Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sebagai pedagang sepeda motor beserta suku cadangnya di pasar Limpung, Sodiq hafal semua pelanggannya. Termasuk Nisa, yang menurutnya bak bidadari dari kahyangan yang turun langsung ke kiosnya dengan mayang rambut panjangnya tergerai-gerai ditiup angin. Dia menyapanya dengan senyuman dan bertanya apa yang Nisa butuhkan.
Nisa mengatakan kepadanya bahwa dia menginginkan helm yang cocok dengan sepeda motornya, Honda merah dan hitam. Kemudian Sodiq, menunjukkan padanya beberapa pilihan, tapi sepertinya tidak ada satupun yang menarik perhatiannya. Lalu Sodiq pun teringat dia punya satu helm lagi di belakang, helm khusus yang dia pesan untuk dirinya sendiri. Sodiq pun pergi untuk mengambilnya dan membawanya kepadanya.
Itu adalah helm hitam ramping dengan garis merah dan pelindung yang berubah warna tergantung cahaya. Nisa memakainya dan melihat dirinya di cermin. Dia menyukainya. Nisa bertanya kepadanya berapa harganya, dan Sodiq mengatakan kepadanya bahwa itu tidak untuk dijual. Helm itu adalah helm pribadinya, dan dia belum pernah menggunakannya.
Nisa memandangnya dengan rasa ingin tahu dan bertanya mengapa dia tidak pernah menggunakannya. Sodiq merasa ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Sodiq berkata bahwa dia selalu bermimpi untuk berkendara melintasi negara bersama seseorang yang dia cintai, dan dia membeli helm untuk tujuan itu. Akan tetapi, dia belum pernah menemukan seseorang itu, dan dia sudah menyerah pada mimpinya.
Nisa merasakan sedikit simpati dan kekaguman padanya. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia tidak boleh menyerah pada mimpinya, dan mungkin dia akan menemukan seseorang suatu hari nanti. Nisa kemudian melepas helmnya dan mengembalikannya padanya. Nisa berkata bahwa dia menyesal telah mengganggunya, dan dia akan mencari helm lain di tempat lain.
Sodiq merasakan gelombang emosi saat dia mengambil helm darinya. Dia tidak ingin Nisa pergi. Dia ingin berbicara lebih banyak dengannya, mengenalnya lebih baik, dan mengajaknya kencan. Akhirnya, Sodiq, berseru bahwa dia akan menjual helmnya, tetapi hanya jika dia setuju untuk pergi berkencan dengannya.
Nisa terkejut dengan tawarannya, tapi juga tertarik. Nisa menatap matanya dan melihat ketulusan dan harapan. Nisa tersenyum dan berkata ya, dia akan pergi berkencan dengannya. Sodiq sangat gembira dan memberinya helm. Dia menanyakan nama dan nomor teleponnya, dan Nisa memberikan kepadanya.
Mereka bertukar beberapa kata lagi, lalu sepakat untuk bertemu keesokan harinya untuk kencan. Nisa meninggalkan kiosnya dengan helm di tangannya, merasa senang dan bahagia. Sodiq memperhatikannya pergi dengan perasaan yang sama, memegang telepon di tangannya.
Mereka berdua merasakan sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya: percikan cinta.
Aku suka preambule-nya, cantik, deskriptif dan kalimatnya mengayun enak dibaca. Iih progresmu beneran keren 🌻