Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
3
Suka
7,807
Dibaca

Nyonya Gerda tinggal di lereng sebuah bukit. Suaminya tentara, gugur dalam sebuah pertempuran. Suatu hari, ketika pulang dari mengunjungi makam suaminya, Nyonya Gerda melihat dua ekor anak rusa. Nyonya Gerda membawa pulang sepasang rusa itu dan memberi mereka nama Rosa dan Rosi.

Nyonya Gerda pandai membuat roti, kue, dan penganan lainnya. Ia menitipkan roti, kue, dan penganan buatannya di toko Nyonya Marina di kampung. Nyonya Gerda membawa serta sepasang rusa miliknya.

“Wah, rusa-rusamu sudah besar ya, Nyonya Gerda?” kata Nyonya Marina.

“Ya, Nyonya Marina. Bersama mereka, aku tidak kesepian lagi,” sahut Nyonya Gerda.

“Aku senang mendengarnya. Dan, ini uang hasil penjualan rotimu selama minggu ini,” kata Nyonya Marina.

“Terima kasih, Nyonya Marina. Saya senang bekerja sama dengan Anda,” sahut Nyonya Gerda.

Suatu hari, sebuah kereta kuda berhenti di depan rumah Nyonya Gerda. Dua orang perempuan turun dari kereta, lalu menemui Nyonya Gerda. Dua perempuan itu adalah petugas dari kantor Biro Penyelamat Satwa. Mereka mengatakan bahwa Nyonya Gerda tidak boleh memelihara rusa. Karena rusa adalah hewan yang dilindungi oleh kerajaan.

“Kalian akan membawa Rosa dan Rosi?” tanya Nyonya Gerda sedih.

“Benar, Nyonya. Kami akan membawa rusa-rusa milik Anda ke kotapraja. Kami akan memelihara mereka di kebun binatang. Ini aturan kerajaan. Kalau Anda melanggar, Anda bisa masuk penjara, Nyonya,” kata seorang petugas.

“Oh, maafkan saya. Saya tidak tahu tentang peraturan itu,” sahut Nyonya Gerda.

Dua petugas itupun membawa dua rusa kesayangan Nyonya Gerda. Sebelum kereta itu berangkat, Nyonya Gerda bertanya, “Bolehkah suatu saat aku mengunjungi Rosa dan Rosi?”

“Silakan, Nyonya. Nyonya dapat mengunjungi kebun binatang kapanpun Nyonya mau,” kata seorang petugas.

Setelah kepergian sepasang rusa itu, hidup Nyonya Gerda terasa sepi. Orang-orang, termasuk Nyonya Marina bersimpati pada Nyonya Gerda.

“Perbuatanmu sungguh mulia, Nyonya Gerda,” kata Nyonya Marina.

“Terima kasih, Nyonya Marina. Saya berharap Rosa dan Rosi mendapatkan perlakuan yang layak di kotapraja,” sahut Nyonya Gerda.

“Semoga, Nyonya Gerda. Dan, ini uang hasil penjualan rotimu minggu ini, Nyonya Gerda,” kata Nyonya Marina.

“Terima kasih, Nyonya Marina,” sahut Nyonya Gerda.

“Oh ya, saya punya rencana bagus, Nyonya Gerda,” kata Nyonya Marina.

“Rencana apa, Nyonya Marina? Boleh saya tahu?”

“Tentu saja boleh,” sahut Nyonya Marina. “Margot, kakakku, akan membuka toko roti di kotapraja. Saya mengusulkan Anda untuk menjadi koki di sana. Anda bersedia, Nyonya Gerda?”

“Tetapi, bagaimana dengan rumah saya? Siapa yang akan mengurusnya?” tanya Nyonya Gerda.

“Jangan kawatir, Nyonya Gerda. Biar saya dan suami yang akan mengurus rumah Anda,” jawab Nyonya Marina.

“Oh, terima kasih. Anda sungguh baik pada saya. Baiklah, saya bersedia menjadi koki untuk kakak Anda, Nyonya Marina,” sahut Nyonya Gerda.

Nyonya Gerda pindah ke kotapraja. Ia menjadi koki di Toko Roti Nyonya Margot. Roti buatan Nyonya Gerda sangat lezat, sehingga banyak pembeli yang senang. Toko roti itu pun semakin ramai dikunjungi pembeli.

Suatu hari Nyonya Gerda mendapatkan libur.

“Anda hendak berwisata ke mana, Nyonya Gerda?” tanya Nyonya Margot.

“Saya belum tahu, Nyonya Margot,” sahut Nyonya Gerda. “Apakah di kotapraja ada tempat wisata yang menarik?”

“Ada beberapa, tetapi yang paling menarik adalah kebun binatang,” jawab Nyonya Margot.

Seketika wajah Nyonya Gerda berubah ceria. Esok pun tiba, Nyonya Gerda berkunjung ke kebun binatang. Ia mencari-mencari tempat yang diinginkan.

“Bisa Anda tunjukkan pada saya, di mana tempat rusa?” tanya Nyonya Gerda pada seorang petugas kebun binatang.

“Di sana, Nyonya,” jawab petugas.

Nyonya Gerda bergegas melangkah. Ia pun sampai di sebuah tanah lapang yang luas berpagar kayu. Ia melihat banyak rusa berkeliaran di sana. Ada yang sedang makan rumput, rebah di tanah berumput, ada pula yang mendekat ke pagar menerima wortel pemberian pengunjung.

Nyonya Gerda melihat dua rusa sedang makan rumput di bawah pohon. Seketika Nyonya Gerda berteriak.

“Rosaaa! Rosiii!”

Dua rusa itu menoleh, lalu berlari mendekati Nyonya Gerda yang berdiri di luar pagar. Dua rusa itu mengangkat kedua kaki depannya, dan Nyonya Gerda menyambut mereka dengan pelukan.

“Kalian masih ingat aku? Oh, aku senang sekali bisa bertemu kalian,” kata Nyonya Gerda terharu.

Orang-orang melihat pemandangan unik itu. Seorang perempuan muda memotret adegan Nyonya Gerda memeluk dua rusa itu.

“Apakah Anda mengenal dua rusa ini, Nyonya?” tanya perempuan muda itu.

“Ini Rosa dan Rosi. Dulu, saya memeliharanya sebelum akhirnya ada petugas membawanya ke sini,” jawab Nyonya Gerda.

“Oh, ini sungguh menarik. Boleh saya mewawancarai Anda, Nyonya?”

“Maaf, apakah Anda wartawan?” tanya Nyonya Gerda.

“Ya, begitulah, Nyonya,” sahut si perempuan muda.

Keesokan harinya, Nyonya Margot menyerahkan koran pagi pada Nyonya Gerda.

“Ada berita tentang Anda, Nyonya Gerda. Lihatlah, di halaman pertama,” kata Nyonya Margot.

Nyonya Gerda melihat foto dirinya memeluk dua rusa di halaman pertama koran, dan judul berita: Setelah Sepuluh Tahun Berpisah, Nyonya Gerda Bertemu Rosa dan Rosi.

Nyonya Gerda tersenyum gembira dirinya masuk koran. Lebih dari itu, Nyonya Gerda bahagia, karena kini ia dapat mengunjungi Rosa dan Rosi di kebun binatang, setiap saat, terutama saat merindukan mereka.

***SELESAI***

Dongeng ini pernah dimuat koran Suara Merdeka (Semarang), Minggu, 1 Oktober 2017.

Sumber foto: E-paper Suara Merdeka/koleksi pribadi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
Sulistiyo Suparno
Flash
Pengkhianat
Sulistiyo Suparno
Novel
Mambangkik Batang Tarandam
Tesya Ridal
Komik
Bronze
Why my life(?)
Dema ade
Novel
Bronze
RASA
kiaqiya
Novel
Si jack
Bagas
Novel
Bronze
Harapan Bangsa
Miaw Nyaon
Cerpen
Well-being for all is not a dream. It is possible, realizable, owing to all that our ancestors have done to increase our powers of production. We know, indeed, that the producers, although they constitute hardly one-third of the inhabitants of civilized
Miftahudin
Novel
ARBUTUS
Fitra Nopiyanti
Cerpen
Bronze
POLIGAMI ; WANITA WANITA YANG TERLUKA
Iman Siputra
Novel
Aku Ingin Ayahku Mati!
Putri Zulikha
Novel
Bronze
Odik Teros
Yesno S
Flash
Hanya Angin yang Datang
Sulistiyo Suparno
Flash
Dari Serulian, Untuk Rehan
Syafira Muna
Novel
Bronze
Beautiful Wounds in 1998
nilnaulia
Rekomendasi
Flash
Pengkhianat
Sulistiyo Suparno
Flash
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
Sulistiyo Suparno
Flash
Hanya Angin yang Datang
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Pisau
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Setelah Tidak Bermotor Lagi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dering Telepon Tua
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Penumpang Gelap
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Pembunuhan yang Sempurna
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Ternyata Begini Rasa Cemburu
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Wanita Nakal
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Bandit Cilik
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Anak-anak Suka Mencuri Permen
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Seorang Lelaki Tergeletak di Jalan
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Jangan Berurusan dengan Polisi
Sulistiyo Suparno
Flash
Menggambar Matahari
Sulistiyo Suparno