Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
DUA BERMUKENA
0
Suka
1,918
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sahur tiba. Bersama adik menghampiri ibuku yang tengah berjaga di bangsal Antaraya, rumah sakit Putra di Jember. Kami bertiga makan di dekat ranjang beroda yang ditempati bapak.

Sesudah perut kenyang, kembalilah aku ke ruang istirahat yang sudah tersedia. Yaitu di belakang Antaraya. Waktu belum melompat ke subuh. Aku tidur sebentar. Gigi sudah kusikat jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurang lebih lima belas menit kemudian aku terbangun. Dan ingin sholat malam karena masih ada sisa waktu untuk melakukannya. Setengah mengantuk aku berjalan ke arah masjid. Sampai beberapa langkah, aku berhenti dan mendongak ke jendela masjid lantai dua. Kulihat dua orang bermukena di sana. Satu orang berjalan membuka jendela dan yang lain mengikuti di belakangnya.

“Oh aku tidak sendirian kalau begitu.” Batinku lega. Karena sedikit menakutkan bila duduk seorang diri di sana sementara penerangannya masih remang-remang kekuningan.

Usai berwudhu, pelan-pelan aku menaiki tangga. Sendirian sembari memeluk mukena. Satu anak tangga. Dua anak tangga. Tiga anak tangga. Sampai anak tangga ke tiga puluh lima. Di lantai dua ternyata tak jauh berbeda, aku tetap sendirian. Dua orang tadi menghilang. Sampai subuh pun, mereka tidak datang. Kukira mungkin dua orang tadi urung sholat di masjid. Beberapa saat kemudian tuan penjaga masjid membuka jendela-jendela. Yang dibuka hanya sisi kiriku. Yang kanan masih tertutup rapat.

“Bukannya tadi sudah dibuka sama salah satu orang bermukena tadi?” Kebingungan itu kupendam.

Beberapa hari kemudian, sewaktu sholat Dhuhur baru aku sadar. Bila yang bertugas membuka jendela-jendela masjid tentu saja penjaganya. Bukan jamaahnya. Dan jendela yang dibuka selalu yang sisi kiri. Bukan yang kanan. Aku sudah memastikannya. Selain itu, cara tuan penjaga masjid membuka jendela berbeda dengan orang bermukena itu.

Orang bermukena membukanya seolah-olah jendela di depannya berjenis tenda. Padahal semua jendela masjid lantai dua berjenis tingkap, yang jika lembaran-lembaran kacanya didorong ke samping dapat menganga amat lebar melebihi jendela tenda. Gerakannya mirip ketika membuka pintu.

"Aku merinding." Pungkas adikku usai kuberitahu cerita lengkapnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@egidperdana89 : Hantu
Maling atau hantu?
Rekomendasi dari Horor
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Novel
Gold
Like Water for Chocolate
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Meja Operasi
Nila Kresna
Novel
Gold
Fantasteen The Escapist
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Scary Annabelle
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Tumbal Lorong Sewu
Dewie Sudarsh
Novel
Gold
Fantasteen Black Shadow
Mizan Publishing
Flash
Tatapan
Ariq Ramadhan Nugraha
Cerpen
Bronze
Sunggar Kuntilanak
Dewie Sudarsh
Novel
Gold
Fantasteen Scary Teru Teru Bozu
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Burung Pembawa Kematian
Khairul Azzam El Maliky
Cerpen
Bronze
Tersesat Di Alam Gaib
Nasreen
Novel
Gold
Fantasteen Scary Soul Eater
Mizan Publishing
Novel
Bronze
29 (Dua Puluh Sembilan)
Sri Winarti
Cerpen
Bronze
SETAN RUMAH B2A
Ranang Aji SP
Rekomendasi
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Cerpen
UITDF
Séa Hana
Novel
Gadis yang Rambutnya Selalu Dikepang Dua
Séa Hana
Flash
BLUE EYES
Séa Hana
Flash
Mila
Séa Hana
Cerpen
Brownies Dalu
Séa Hana
Cerpen
Zeus Telah Kembali
Séa Hana
Flash
Jojo dan Jeje
Séa Hana