Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Cinta di Ujung Lidah
1
Suka
11,758
Dibaca

Selalu begini. Bila Vinca mengirim WA agar aku cepat-cepat menemuinya, pasti ada masalah padanya. Pesan elektronik itu berubah menjadi magnet bagiku. Kusambar kunci Satria hitamku, lalu dalam sekejap aku telah larut di kepadatan jalanan kota.

Kutemukan Vinca duduk di pondok bambu mungil di sebuah pantai. Gadis berambut sebahu itu merokok! Aku menggeleng dan mendesah. Sigap, kucabut rokok mentol dari bibirnya yang merah merekah.

“Berikan padaku, Benny!” protesnya.

“Nggak! Aku nggak mau dunia kehilangan seorang gadis cantik karena sebatang rokok!”

“Berikan! Kamu nggak berhak melarang apa yang aku lakukan!”

Aku tertegun. Vinca benar. Apa hakku melarang? Apa aku pacarnya?

“Aku temanmu. Nggak bolehkah teman menasehati teman?” kataku.

Gantian Vinca yang tertegun. Bibirnya terlipat. Ah, namanya gadis cantik, walau cemberut pun tetap menawan. Aku terpesona beberapa saat.

“Ya, sudah. Kamu ambil saja. Aku masih punya banyak!” Vinca mengeluarkan bungkus rokok dari kemeja kotak-kotaknya, mengambil sebatang, lalu menyulutnya.

“Kamu memintaku ke sini. Ada masalah apa lagi?” tanyaku sambil membuang rokok yang tadi kusambar dari bibir ranum Vinca.

“Aku putus!” Vinca mengembuskan kuat-kuat asap rokok barunya.

Hatiku tersentak mendengar kabar itu. Namun, mengapa muncul pula sepotong bahagia di hatiku mendengar kabar Vinca putus? Seingatku, ini kali ketiga Vinca patah hati. Seingatku, ini kali ketiga aku mencabut rokok mentol dari bibir Vinca yang mungil.

“Kamu nggak sedih aku putus?” tanya Vinca seakan menggugat.

Aku tergeragap. “Aku ikut sedih,” kataku. Ah, benarkah aku sedih? Bukankah aku selalu berharap Vinca putus dengan siapapun cowok yang memacarinya?

“Aku nggak mau jatuh cinta lagi!” kata Vinca.

Aku terhenyak. Mengapa ucapan-ucapan Vinca hari ini menghentak-hentak dadaku?

“Mereka, para mantan cowokku itu, menganggap aku nggak bisa dimengerti. Apa nggak sebaliknya? Aku nggak mengerti apa mau mereka. Bagaimana menurutmu, Benny?”

“Bagaimana apanya?”

“Semua cowok egois!”

“Nggak semua cowok, kok,” kataku. “Masih ada cowok yang baik.”

“Tunjukkan padaku, di mana aku bisa menemukan cowok yang baik?” desaknya.

Di sini, di depanmu. Tetapi, kalimat itu tersangkut di ujung lidahku. Aku hanya mampu menelan ludah. Pahit!

“Aku percaya sama kamu. Trims atas saran kamu,” Vinca melakukan isapan terakhir, lalu membuang rokoknya.

“Saran?” tanyaku.

“Bahwa nggak semua cowok egois. Bahwa masih ada cowok yang baik,” sahut Vinca. “Baiklah. Bila kutemukan cowok yang baik itu, aku mau jatuh cinta lagi.”

Aku lega mendengarnya. Harapanku terbuka lagi. Aku yakin Vinca sedang melempar sinyal, tetapi mengapa aku nggak juga menangkapnya? Aku ingin menyuarakan hatiku, tetapi, lagi-lagi, suaraku tersangkut di ujung lidah.

“Mengapa bengong?” sentaknya.

“Apa?”

“Sebal!” sungutnya. “Yuk, cabut saja. Cari bakso!”

Vinca sigap duduk di boncengan Satria hitamku. Memakai helm cadangan yang sengaja kubawa.

Kami segera meluncur tanpa tujuan. Di belakangku, kudengar Vinca menggumam kesal. “Cowok bodoh!”

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Lisa
Maharani Anindya Wijaya
Novel
Pisang Tidak Berbuah Dua Kali
Maulidan Rahman S
Novel
Bronze
Mahar Untuk Deevika
Imajinasiku
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Flash
Orang gila
Mahmud
Cerpen
Bronze
Cinta Sampai Surga
Erlani Puspita
Novel
Bukan Rumah untuk Pulang
Naa Ruby
Novel
We're (Not) Really Break Up
Keita Puspa
Novel
Bronze
Perempuan di Balik Teralis Kaca
Servita Rachma
Skrip Film
Di Bawah Langit yang Sama
Eko S. Ayata
Flash
Gerbong Kereta No 3
Sika Indry
Novel
Metamorfosa
Tsabit Dieni Nur H
Novel
Gold
Bising
Bentang Pustaka
Skrip Film
MONA
Arienal Aji Prasetyo
Skrip Film
Live Again
Donny Sixx
Rekomendasi
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Mengampuni Maling
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dua Perjaka Tua
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Malam Jumat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Pangeran di Bus Kota
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Jangan Jadi Orang Baik
Sulistiyo Suparno
Flash
Jalan Pintas
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Daun Jati
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Ramalan Bintang
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
"Tolong, Sembelih Saya!"
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Martin, Penyanyi yang Hilang
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Penyair dan Cerpenis Kampret
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Buku Mimpi Mimi
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Pangeran di Halte Tua
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Cinta Pertama
Sulistiyo Suparno