Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Cinta di Ujung Lidah
1
Suka
18,116
Dibaca

Selalu begini. Bila Vinca mengirim WA agar aku cepat-cepat menemuinya, pasti ada masalah padanya. Pesan elektronik itu berubah menjadi magnet bagiku. Kusambar kunci Satria hitamku, lalu dalam sekejap aku telah larut di kepadatan jalanan kota.

Kutemukan Vinca duduk di pondok bambu mungil di sebuah pantai. Gadis berambut sebahu itu merokok! Aku menggeleng dan mendesah. Sigap, kucabut rokok mentol dari bibirnya yang merah merekah.

“Berikan padaku, Benny!” protesnya.

“Nggak! Aku nggak mau dunia kehilangan seorang gadis cantik karena sebatang rokok!”

“Berikan! Kamu nggak berhak melarang apa yang aku lakukan!”

Aku tertegun. Vinca benar. Apa hakku melarang? Apa aku pacarnya?

“Aku temanmu. Nggak bolehkah teman menasehati teman?” kataku.

Gantian Vinca yang tertegun. Bibirnya terlipat. Ah, namanya gadis cantik, walau cemberut pun tetap menawan. Aku terpesona beberapa saat.

“Ya, sudah. Kamu ambil saja. Aku masih punya banyak!” Vinca mengeluarkan bungkus rokok dari kemeja kotak-kotaknya, mengambil sebatang, lalu menyulutnya.

“Kamu memintaku ke sini. Ada masalah apa lagi?” tanyaku sambil membuang rokok yang tadi kusambar dari bibir ranum Vinca.

“Aku putus!” Vinca mengembuskan kuat-kuat asap rokok barunya.

Hatiku tersentak mendengar kabar itu. Namun, mengapa muncul pula sepotong bahagia di hatiku mendengar kabar Vinca putus? Seingatku, ini kali ketiga Vinca patah hati. Seingatku, ini kali ketiga aku mencabut rokok mentol dari bibir Vinca yang mungil.

“Kamu nggak sedih aku putus?” tanya Vinca seakan menggugat.

Aku tergeragap. “Aku ikut sedih,” kataku. Ah, benarkah aku sedih? Bukankah aku selalu berharap Vinca putus dengan siapapun cowok yang memacarinya?

“Aku nggak mau jatuh cinta lagi!” kata Vinca.

Aku terhenyak. Mengapa ucapan-ucapan Vinca hari ini menghentak-hentak dadaku?

“Mereka, para mantan cowokku itu, menganggap aku nggak bisa dimengerti. Apa nggak sebaliknya? Aku nggak mengerti apa mau mereka. Bagaimana menurutmu, Benny?”

“Bagaimana apanya?”

“Semua cowok egois!”

“Nggak semua cowok, kok,” kataku. “Masih ada cowok yang baik.”

“Tunjukkan padaku, di mana aku bisa menemukan cowok yang baik?” desaknya.

Di sini, di depanmu. Tetapi, kalimat itu tersangkut di ujung lidahku. Aku hanya mampu menelan ludah. Pahit!

“Aku percaya sama kamu. Trims atas saran kamu,” Vinca melakukan isapan terakhir, lalu membuang rokoknya.

“Saran?” tanyaku.

“Bahwa nggak semua cowok egois. Bahwa masih ada cowok yang baik,” sahut Vinca. “Baiklah. Bila kutemukan cowok yang baik itu, aku mau jatuh cinta lagi.”

Aku lega mendengarnya. Harapanku terbuka lagi. Aku yakin Vinca sedang melempar sinyal, tetapi mengapa aku nggak juga menangkapnya? Aku ingin menyuarakan hatiku, tetapi, lagi-lagi, suaraku tersangkut di ujung lidah.

“Mengapa bengong?” sentaknya.

“Apa?”

“Sebal!” sungutnya. “Yuk, cabut saja. Cari bakso!”

Vinca sigap duduk di boncengan Satria hitamku. Memakai helm cadangan yang sengaja kubawa.

Kami segera meluncur tanpa tujuan. Di belakangku, kudengar Vinca menggumam kesal. “Cowok bodoh!”

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Mbok Nar : Cidro, Klenik dan Akhir Cintanya
Akyan Kala
Skrip Film
Broken Home [Skrip Film Pendek]
Diyanti Rita
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Teleponmu Dari Benua Seberang
Silvarani
Novel
Bronze
Melamar Guru Negeri
Mustofa P
Novel
Bronze
Pembohong
Drezzlle Alexandar
Cerpen
Bronze
Sahabatmu, Selingkuhanku
gustiana
Novel
Bronze
Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan
EMERENCIA
Flash
Bronze
KJM
Lora Arkansas
Novel
Bukan Cuma Hujan, Langit Pun Menghujam Malam Ini
Annisa Adinda
Novel
Bronze
MENCAPAI PIAGAM
noviadewi
Skrip Film
Kita yang Terbuang dan Hilang
Onet Adithia Rizlan
Cerpen
No Offense But,
Kaylasyifa Azzahrie
Novel
Bronze
Meet you at 0,001% Chance
Antrasena
Novel
Gold
Cinta dalam 99 Nama-Mu
Republika Penerbit
Rekomendasi
Flash
Cinta di Ujung Lidah
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Romeo Bukan Jodoh Juliet
Sulistiyo Suparno
Flash
Pembaca Pikiran
Sulistiyo Suparno
Flash
Berdoa yang Sederhana Saja
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Radio Kuna Kunawi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dua Perjaka Tua
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Menunggu Kakak Pulang
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Pulang dari Perang
Sulistiyo Suparno
Flash
Wanita Terhormat Vs Perempuan Jalang
Sulistiyo Suparno
Flash
Perjalanan Mengunjungi Sahabat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Warisan Tuan Reading
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Pendongeng Keliling
Sulistiyo Suparno
Flash
Gito dan Gitarnya
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Menolak Jatuh Cinta
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Ibu Tiriku Bidadari
Sulistiyo Suparno