Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Hormat Bendera Grak !!!
3
Suka
1,775
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sebuah kota sedang merayakan HUT Ke-100. Selama 7 hari warga kota mengibarkan bendera merah putih di depan rumah masing-masing. Sebuah tiang berbendera merah putih rubuh di tepi jalan. Seorang anak lelaki berseragam putih merah menegakkan kembali tiang pada tempatnya. Gagah, anak itu, berdiri tegak lalu memberi hormat pada bendera yang berkibar ditiup angin.

Sebuah Avanza silver mendekat dan berhenti. Dari pintu kiri-belakang, keluar seorang lelaki tua, tersenyum dan menatap kagum pada Gagah. Lelaki tua itu menghampiri Gagah yang masih berdiri tegak. Lelaki tua mengambil sikap sempurna, lalu memberi hormat pada bendera. Gagah menoleh.

“Kakek siapa?” tanya Gagah.

Lelaki tua menurunkan tangan kanan, tersenyum pada Gagah, lalu berkata, “Saya?”

“Ya. Kakek siapa? Mengapa memberi hormat pada bendera seperti saya?” sahut Gagah.

“Kamu, mengapa memberi hormat pada bendera merah putih itu?” lelaki tua balik bertanya.

“Tiang itu rubuh. Saya menegakkannya kembali. Kata kakek saya, kita harus memberi hormat pada bendera merah putih yang baru dikibarkan,” kata Gagah.

Lelaki tua mengangguk-angguk.

“Begitu pula yang saya lakukan. Saya melihatmu menegakkan tiang berbendera merah putih yang rubuh. Saya menghormat, seperti kata kakekmu,” kata lelaki tua.

Gagah mengangguk-angguk.

“Kakek mau ke mana?” tanya Gagah.

“Mengunjungi sahabat.”

“Di mana rumah sahabat kakek?”

“Di Taman Makam Pahlawan.”

Gagah mengernyitkan dahi.

“Maksud kakek?”

Lelaki tua tersenyum, merogoh kantung celana, lalu menyerahkan selembar uang seratus ribuan.

“Untukmu. Ini tidak seberapa. Terima kasih, kamu mau menghargai perjuangan kami. Terimalah,” kata lelaki tua, lalu masuk ke mobil. Mobil bergerak ke selatan, arah menuju Taman Makam Pahlawan.

Gagah pulang. 

Sore, Gagah bertemu teman-teman di Madrasah Diniyah. Gagah bercerita tentang pengalamannya bertemu lelaki tua yang memberinya uang.

“Traktir kami, dong,” pinta seorang temannya.

“Tidak bisa. Uang itu sudah aku berikan pada ibuku. Ibuku memberikan uang itu ke pengurus masjid,” kata Gagah.

“Huuuuu...”

***

Hari berikutnya, Gagah melewati jalan lain saat pulang sekolah. Ibunya menitipkan jahitan untuk diantar ke rumah pemesan. Sesampai di depan rumah si pemesan, Gagah melihat tiang berbendera merah putih rubuh. Gagah menegakkan kembali tiang, lalu memberi hormat pada bendera merah putih yang berkibar tertiup angin. 

Pintu rumah terbuka. Muncul seorang ibu yang tersenyum melihat kedatangan Gagah. Gagah menyerahkan jahitan berbungkus palstik hitam. Si ibu memberikan dua lembar uang lima puluh ribuan.

“Yang ini untuk ongkos jahitan, yang ini untuk kamu,” kata si ibu.

“Untuk saya?” tanya Gagah.

Si ibu tersenyum, mengelus kepala Gagah.

“Dulu, waktu saya seusia kamu, saya sering menegakkan tiang berbendera merah putih yang rubuh, seperti yang kamu lakukan. Saya bangga pada padamu, Nak. Terimalah. Ini tidak seberapa. Terima kasih, kamu mau menghargai jasa para pahlawan,” kata si ibu.

Sementara itu pada saat yang sama, di tempat lain, beberapa anak lelaki berseragam putih-merah tampak merubuhkan tiang-tiang berbendera merah putih di tepi jalan. 

Setiap melihat mobil melintas, mereka bergegas menegakkan kembali tiang-tiang itu dan menghormat pada bendera merah putih di ujung tiang. Berulang-ulang mereka melakukan itu, sampai mereka bosan.

“Gagah bohong!” seru seorang anak.

“Ya. Tak ada penumpang mobil yang turun untuk memberi uang pada kita,” sahut temannya.

“Kita pulang saja!” ajak yang lain.

“Bagaimana dengan tiang-tiang itu?”

“Biar saja rubuh. Ayo, kita pulang!”

Seorang bapak keluar dari pintu sebuah rumah.

“Hei, kalian apakan tiang benderaku?” hardik si bapak.

Anak-anak itu berlari ketakutan.

“Jangan lari kalian!” teriak si bapak, lalu menegakkan tiang bendera di depan rumahnya. “Dasar anak zaman sekarang. Tidak bisa menghargai sejarah!”

***

Tak ada teman yang percaya ketika Gagah bercerita ia mendapatkan uang dari seorang ibu pemesan jahitan. Gagah tidak kecewa. Ia tetap meneruskan kebiasaannya menegakkan tiang berbendera merah putih yang rubuh. Ada yang memberinya uang, makanan, buku tulis, atau sekadar ucapan terima kasih. 

Selama 7 hari, ke manapun Gagah melangkah, angin bertiup kencang sesaat merubuhkan tiang berbendera merah putih. Gagah menegakkannya kembali dan menghormat. Selama HUT kotanya tahun ini, Gagah merasa sangat bahagia.

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Sudah amat mustahil, jaman ini ada anak setipikal Gagah. 😔 🇮🇩🇮🇩🇮🇩/🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩 alias 3/5 dari saya. 🤗🙏
Rekomendasi dari Drama
Flash
Hormat Bendera Grak !!!
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Tujuh Daun Bidadari
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Seni
Eneng Anita
Novel
Bronze
Sebuah Subuh di Lawang
Redhite K.
Novel
Gold
Sidney`s Dream
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Ajari Aku Syahadat Cinta (Novela Edisi Revisi)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Swara Guntur, 1998
Sayap Monokrom
Novel
Bronze
Jessica, Luka Yang Terpendam
Sofia Grace
Novel
Bronze
Querencia
Delana Siwarka
Novel
Bronze
Silent Love
Zaky Uzumo
Novel
Nona Yang Ingin Ditemukan & Tuan Yang Lelah Mencari
Talu Bumi
Novel
Bronze
Suara Langit
Dwi Kurnia 🐻‍❄️
Flash
Setan Curhat
Sugiadi Azhar
Novel
W R A P P E D
Anantya Ilma
Novel
Bronze
IF YOU REMEMBER
Tari Oktavian
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Tujuh Daun Bidadari
Sulistiyo Suparno
Flash
Hormat Bendera Grak !!!
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Konsultan Skripsi
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Jangan Pacari Kakakku
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Ketika Nadya Jatuh Cinta
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Cinta yang Berbelok
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Kursi Goyang, Kursi Maut
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Kinjeng Biru (Cinta yang Kandas)
Sulistiyo Suparno
Flash
Sahabat Pena
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Cemburu yang Aneh
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Ternyata Begini Rasa Cemburu
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Rolet dan Pisau Lipat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Liontin Si Anak Kembar
Sulistiyo Suparno
Flash
Aku Akan Menunggumu
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Setelah Tidak Bermotor Lagi
Sulistiyo Suparno