Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
DUA BERMUKENA
0
Suka
1,956
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sahur tiba. Bersama adik menghampiri ibuku yang tengah berjaga di bangsal Antaraya, rumah sakit Putra di Jember. Kami bertiga makan di dekat ranjang beroda yang ditempati bapak.

Sesudah perut kenyang, kembalilah aku ke ruang istirahat yang sudah tersedia. Yaitu di belakang Antaraya. Waktu belum melompat ke subuh. Aku tidur sebentar. Gigi sudah kusikat jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurang lebih lima belas menit kemudian aku terbangun. Dan ingin sholat malam karena masih ada sisa waktu untuk melakukannya. Setengah mengantuk aku berjalan ke arah masjid. Sampai beberapa langkah, aku berhenti dan mendongak ke jendela masjid lantai dua. Kulihat dua orang bermukena di sana. Satu orang berjalan membuka jendela dan yang lain mengikuti di belakangnya.

“Oh aku tidak sendirian kalau begitu.” Batinku lega. Karena sedikit menakutkan bila duduk seorang diri di sana sementara penerangannya masih remang-remang kekuningan.

Usai berwudhu, pelan-pelan aku menaiki tangga. Sendirian sembari memeluk mukena. Satu anak tangga. Dua anak tangga. Tiga anak tangga. Sampai anak tangga ke tiga puluh lima. Di lantai dua ternyata tak jauh berbeda, aku tetap sendirian. Dua orang tadi menghilang. Sampai subuh pun, mereka tidak datang. Kukira mungkin dua orang tadi urung sholat di masjid. Beberapa saat kemudian tuan penjaga masjid membuka jendela-jendela. Yang dibuka hanya sisi kiriku. Yang kanan masih tertutup rapat.

“Bukannya tadi sudah dibuka sama salah satu orang bermukena tadi?” Kebingungan itu kupendam.

Beberapa hari kemudian, sewaktu sholat Dhuhur baru aku sadar. Bila yang bertugas membuka jendela-jendela masjid tentu saja penjaganya. Bukan jamaahnya. Dan jendela yang dibuka selalu yang sisi kiri. Bukan yang kanan. Aku sudah memastikannya. Selain itu, cara tuan penjaga masjid membuka jendela berbeda dengan orang bermukena itu.

Orang bermukena membukanya seolah-olah jendela di depannya berjenis tenda. Padahal semua jendela masjid lantai dua berjenis tingkap, yang jika lembaran-lembaran kacanya didorong ke samping dapat menganga amat lebar melebihi jendela tenda. Gerakannya mirip ketika membuka pintu.

"Aku merinding." Pungkas adikku usai kuberitahu cerita lengkapnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@egidperdana89 : Hantu
Maling atau hantu?
Rekomendasi dari Horor
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Novel
SRAPIT
Onet Adithia Rizlan
Cerpen
Firasat
Sekarmelati
Novel
Dead Girl's Diary
Roy Rolland
Novel
Gold
Misteri Sanggar Cinta
Mizan Publishing
Novel
Gold
Surat dari Kematian
Falcon Publishing
Cerpen
Arina, Sang Pembalas
Ian Hendrawan
Novel
Bronze
29 (Dua Puluh Sembilan)
Sri Winarti
Novel
Bronze
(Misteri) Bunga Lily
Nia Purwasih Sanggalangi
Novel
Gold
Fantasteen Scary Hot Seat
Mizan Publishing
Cerpen
Rencana
Endah Wahyuningtyas
Novel
Bronze
Balian
Bakasai
Flash
Bronze
Payung Hitam
Herman Sim
Flash
Flies
Rama Sudeta A
Novel
Terror Mannequin
Devi Sri Mulyani
Rekomendasi
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Cerpen
Brownies Dalu
Séa Hana
Flash
BLUE EYES
Séa Hana
Cerpen
UITDF
Séa Hana
Flash
Mila
Séa Hana
Novel
Gadis yang Rambutnya Selalu Dikepang Dua
Séa Hana
Flash
Jojo dan Jeje
Séa Hana
Cerpen
Zeus Telah Kembali
Séa Hana