Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Bunda Terbang
11
Suka
7,747
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Aina, Bunda terbang dulu, yah? Baik-baik di rumah dengan Ayah dan Eyang. Esok lusa, bila Bunda sudah di rumah, kita main lagi..."

Almira mengecup lembut pipi halus putrinya yang belum genap dua tahun. Mata anak itu terpejam namun tak lama kemudian mengucurkan seberkas kesedihan. Almira tertegun. Tetesan air mata itu, untuk kesekian kalinya berhasil menghunjam hati. Aina kecil memang meringkuk dalam balutan selimut sedari berjam-jam yang lalu. Akan tetapi, setiap kali ibunya hendak pamit untuk bekerja pada dini hari, dia selalu terbangun. Mata memang tertutup tapi telinga tetap mendengar. 

"Unda tubang?"

Terngiang kalimat pendek yang selalu dilontarkan bocah itu setiap melihat ibunya bersiap pergi. Almira akan tersenyum dan mengangguk. 

"Iya, Bunda mau terbang."

Bunyi klakson sebuah mini bus yang berhenti di depan rumah membuyarkan lamunan Almira. Waktunya berangkat. Dia menatap Aina sekali lagi lantas berjalan keluar kamar, menarik koper hitam di dekat sofa yang bercetak logo maskapai penerbangan. Sang Eyang sudah menunggu di sisi pintu dengan raut segan. 

"Suatu saat nanti kamu harus berhenti." tutur wanita paruh baya itu pada putrinya yang berseragam pramugari. 

Almira menatap ibunya dengan mimik datar. 

"Mas Eko paham profesiku, Bu."

"Ibu tidak sedang membicarakan dia."

Almira mendesah lalu bergegas menuju mobil jemputannya. Tak ada waktu. Dia harus terbang dengan pesawat subuh. 

Seminggu kemudian, di siang yang cerah, Aina kecil riang bermain dalam pelukan neneknya. Sesekali dia mendongak, menatap langit sembari semringah. 

"Unda tubang?"

Telunjuk mungilnya terarah ke angkasa. Sang Eyang diam sejenak menahan pilu lalu memaksa bibirnya untuk tersenyum. 

"Iya, Bunda terbang, Sayang. Tinggi sekali. Jauh sekali."

Mata wanita tua itu lantas tertuju ke dalam rumah. Melalui jendela lebar, dia bisa melihat menantunya duduk nelangsa di depan televisi, menanti kabar lebih lanjut tentang pencarian korban pesawat jatuh di sebuah perairan Indonesia. Tak satu pun yang selamat. Semua telah terbang ke pangkuan Sang Pencipta, termasuk Bunda Aina.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Sakti sekali bundanya
Rekomendasi dari Drama
Novel
HAPPY : Hari ini, esok atau nanti.
Yohanna Claude
Novel
MAHAGURU
Reda Rendha Deviasri
Skrip Film
Ambilkan Bulan, Bu (Skrip)
Farida Zulkaidah Pane
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Novel
Different
Zahir
Novel
Gold
Alang
Republika Penerbit
Novel
ARADHEA
Rudie Chakil
Novel
Bronze
Bapak, Kapan Kita akan Berdamai?
Johanes Gurning
Novel
Gold
Hwaiting 2 Dream Comes True
Mizan Publishing
Flash
TIDAK BESOK
Shina El Bucorie
Cerpen
yang pahit terlalu manis
Raja Alam Semesta
Novel
Bronze
Naif, Bahagia Atau Luka
Aylani Firdaus
Novel
Bronze
Sejak Mimpi tak Lagi Mimpi
Choirunisa Ismia
Novel
Topeng: Macam-macam Kepalsuan
Tira Riani
Flash
Pelangi
Nurulina Hakim
Rekomendasi
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Flash
Awas Monyet, Nak!
Dania Oryzana
Novel
Bank(rut) Syariah
Dania Oryzana
Novel
Sweet Dream, Emily
Dania Oryzana
Flash
Pondok Bulan
Dania Oryzana