Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Bunda Terbang
11
Suka
7,726
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Aina, Bunda terbang dulu, yah? Baik-baik di rumah dengan Ayah dan Eyang. Esok lusa, bila Bunda sudah di rumah, kita main lagi..."

Almira mengecup lembut pipi halus putrinya yang belum genap dua tahun. Mata anak itu terpejam namun tak lama kemudian mengucurkan seberkas kesedihan. Almira tertegun. Tetesan air mata itu, untuk kesekian kalinya berhasil menghunjam hati. Aina kecil memang meringkuk dalam balutan selimut sedari berjam-jam yang lalu. Akan tetapi, setiap kali ibunya hendak pamit untuk bekerja pada dini hari, dia selalu terbangun. Mata memang tertutup tapi telinga tetap mendengar. 

"Unda tubang?"

Terngiang kalimat pendek yang selalu dilontarkan bocah itu setiap melihat ibunya bersiap pergi. Almira akan tersenyum dan mengangguk. 

"Iya, Bunda mau terbang."

Bunyi klakson sebuah mini bus yang berhenti di depan rumah membuyarkan lamunan Almira. Waktunya berangkat. Dia menatap Aina sekali lagi lantas berjalan keluar kamar, menarik koper hitam di dekat sofa yang bercetak logo maskapai penerbangan. Sang Eyang sudah menunggu di sisi pintu dengan raut segan. 

"Suatu saat nanti kamu harus berhenti." tutur wanita paruh baya itu pada putrinya yang berseragam pramugari. 

Almira menatap ibunya dengan mimik datar. 

"Mas Eko paham profesiku, Bu."

"Ibu tidak sedang membicarakan dia."

Almira mendesah lalu bergegas menuju mobil jemputannya. Tak ada waktu. Dia harus terbang dengan pesawat subuh. 

Seminggu kemudian, di siang yang cerah, Aina kecil riang bermain dalam pelukan neneknya. Sesekali dia mendongak, menatap langit sembari semringah. 

"Unda tubang?"

Telunjuk mungilnya terarah ke angkasa. Sang Eyang diam sejenak menahan pilu lalu memaksa bibirnya untuk tersenyum. 

"Iya, Bunda terbang, Sayang. Tinggi sekali. Jauh sekali."

Mata wanita tua itu lantas tertuju ke dalam rumah. Melalui jendela lebar, dia bisa melihat menantunya duduk nelangsa di depan televisi, menanti kabar lebih lanjut tentang pencarian korban pesawat jatuh di sebuah perairan Indonesia. Tak satu pun yang selamat. Semua telah terbang ke pangkuan Sang Pencipta, termasuk Bunda Aina.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Sakti sekali bundanya
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
HARIMAU IPS 1
Wafiul Adhi
Novel
Bronze
"Tuhan, Aku Capek..."
Diaksa Adhistra
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Novel
Bronze
Arga My First Love
Nita Fitriana
Flash
Bronze
Dua Malam Berdua
Silvarani
Novel
Gold
3 Little Angels
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Ajari Aku Syahadat Cinta (Novela Edisi Revisi)
Khairul Azzam El Maliky
Cerpen
Lelaki Jambu Air
Suryawan W.P
Novel
Bronze
Galaunya Seperempat Abad
MonicaLo
Novel
Gold
KKPK The Happy Doll
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Never Ending Story
Karina saraswati mukti ningsih
Novel
Bronze
Yang Terbuang
silvi budiyanti
Flash
Bronze
Sebilah Lidah
Silvarani
Novel
Bronze
Bising
Rinov
Cerpen
Bronze
JILBAB
Iman Siputra
Rekomendasi
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Novel
Bank(rut) Syariah
Dania Oryzana
Flash
Pondok Bulan
Dania Oryzana
Flash
Awas Monyet, Nak!
Dania Oryzana
Novel
Sweet Dream, Emily
Dania Oryzana