Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
DUA BERMUKENA
0
Suka
1,961
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sahur tiba. Bersama adik menghampiri ibuku yang tengah berjaga di bangsal Antaraya, rumah sakit Putra di Jember. Kami bertiga makan di dekat ranjang beroda yang ditempati bapak.

Sesudah perut kenyang, kembalilah aku ke ruang istirahat yang sudah tersedia. Yaitu di belakang Antaraya. Waktu belum melompat ke subuh. Aku tidur sebentar. Gigi sudah kusikat jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurang lebih lima belas menit kemudian aku terbangun. Dan ingin sholat malam karena masih ada sisa waktu untuk melakukannya. Setengah mengantuk aku berjalan ke arah masjid. Sampai beberapa langkah, aku berhenti dan mendongak ke jendela masjid lantai dua. Kulihat dua orang bermukena di sana. Satu orang berjalan membuka jendela dan yang lain mengikuti di belakangnya.

“Oh aku tidak sendirian kalau begitu.” Batinku lega. Karena sedikit menakutkan bila duduk seorang diri di sana sementara penerangannya masih remang-remang kekuningan.

Usai berwudhu, pelan-pelan aku menaiki tangga. Sendirian sembari memeluk mukena. Satu anak tangga. Dua anak tangga. Tiga anak tangga. Sampai anak tangga ke tiga puluh lima. Di lantai dua ternyata tak jauh berbeda, aku tetap sendirian. Dua orang tadi menghilang. Sampai subuh pun, mereka tidak datang. Kukira mungkin dua orang tadi urung sholat di masjid. Beberapa saat kemudian tuan penjaga masjid membuka jendela-jendela. Yang dibuka hanya sisi kiriku. Yang kanan masih tertutup rapat.

“Bukannya tadi sudah dibuka sama salah satu orang bermukena tadi?” Kebingungan itu kupendam.

Beberapa hari kemudian, sewaktu sholat Dhuhur baru aku sadar. Bila yang bertugas membuka jendela-jendela masjid tentu saja penjaganya. Bukan jamaahnya. Dan jendela yang dibuka selalu yang sisi kiri. Bukan yang kanan. Aku sudah memastikannya. Selain itu, cara tuan penjaga masjid membuka jendela berbeda dengan orang bermukena itu.

Orang bermukena membukanya seolah-olah jendela di depannya berjenis tenda. Padahal semua jendela masjid lantai dua berjenis tingkap, yang jika lembaran-lembaran kacanya didorong ke samping dapat menganga amat lebar melebihi jendela tenda. Gerakannya mirip ketika membuka pintu.

"Aku merinding." Pungkas adikku usai kuberitahu cerita lengkapnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@egidperdana89 : Hantu
Maling atau hantu?
Rekomendasi dari Horor
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Skrip Film
Yang Tak Kembali
Herumawan Prasetyo Adhie
Cerpen
Bronze
Suara Melodi Kematian
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Kamar Arwah
Kartika Catur Pelita
Cerpen
Bronze
Teka-teki Silang
Iena_Mansur
Komik
Bronze
EQUAL
Sukir Subar
Novel
Gold
The Ho[S]tel 2
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Zona Zombie -Novel-
Herman Sim
Novel
Bronze
Tumbal Majikan
Diani Anggarawati
Novel
Bronze
Sazadah Hitam
Paul Sim
Novel
AVENDOR
Kilauan Pena
Novel
Bronze
Juwita
Ersi Safitri
Flash
Bronze
Penulis Cerita Horor
bomo wicaksono
Novel
Bronze
KUNCEN
Deeta Pratiwi
Novel
Bronze
The Evil of The Black Rose
Trinaya
Rekomendasi
Flash
DUA BERMUKENA
Séa Hana
Flash
Mila
Séa Hana
Flash
Jojo dan Jeje
Séa Hana
Novel
Gadis yang Rambutnya Selalu Dikepang Dua
Séa Hana
Cerpen
Brownies Dalu
Séa Hana
Flash
BLUE EYES
Séa Hana
Cerpen
UITDF
Séa Hana
Cerpen
Zeus Telah Kembali
Séa Hana