Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Sang Pemanggil
0
Suka
2,263
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Boleh jadi kalian anggap aku hanyalah benda mati. Tak apa, asalkan aku dapat memberi manfaat bagi kalian. Sebuah manfaat hikmah dari kisahku ini bersama sang sorban.

Aku bagai anak kecil yang girang sungguh, di kala pagi menjelang subuh, tatkala jemari tangan kanan yang sudah keriput seorang bapak tua meraihku dan menggendongnya di bahu. Ini artinya aku dan sang sorban akan diajak berjalan-jalan oleh Pak Tua menuju masjid.

"Hai, assalamu'alaykum." Sang sorban menyapaku saat aku sudah berada di bahu Pak Tua. Sang sorban sudah meliputi leher Pak Tua, melindungi Pak Tua dari hawa dingin jelang subuh yang menyelusup.

"Wa'alaykumussalam," jawabku dihiasi senyum kepada sang sorban. Dalam balutan sang sorban, Pak Tua terlihat begitu qona’ah. Mengapa? Sebab sang sorban itu sudah lebih lama dariku menemani hari-hari Pak Tua. Sang sorban terlihat tetap bersih meski sudah berumur.

“Semoga salat berjama’ah subuh kali ini banyak dihadiri oleh warga sekitar masjid, ya.” Aku berkata kepada sang sorban saat Pak Tua sedang melangkahkan kakinya menuju masjid.

“Ya, semoga. Aamiin.” Sang sorban menanggapi singkat.

Sudah lebih dari sepuluh tahun Pak Tua “memanggil” warga untuk datang ke masjid setiap lima waktu dalam sehari: bermula dari tempat itu belum disebut masjid hingga tempat itu menjadi masjid megah bertingkat satu, tak jemu Pak Tua melakukannya.

Aku yang masih menggelendot di bahu Pak Tua dan sang sorban menjadi begitu sejuk saat Pak Tua mengumandangkan lafaz-lafaz panggilan. Bersama udara, lafaz-lafaz syahdu itu menghampiri dan membangunkan warga yang telinga hatinya memang terpaut dengan masjid. Satu per satu warga berdatangan masuk ke masjid saat dan setelah Pak Tua mengumandangkan lafaz-lafaz agung. Dua puluh menit kemudian, Salat Subuh pun didirikan dengan iqomah dari Pak Tua.

Alhamdulillaahshaaf bertambah satu.” Aku bergumam sesaat sebelum Pak Tua ber-takbiratul ihram. Kami semua lalu berusaha menghadirkan khusyuk hati selama salat.

***

Tapi, sudah beberapa hari ini sang sorban bersedih, ia tergantung di gantungan pakaian yang menempel di dinding. Aku juga bersedih dan hanya bisa menatapnya dari ujung tempat tidur Pak Tua biasa meletakkanku.

Kami bersedih sebab tak lagi menjadi penyaksi bagi Pak Tua. Tahukah kalian semua? Bahwa tiap-tiap satu amalan kalian selalu ada penyaksi-nya. Dan, sungguh, kami berdua rela menjadi penyaksi atas ketulusan Pak Tua selama puluhan tahun “memanggil” warga sekitar masjid dengan suaranya.

Dalam kesedihan kami, tersisip doa untuk kesembuhan Pak Tua yang kini sedang diuji dengan penyakit di masa tuanya.

“Semoga Allah rida atas engkau, yaa Pak Tua.” (©)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Nuhun ya, @termosdingin 🙏
Bagus kak
Rekomendasi dari Religi
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Cerpen
Bronze
Terang bulan
artabak
Novel
Gold
Jejak-Jejak Islam
Bentang Pustaka
Novel
Gold
100 Pesan Nabi untuk Wanita
Mizan Publishing
Flash
Sayap - Sayap Penduduk Bumi
Rainzanov
Novel
Bronze
Wellang
Hadis Mevlana
Novel
Aku dan Syawal
Siti Sarah Madani
Novel
Gold
Hidup Kadang Begitu
Noura Publishing
Novel
Bronze
Pertama Dan Terakhir
silvi budiyanti
Novel
QUBA - Perjalanan Menjadi Bayangan
Manna wa Salwaa
Novel
Gold
Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Perjalanan Ruh
Noura Publishing
Cerpen
Bronze
Surat untuk Heraclius
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Theresia
Be. One
Flash
Bronze
Aku Bukan Maria ( Perempuan Tanah Syurga)
Bisma Lucky Narendra
Rekomendasi
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Flash
Sosok Bapak
Andriyana
Flash
Microwife
Andriyana
Novel
Bronze
Sekisah tentang Mualim dengan Fatimah
Andriyana
Cerpen
Bronze
Becak Generasi Ketiga Belas
Andriyana
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana
Flash
Kedinginan
Andriyana
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Cerpen
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana
Cerpen
Bronze
Kata Hidup di Antara Kita pada Pentas Malam
Andriyana
Cerpen
Burung Merpati Tingting
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana