Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Setiap sore, selepas mata kuliah terakhir usai, kau selalu menyempatkan datang ke toko kue di ujung jalan dekat kampus. Senyummu yang tak biasa selalu menghiasi perjalanan dari sana menuju toko itu, hanya untuk menikmati sepotong cupcake yang menurutmu memiliki rasa istimewa.
Langkahmu terhenti tepat di sebelah pintu toko yang keseluruhannya terbuat dari kaca. Kau menoleh ke samping, menata rupamu. Setelah yakin, dengan percaya diri kau memasuki toko kue itu.
Kau menundukkan badan ke etalase berisi macam-macam kue, mencari di mana cupcake moka diletakkan.
Seorang pelayan yang sudah hapal dengan kedatanganmu berkata, "cupcake moka, ya? 5 menit lagi ya, mbak."
"Saya tunggu di kursi sebelah jendela itu ya, mbak," ucapmu sambil menunjuk ke sebuah meja di sudut ruangan.
Sebelum sampai di meja, kau menghentikan langkah sembari melirik ke arah dapur yang dibatasi oleh kaca.
"Hot chocolate ya, mbak," imbuhmu kepada pelayan yang tadi. Matamu masih mencari ke dalam dapur. Belum kau temui apa yang kau cari.
Kau berjalan kembali ke meja. Dari situ kau bisa melihat dapur dengan leluasa.
Tak lama kemudian, pelayan wanita tadi menghampirimu dengan sebuah nampan berisi cupcake moka dan cokelat panas yang asap tipisnya masih mengepul ke udara.
"Silahkan dinikmati ... " ujar pelayan wanita.
Pelayan itu berlalu. Kau melirik jam di tangan kananmu, pukul 4.30 sore. Kau meraih cupcake moka dan menggigitnya. Rasa istimewa itu seketika lumer di lidahmu dalam satu gigitan.
"Benar. Ini pasti buatannya. Aku yakin kau pasti ada di dalam," batinmu.
Kau menggigitnya lagi hingga tandas. Arloji di tangan kananmu sudah menunjukkan pukul 4.45 sore. Kau ada janji sejak tadi. Sudah lewat lima belas menit. Kau menghela napas dalam sembari menyeruput cokelat panas yang masih penuh. Kau membereskan barang-barang, beranjak pergi dengan perasaan tak utuh.
Langkahmu terhenti, padahal tak ada yang menghalangi. Hatimu masih tertinggal di dalam dapur itu.
Kau membalikkan badan dan kembali ke mejamu saat seorang pelayan sedang membereskan mejamu.
"Eh mbak, maaf. Ada yang tertinggal?" tanya pria itu dengan sopan.
"Enggak ada, kok, mas. Ternyata saya masih mau disini," jawabmu.
Laki-laki itu menjadi ragu untuk membereskan mejamu. Ia terdiam sepersekian detik.
"Nggak papa, mas. Di bereskan saja. Nanti kalau saya lapar, saya pesan lagi," ujarmu.
"Maaf ya, mbak."
Kau mengangguk sambil tersenyum. Matamu masih tertuju di tempat yang sama, dapur.
Tiba-tiba, sosok yang selama tiga puluh menit terakhir kau tunggu muncul.
"Sudah cukup hari ini!" ucapmu pada diri sendiri.
Untuk terakhir kalinya hari ini. Kini kau berniat pergi dari toko kue. Masih kau sempatkan melirik ke dalam dapur. Tanpa sengaja kau bertemu pandang dengannya. Kau terkejut bukan main. Secara spontan kau berlari keluar tanpa melihat sekelilingmu.
Tiba-tiba
Brak ...
Kau merasakan sakit di sekujur tubuh. Pandanganmu kabur. Beberapa orang mengerumunimu setelah kau terlempar beberapa meter akibat hantaman sebuah minibus tepat di depan toko kue. Sayup-sayup kau mendengar suara di sekitarmu hingga semua benar-benar hilang dan gelap.
Sebagian besar orang dari toko kue itu keluar, melihatmu.
"Ada apa ribut-ribut? Ayo kembali kerja," teriak seorang pria yang kau sukai dari dalam dapur toko kue.