Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Mengutuk Tuhan Palsu
4
Suka
1,832
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Siri dan penyelam lainnya sedang melakukan ekspedisi untuk mengarungi dasar Laut Tasman yang terletak di bagian barat daya Samudra Pasifik. Saat dalam pengarungan, tak sengaja ia terpisah dengan timnya. Ia pun linglung. Baru kali ini, ia merasa sendirian dalam Laut Tasman. Berkali-kali, ia berusaha naik ke permukaan, tetapi selalu gagal. Seperti ada sebuah tangan yang menggenggam erat pergelangan kakinya. Di tengah keputusasaannya ia melihat sebuah cahaya. Ia mengikuti cahaya misterius yang bergerak lebih dalam ke dasar laut itu, berharap setidaknya menemukan sebuah petunjuk.

Namun cahaya itu malah mengantarkannya ke sebuah tempat misterius yang dipenuhi puluhan patung. Siri dibuat takjub melihatnya. Di antara semua patung, matanya tertuju pada satu patung. Patung itu terlihat seperti wanita dengan tekstur penuh keriput. Sosoknya yang kaku tertancap pada sebuah batu yang serupa tiang kayu. Ia menghampiri patung itu. Sebuah perasaan aneh muncul sehingga ia tak dapat lagi menahan penasaran. Tangannya perlahan bergerak menyentuh patung itu.

****

“Bunuh saja cenayang tua itu!”

“Bakar saja, dia dukun tua tak berguna!”

“Penyihir kolot gila! Tua bangka penghianat!”

“Ia hanya mempermalukan Suku Māori!

“Tunggu apalagi, bakar saja!”

“Dia ingin menghancurkan Marakiha, sang penyelamat kita, tuhan baru kita. Bakar dia!”

“Bakar! Bakar! Bakar!”

Suara mereka terlontar bergantian, menusuk telinga Akenahi. Ia hanya bisa pasrah. Dengan tubuhnya yang terpasung di sebuah tiang kayu, ia tak bisa apa-apa lagi. Tetapi mata Akenahi tak terlihat mati. Masih ada setitik harapan di mata Akenahi, harapan untuk terus hidup. Orang-orang di sukunya memutuskan mengeksekusi mati Akenahi.

Setelah dilempari batu bertubi-tubi, tubuhnya ditutupi tumpukan kayu. Dinyalakannya api di ujung kayu, yang perlahan akan melahap seluruh tubuh Akenahi. Di ujung kematiannya, Akenahi mendengar suara yang tak asing. Suara yang basah, berat namun terasa hangat dan lembut.   

Ma te whakahua i tou ingoa, e te Atua kotahi, whakaorangia toku wairua i te kino. Āmine[1],” suara itu berbisik, Akenahi ikut merapalkannya lalu tersenyum. 

Seketika langit yang terik menjadi gelap, butiran air menghujam deras. Badai datang secara tiba-tiba. Badai menerpa, dan apa yang diterpanya seketika berubah menjadi batu. Pada detik-detik terakhir sebelum wajah Akenahi ditampar badai, ia memejamkan matanya dan tertawa.

****

Setelah menyentuh patung itu, mata Siri segera bergerak mencari sesuatu. Tangannya meraih batu sebesar kepalan tangan. Ia kemudian bergerak menuju patung lain yang berdiri di atas sebuah altar. Altar itu terlihat seperti pusat persembahan, terdapat banyak sesajen yang membatu di sekitarnya. Ia mengambil ancang-ancang, lalu menghantamkan batu yang digenggamnya ke patung itu sambil menjerit dalam hati.

”Dasar patung terkutuk! Tuhan palsu! Iblis terkutuk! Laknat kau menjadi batu!”

 

 

 

[1] Bahasa Māori, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Memanggil namamu, Tuhan yang satu, selamatkan jiwaku dari kejahatan. Amin.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@darmalooooo : makasih kak udah mampir dan bacaaa...
Menarik
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Flash
Bronze
Lambat Bukan Berarti Tak Berguna
Syafira Muna
Flash
Kisah Sebelum Tidur
lusi anda sudjana
Novel
Tanda Cinta dari Akhirat
Bamby Cahyadi
Novel
Bronze
Persinggahan Mistik
Tira Riani
Flash
Bidadari Pembohong
Alwinn
Cerpen
WITNESS
Rudie Chakil
Cerpen
Lelaki Bibliokas
Mufida Namsa
Cerpen
Kasus Pembunuban: Mayat Berkawat
Grimmer
Cerpen
Bronze
Pohon-pohon Yang Berbicara
Eko Hartono
Novel
Bronze
Emma
Niko Pasha
Flash
PESTA TERAKHIR
Veninda Oktaviana
Cerpen
Bronze
KAMU HARUS CANTIK
Citra Rahayu Bening
Novel
JALAINI: Sumur-Sumur Mutilasi Berantai
Ikhsannu Hakim
Flash
Pendamping
Shavira Nurul Fitri
Rekomendasi
Flash
Mengutuk Tuhan Palsu
Arba Sono
Flash
Wizard Monk
Arba Sono