Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Cinta di Ujung Lidah
1
Suka
2,118
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Selalu begini. Bila Vinca mengirim WA agar aku cepat-cepat menemuinya, pasti ada masalah padanya. Pesan elektronik itu berubah menjadi magnet bagiku. Kusambar kunci Satria hitamku, lalu dalam sekejap aku telah larut di kepadatan jalanan kota.

Kutemukan Vinca duduk di pondok bambu mungil di sebuah pantai. Gadis berambut sebahu itu merokok! Aku menggeleng dan mendesah. Sigap, kucabut rokok mentol dari bibirnya yang merah merekah.

“Berikan padaku, Benny!” protesnya.

“Nggak! Aku nggak mau dunia kehilangan seorang gadis cantik karena sebatang rokok!”

“Berikan! Kamu nggak berhak melarang apa yang aku lakukan!”

Aku tertegun. Vinca benar. Apa hakku melarang? Apa aku pacarnya?

“Aku temanmu. Nggak bolehkah teman menasehati teman?” kataku.

Gantian Vinca yang tertegun. Bibirnya terlipat. Ah, namanya gadis cantik, walau cemberut pun tetap menawan. Aku terpesona beberapa saat.

“Ya, sudah. Kamu ambil saja. Aku masih punya banyak!” Vinca mengeluarkan bungkus rokok dari kemeja kotak-kotaknya, mengambil sebatang, lalu menyulutnya.

“Kamu memintaku ke sini. Ada masalah apa lagi?” tanyaku sambil membuang rokok yang tadi kusambar dari bibir ranum Vinca.

“Aku putus!” Vinca mengembuskan kuat-kuat asap rokok barunya.

Hatiku tersentak mendengar kabar itu. Namun, mengapa muncul pula sepotong bahagia di hatiku mendengar kabar Vinca putus? Seingatku, ini kali ketiga Vinca patah hati. Seingatku, ini kali ketiga aku mencabut rokok mentol dari bibir Vinca yang mungil.

“Kamu nggak sedih aku putus?” tanya Vinca seakan menggugat.

Aku tergeragap. “Aku ikut sedih,” kataku. Ah, benarkah aku sedih? Bukankah aku selalu berharap Vinca putus dengan siapapun cowok yang memacarinya?

“Aku nggak mau jatuh cinta lagi!” kata Vinca.

Aku terhenyak. Mengapa ucapan-ucapan Vinca hari ini menghentak-hentak dadaku?

“Mereka, para mantan cowokku itu, menganggap aku nggak bisa dimengerti. Apa nggak sebaliknya? Aku nggak mengerti apa mau mereka. Bagaimana menurutmu, Benny?”

“Bagaimana apanya?”

“Semua cowok egois!”

“Nggak semua cowok, kok,” kataku. “Masih ada cowok yang baik.”

“Tunjukkan padaku, di mana aku bisa menemukan cowok yang baik?” desaknya.

Di sini, di depanmu. Tetapi, kalimat itu tersangkut di ujung lidahku. Aku hanya mampu menelan ludah. Pahit!

“Aku percaya sama kamu. Trims atas saran kamu,” Vinca melakukan isapan terakhir, lalu membuang rokoknya.

“Saran?” tanyaku.

“Bahwa nggak semua cowok egois. Bahwa masih ada cowok yang baik,” sahut Vinca. “Baiklah. Bila kutemukan cowok yang baik itu, aku mau jatuh cinta lagi.”

Aku lega mendengarnya. Harapanku terbuka lagi. Aku yakin Vinca sedang melempar sinyal, tetapi mengapa aku nggak juga menangkapnya? Aku ingin menyuarakan hatiku, tetapi, lagi-lagi, suaraku tersangkut di ujung lidah.

“Mengapa bengong?” sentaknya.

“Apa?”

“Sebal!” sungutnya. “Yuk, cabut saja. Cari bakso!”

Vinca sigap duduk di boncengan Satria hitamku. Memakai helm cadangan yang sengaja kubawa.

Kami segera meluncur tanpa tujuan. Di belakangku, kudengar Vinca menggumam kesal. “Cowok bodoh!”

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
yah gak jadi ngungkapin dong😁
mirip kisah asmara saya, pak. padahal udah jalan sejak 2015 😭 meski LDR, sih. 😂
Rekomendasi dari Drama
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Hari Bersama Raka
Mittah Latif
Novel
Bronze
Asa dari Desa
Sutono
Novel
Bronze
Half of Lemon
Sinta Yudisia
Novel
TANPA TAPI
Rahma Pangestuti
Novel
Bronze
Daun-Daun yang Merayu Angin
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Lost in Your Heart
Septa Putri
Novel
A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo
Anis Maryani
Novel
Bronze
Untill We Meet Again
Nany Parker
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Orang Orang Tangguh (Antologi Cerpen Pilihan Ketiga)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan (Edisi Cerbung)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Mengaku Sultan
Herman Sim
Novel
Bronze
Serpihan Sembilan Puluh Delapan
ayurinp
Cerpen
Bronze
Kado untuk Ayah
penulis kacangan
Rekomendasi
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Gagal Jadi Tentara
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Warung Tetangga Bangkrut
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Kinjeng Biru (Cinta yang Kandas)
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Anakku Minta Kawin
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Kursi Goyang, Kursi Maut
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Pisau
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Kurir
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Seorang Novelis Telah Mati
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Ketika Nadya Jatuh Cinta
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Surat dari Penjara
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Kerinduan Kucing Jalanan
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Sisi Romantis Seorang Pembunuh
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Disiplin
Sulistiyo Suparno
Flash
Hormat Bendera Grak !!!
Sulistiyo Suparno