Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
DUA BERMUKENA
0
Suka
4,798
Dibaca

Sahur tiba. Bersama adik menghampiri ibuku yang tengah berjaga di bangsal Antaraya, rumah sakit Putra di Jember. Kami bertiga makan di dekat ranjang beroda yang ditempati bapak.

Sesudah perut kenyang, kembalilah aku ke ruang istirahat yang sudah tersedia. Yaitu di belakang Antaraya. Waktu belum melompat ke subuh. Aku tidur sebentar. Gigi sudah kusikat jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurang lebih lima belas menit kemudian aku terbangun. Dan ingin sholat malam karena masih ada sisa waktu untuk melakukannya. Setengah mengantuk aku berjalan ke arah masjid. Sampai beberapa langkah, aku berhenti dan mendongak ke jendela masjid lantai dua. Kulihat dua orang bermukena di sana. Satu orang berjalan membuka jendela dan yang lain mengikuti di belakangnya.

“Oh aku tidak sendirian kalau begitu.” Batinku lega. Karena sedikit menakutkan bila duduk seorang diri di sana sementara penerangannya masih remang-remang kekuningan.

Usai berwudhu, pelan-pelan aku menaiki tangga. Sendirian sembari memeluk mukena. Satu anak tangga. Dua anak tangga. Tiga anak tangga. Sampai anak tangga ke tiga puluh lima. Di lantai dua ternyata tak jauh berbeda, aku tetap sendirian. Dua orang tadi menghilang. Sampai subuh pun, mereka tidak datang. Kukira mungkin dua orang tadi urung sholat di masjid. Beberapa saat kemudian tuan penjaga masjid membuka jendela-jendela. Yang dibuka hanya sisi kiriku. Yang kanan masih tertutup rapat.

“Bukannya tadi sudah dibuka sama salah satu orang bermukena tadi?” Kebingungan itu kupendam.

Beberapa hari kemudian, sewaktu sholat Dhuhur baru aku sadar. Bila yang bertugas membuka jendela-jendela masjid tentu saja penjaganya. Bukan jamaahnya. Dan jendela yang dibuka selalu yang sisi kiri. Bukan yang kanan. Aku sudah memastikannya. Selain itu, cara tuan penjaga masjid membuka jendela berbeda dengan orang bermukena itu.

Orang bermukena membukanya seolah-olah jendela di depannya berjenis tenda. Padahal semua jendela masjid lantai dua berjenis tingkap, yang jika lembaran-lembaran kacanya didorong ke samping dapat menganga amat lebar melebihi jendela tenda. Gerakannya mirip ketika membuka pintu.

"Aku merinding." Pungkas adikku usai kuberitahu cerita lengkapnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Horor
Novel
Bronze
Penjara Sukma
Ravistara
Flash
DUA BERMUKENA
Hary Silvia
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Madrid
Mizan Publishing
Novel
Bronze
THE EYE: Secret In The Shadow
Bilqis Fatturahman
Novel
Bronze
Pancajiwa
Nikodemus Yudho Sulistyo
Cerpen
Bronze
Kutukan Sang Arjuna
elmero_id
Novel
Gold
The Haunting of Hill House
Mizan Publishing
Novel
Gold
Hilang
Bentang Pustaka
Novel
FRIENDS!
Emma N.N
Cerpen
Menjelajahi Teror Di Rumah Sakit Angker
May Marisa
Cerpen
Bronze
Misteri Kampung Mati dan Hantu Berang-berang
Habel Rajavani
Cerpen
Keluarga Keramat
LISANDA
Cerpen
BAGONG
Endah Wahyuningtyas
Novel
Six Sense Diary
Kandarpa Cahya Putra
Novel
PERHIASAN TERKUTUK
Endah Wahyuningtyas
Rekomendasi
Flash
DUA BERMUKENA
Hary Silvia
Flash
Bronze
Mila
Hary Silvia
Cerpen
Bronze
Ciuman Pertama Candy Dicuri
Hary Silvia
Cerpen
Brownies Dalu
Hary Silvia
Cerpen
Zeus Telah Kembali
Hary Silvia
Novel
Zaezaezoziezas
Hary Silvia
Novel
Kepang Dua
Hary Silvia
Flash
Bronze
Jojo dan Jeje
Hary Silvia
Cerpen
Bronze
MAMA TIDAK MEMBASMI NYAMUK
Hary Silvia
Flash
BLUE EYES
Hary Silvia
Cerpen
Bronze
UITDF
Hary Silvia
Cerpen
Bronze
AAAAAKKKKKHHHHH
Hary Silvia