Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ajeng terbangun di tengah malam dengan perasaan yang tidak enak. Cahaya bulan yang samar menyinari kamar tidurnya, mengungkapkan bayangan-bayangan aneh yang terlihat dari jendela. Dia segera merasakan sesuatu yang tidak beres. Ayahnya, yang biasanya tidur dengan nyenyak di kamar sebelah, tampak sangat misterius.
Ajeng mengintip ke arah jendela, dan apa yang dia lihat membuatnya menggigil. Ayahnya berdiri di luar rumah, mengayunkan tangan kanannya dengan gerakan aneh sambil menaburkan garam di sekeliling rumah mereka. Garam itu terlihat seperti debu berkilau di bawah cahaya bulan.
Panik, Ajeng keluar dari tempat tidurnya dan berlari ke luar. "Ayah, ayah lagi apa?" teriaknya.
Ayahnya berhenti dan memalingkan wajahnya ke arah Ajeng. Tetapi wajahnya, oh, wajahnya terlihat begitu aneh. Matanya kosong, dan senyum misterius melintas di bibirnya. "Aku sedang melindungi rumah kita, Ajeng," jawabnya dengan suara yang nyaring dan mendalam.
Ajeng merasa takut. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya melakukan hal seperti itu. "Ayah, apa yang terjadi? Kenapa kamu melakukan hal aneh seperti ini?"
Tapi ayahnya hanya melanjutkan menaburkan garam tanpa menjawab. Ajeng berusaha mendekati ayahnya, tetapi seolah-olah ada suatu kekuatan yang menghalanginya.
Saat itulah, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Cahaya bulan tiba-tiba redup, dan udara terasa semakin dingin. Ajeng melihat bayangan-bayangan gelap bergerak di sekelilingnya. Mereka tampak seperti arwah-awrah yang kelaparan.
Dengan ngeri, Ajeng menyadari bahwa ayahnya melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mengusir hantu. Dia sedang melindungi rumah dari roh-roh jahat yang menghantui mereka. Namun, apakah itu sudah terlambat?
Bayangan-bayangan gelap semakin mendekat, dan Ajeng merasa semakin terjebak. Dia berteriak memohon pertolongan, tetapi suaranya terdengar begitu lemah di malam yang gelap.
Tiba-tiba, ayahnya berhenti menaburkan garam dan memalingkan wajahnya kembali ke arah Ajeng. Dia tersenyum, tetapi senyumannya tidak lagi misterius. Sebaliknya, itu adalah senyuman yang menyeramkan.
"Selamat datang, Ajeng," ucap ayahnya dengan suara yang terdengar seperti bergema dari kedalaman malam.
Ajeng terlihat masih bingung dan terpaku oleh keadaan mengerikan ini. Dia berusaha memproses semua yang terjadi dengan cepat. Ayahnya yang tiba-tiba menjadi misterius, tindakan anehnya dengan garam, dan kini ucapan anehnya. "Ada apa sih ini, Ayah? Aku gak mengerti," kata Ajeng dengan gemetar.
Ayahnya mendekati Ajeng dengan langkah lambat. Dia meraih tangan Ajeng dengan kuat, dan tangan ayahnya terasa dingin dan tak manusiawi. "Kamu telah menjadi bagian dari kami, Ajeng. Kamu adalah satu dari kami sekarang," bisik ayahnya dengan suara yang penuh dengan ketakutan.
Ajeng mendengar kata-kata itu dengan ngeri, dan dia merasa tubuhnya semakin lemah. Dia mencoba mundur, tetapi dia tidak bisa menghindar dari cengkeraman ayahnya yang semakin kuat. Dia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa bayangan-bayangan gelap yang sebelumnya mengelilinginya kini bergerak mendekati mereka.
Saat bayangan-bayangan itu semakin mendekat, cahaya bulan yang redup membuat mereka terlihat semakin menakutkan. Ajeng merasa dirinya seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berakhir. Semuanya terasa begitu nyata, tetapi juga begitu tidak masuk akal.
Kemudian, dengan mengerikan, sesuatu terungkap. Cahaya bulan yang redup menyoroti wajah Ajeng, dan dia melihat dirinya sendiri. Dia melihat tubuhnya sendiri, berdiri di antara bayangan-bayangan gelap, dengan wajah yang kosong dan penuh kebingungan. Ini adalah bayangan dirinya sendiri.
"Apa ini?" gumam Ajeng, saat dia menyadari bahwa dia adalah hantu yang sebenarnya. Dia melihat tubuhnya sendiri yang masih tidur di tempat tidur, tetapi rohnya telah terpisah dari tubuhnya.
Ayahnya yang misterius tersenyum dengan jahat. "Kini kamu adalah salah satu dari kami, Ajeng. Kamu adalah hantu yang akan membantu kami mengusir orang-orang yang masih hidup."
Ajeng berusaha berteriak, tetapi suaranya tidak lagi ada. Dia adalah hantu sekarang, terpisah dari dunia yang pernah dikenalnya. Dan dunia yang baru ini penuh dengan kegelapan dan kehancuran.
Kini, dia menyadari bahwa dia harus menerima nasibnya sebagai hantu yang sebenarnya dan bersiap untuk menjalani kehidupan yang tak berujung di dunia roh.