Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Apa Makna Hujan Bagimu?
1
Suka
2,224
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan turun lagi. Lebat pula. Bulan-bulan belakangan ini memang musim penghujan. Bisa dipastikan ruas-ruas jalan akan menjadi sungai-sungai temporal sebagai jalan air mengalir untuk bertemu laut. Hujan, kata orang-orang sebagai pertanda datangnya rezeki. Rezeki untuk siapa? Katanyakah?

Berbekal penyerok dan jas hujan berwarna cokelat muda yang sudah lusuh dan basah, lelaki itu berjalan meniti tepi sungai temporal. Tujuannya hanya satu, yaitu mengais rezeki yang dibawa oleh aliran air yang meluap dan membanjiri ruas jalan. Selokan besar meluap yang ditujunya. Di titik persimpangan tempat air selokan itu meluap menuju ruas jalan, di situlah rezeki dikais dengan penyeroknya.

Barangkali dia adalah salah satu dari sekian banyak (?) orang yang masih meyakini bahwa: hujan adalah pertanda datangnya rezekibukan banjir. Namun, boleh jadi lelaki itu meyakininya atas keterpaksaan?

Nasib boleh diubah bersama kemauan keras. Sambil menunggu kesempatan untuk mengubah nasib yang sampai saat hujan lebat kali ini belum kunjung datang, lelaki itu berjongkok di persimpangan selokan air yang meluap bersama kemauan kerasnya yang meyakini hujan adalah pertanda datangnya rezeki.

Beberapa sampah menyangkut sudah di penyeroknya. Dia pun sigap mengangkat penyerok penuh sampah itu kemudian memilahnya. Sebagian hasil pilahannya dimasukkan ke dalam karung. Kemauan kerasnya untuk berjongkok dan menyerok, mengais sampah-sampah di persimpangan tempat air selokan meluap itu membuktikan bahwa, nasib boleh diubah bersama kemauan keras untuk tetap meyakini jika hujan adalah pertanda datangnya rezeki, minimal untuknya—juga keluarganya.

***

Ban-ban roda kendaraan yang angkuh melintas cepat karena pemiliknya takut juga khawatir air sungai temporal bakal menjadikan sebab kendaraannya mogok. “Ah, mogok gara-gara banjir!” begitu kesahnya jika telanjur melintas cepat di sungai temporal dan telanjur mogok.

Wajarlah bila begitu. Antara dia dan si pemilik kendaraan memang berbeda keyakinan.

Kendati sering kali ketika dia berjongkok menyerok sampah, air bercipratan mengenai punggungnya akibat kendaraan-kendaraan yang melintas itu, tetapi dia masih sudi menolong si pemilik kendaraan yang mogok untuk menepi, meskipun mereka berdua berbeda keyakinan dalam memaknai hujan.

***

Hujan lebat pun berganti berinaian kini. Saatnya si lelaki penyerok itu pulang ke rumah bersama isi karung nasibnya yang sudah dipenuhi rezeki, walaupun kesempatan untuk dia mengubah penghidupannya belum kunjung datang hingga hujan kali ini. “Mungkin kesempatan yang kutunggu-tunggu akan datang di hujan-hujan kali berikutnya,” batinnya berkata antusias.

Adapun, hujan lebat yang berinaian kini menjadikan para penyair penyuka, pencinta hujan, berinai-rinaian tinta demi mengekspresikan rasa kagum juga cintanya akan hujan—rinai, bukan lebat. (©)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Novel
Our Dreams Together
Emma N.N
Novel
Gold
Menikahlah Denganku
Bentang Pustaka
Novel
Bunga Kertas
Aku Ria
Novel
Spring Day
Noora Aline
Novel
Republik Bandit
Arie Raditya Pradipta
Novel
Sudah Tiba Saatnya
Martha Melank
Novel
KITA DI WAKTU ITU
mahes.varaa
Novel
Buah Bibir
Fey Mega
Novel
Bronze
CERITA BAPAK TENTANG MASA LALU
Embart nugroho
Novel
Secret
Arineko
Flash
HILANG
NO-NAME
Komik
Sang Veteran
El-Laron
Flash
Bronze
Kalau bangun duluan, bangunin ya!
Reyan Bewinda
Novel
Gold
Tujuh Puisi Cinta Sebelum Perpisahan
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana
Flash
Si Gadis Berkucir Satu
Andriyana
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Novel
Bronze
Sekisah tentang Mualim dengan Fatimah
Andriyana
Cerpen
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Flash
Kedinginan
Andriyana
Cerpen
Bronze
Becak Generasi Ketiga Belas
Andriyana
Cerpen
Bronze
Kata Hidup di Antara Kita pada Pentas Malam
Andriyana
Flash
Sosok Bapak
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Cerpen
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana