Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sudah enam hari presipitasi cair tak mencocoli Bumi Lancang Kuning. Gerah, ia aku gerah. Bukan! ternyata bukan cuma aku! rakyat seantero Rumbai Pesisir dan sekenanya pun merasakan hal serupa, mungkin.
"Rumingkang! sudah kau jemur kasur? Tak perlu kau tunggu matahari tiarap di ufuk baratkan?" Suara penyimpan surga di bawah telapak kakinya terdengar gurih seraya gigitan pertama wafer dengan ratusan lapis, bedanya ia sedang gerilya di dapur mengaduk-aduk gulai agar tak pecah santan, aromanya sesumbar di udara membuat yang mencium bak sedang ngantre di emperan surga. Nikmat.
"Ia Ma, sekejap!" congorku berteriak dari bilik bisu di mana itu adalah ruang yang paling nyaman untuk tidur, berkhayal, menulis, nonton film dan tentunya tempat paling aman bersembunyi dari kenyataan hidup, termaksud pertanyaan pernyataan sukses versi tetangga.
Batang matoa milik tetangga yang tumbuh subur tepat di garda terdepan antara daerah kuasa Ibuku dan tetanggaku, lebat akan daun yang mulai menguning rupanya. Mereka melambai-lambai mengolok-olok ku saat keluar dari home sweet home dengan seonggok kasur di pelukan.
Eh kelewatan! sebelum membahas garda terdepan, kuletak dua kursi dengan posisi saling membelakangi agar mereka tak saling lihat satu sama lain, berharap tumbuh rasa rindu di antaranya. Kuletak kayu selebar empat jengkal dan panjang yang malas ku hitung di kepala kursi tersebut agar mereka bisa menahan beban kasur yang akan kuletak dan kujemur nanti di atasnya.
"Kalian harus diberi beban, agar ketika nanti berdampingan di hadapan meja makan, kalian bisa mengerti dan menghargai arti kebersamaan," ujarku pada kedua kursi bisu itu.
Tak butuh waktu lama bagi angin sepoi-sepoi pembawa panas udara satu persatu menyapa daun matoa kuning. Mereka bercumbu, angin memaksanya bercumbu. Daun mengerang-ngerang gemetar, hingga satu waktu salah satu daun harus mengalah atas lelahnya bertahan.
Satu helai daun berwarna kuning, lebih kuning dari daun yang lain, kuning matang lebih tepatnya, terlepas dari batang matoa. Untungnya angin perkasa itu adalah raja lembut yang bertanggungjawab, menuntun daun mendarat dengan sempurna di atas bantal tepat beberapa detik setelah kuletakan benda petak itu di atas kasur yang siap menerima sengatan bhanuprakash.
"Oh, inikah yang dinamakan Daun di Atas Bantal?" Ujarku cemburu melihat semua peristiwa tadi berujung berpasang-pasangan.
________________________
Presipitasi cair = Air hujan (Ilmiah)
Bhanuprakash = Matahari yang bersinar (Hindu)