meraih batu sebesar kepalan tangan. Ia kemudian bergerak menuju patung lain yang berdiri di atas sebuah altar. Altar itu terlihat seperti pusat persembahan, terdapat banyak sesajen yang membatu di sekitarnya. Ia mengambil ancang-ancang, lalu menghantamkan batu yang digenggamnya ke patung itu sambil menjerit dalam hati.

”Dasar patung terkutuk! Tuhan palsu! Iblis terkutuk! Laknat kau menjadi batu!”

 

 

 

[1] Bahasa Māori, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Memanggil namamu, Tuhan yang satu, selamatkan jiwaku dari kejahatan. Amin.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@darmalooooo : makasih kak udah mampir dan bacaaa...
Menarik
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Novel
Superpower - Your Life Is The Price
Alexander Blue
Novel
Bronze
Siswa Sempurna [Bagian 1 | Sisi Terang]
Ikhsannu Hakim
Novel
Bronze
Pintu Rahasia Sang Ibu
Randy Arya
Novel
Rodan Rodin
HAA
Novel
Bronze
LALANG
Nurbaya Pulhehe
Novel
Bronze
Wentira "Another Story of the Invisible City"
Etzar Diasz
Novel
The Magician
NUR C
Cerpen
Bronze
Ayah di Seberang Sungai
Fazil Abdullah
Novel
Gold
Bird Box
Noura Publishing
Flash
Criminal Case
Ariq Ramadhan Nugraha
Novel
Yakuza van Java S.2 : Case Files
A.M.E chan
Flash
The Room 13
Ariq Ramadhan Nugraha
Flash
Bersalah
DMRamdhan
Flash
Lindur: The Shadow
Silvia
Rekomendasi
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Flash
Wizard Monk
Arba Sono