Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Is It My Fault?
0
Suka
1,891
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku melihat ke bawah, pada lantai café yang hanya diiringi alunan gitar lembut yang memenuhi indra pendengaranku, berusaha agar tidak menangis atas ucapan yang kamu lontarkan padaku. Namun kamu masih asik dengan gawai di tangan. Seolah aku tak berada di sana.

“Kamu kenapa?” tanyamu begitu hening menyelimuti kita. Aku menggeleng. Lagi-lagi tak bisa mengutarakan apa yang aku rasakan.

“Sedih karena aku? Karena kata-kata aku di tongkrongan tadi? Kan bercanda, sayang.” Kamu melihat lekat pada wajahku yang masih mengindahkan lantai di bawah, dan mencoba membelai pipi kiriku.

Aku menarik napas dan menghembuskannya panjang. “Nggak lucu, Adrian. Candaan kamu sama sekali nggak lucu.”

Kamu mengernyit. Ekspresi yang paling kubenci tiap kali kuutarakan perasaanku.

“Aku nggak ngerti, deh. Kenapa kamu bisa marah perihal kecil kayak gitu? Sensitif banget.”

Hatiku mencelos mendengarnya. Kurasa buliran air mata berusaha keluar dari kantung mataku.

“Maaf.”

Lagi-lagi, mengapa aku yang meminta maaf?

“Kelewat sensitif ya, aku?”

Mengapa harus aku yang terus mengerti?

“Udahlah, nggak usah dipikirin. Capek mikirin hal nggak penting kayak gitu.” Kamu menghentikan percakapan kita dengan kembali fokus pada gawaimu. Kamu menghentikan air mataku yang malu keluar begitu mendapat respon tak mengenakkan darimu.

“Lain kali, boleh nggak kamu nggak usah bercanda kayak gitu?”

“Apalagi, sih?”

Aku terenyuh. Setetes air mata kini tak terbendung lagi.

“Kenapa nangis? Aku kan udah bilang nggak usah dipikirin! Kamu tuh ngada-ngadain beban pikiran aja! Perihal aku bilang mulut kamu bau, kan? Cuma karna aku nyuruh kamu untuk sikat gigi, kan? Itu tuh bercanda! Biar nggak kaku di tongkrongan!”

“Tapi itu nggak lucu, Adrian! Masa aku lagi ngomong ke kamu terus kamu nyuruh aku sikat gigi? Mereka ngetawain itu nggak sebentar, loh! Temen-temenmu bakal mikir aku beneran bau mulut!”

“Ya coba sekarang kasih tau aku siapa yang mikir gitu? Ada? Coba, siapa? Hah?”

Aku menatapmu lama. Kaget, bingung, kecewa. Mengapa kata-kata itu yang terlontar dari bibirmu? Mengapa perasaanku tak bisa kamu pahami sama sekali?

“Nggak ada, kan? Kamu itu berlebihan,” pungkasmu, amat sangat diselingi amarah yang nampak pada matamu. Aku lagi, kah, yang salah?

“ … Maaf,” lirihku. Kembali menunduk dan hanya bisa menatap sepatumu.

Kamu perlahan berdiri dari kursi, entah pergi kemana tidak kamu sampaikan padaku. Mungkin toilet, mungkin wastafel, mungkin kasir. Mungkin perasaanku tidak terlalu penting bagimu.

Lima menit setelah kamu beranjak pergi, tidak kutemukan ragamu mencoba kembali. Apakah sesalah itu aku di matamu? Kali ini, aku pun harus mengerti jalan pikirmu, ya? Tapi, aku merasa terus direndahkan olehmu.

Kamu terlihat berjalan dari ruang kasir yang memang terpisah gedung dari tempat kita tadi berada, dengan sebotol air mineral di tangan.

Air mukamu masih sama. Aku yakin masih tersimpan amarah pada batinmu.

“Ayo, pulang,” ajakmu yang lebih terdengar seperti suruhan. Kamu mengambil semua barangmu di atas meja; korek, rokok, kunci motor, dan dompet –karena gawaimu tak pernah lepas dari genggaman.

“Adrian …” lirihku.

Ternyata bukan hanya perasaanku yang kamu abaikan, kamu bahkan tak mengubris ucapanku kali ini. Kamu berjalan pergi meninggalkanku yang masih terduduk. Entah aku pulang denganmu atau naik kendaraan umum. Kamu tak melirikku walau sebentar.

Ini bukan kejadian pertama kali atas sikapmu yang seenaknya padaku. Aku tidak mengerti harus bersikap bagaimana lagi agar kamu bisa mengerti perasaanku. Sinyal apalagi yang harus kukirimkan padamu?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Is It My Fault?
Nurulina Hakim
Flash
Bronze
Kalau Jalanan Bisa Menangis...
Shabrina Farha Nisa
Skrip Film
Misi Kafe Biru
Nadia Seassi
Novel
JENDELA KEDUA
Vina Sri
Novel
Bronze
SOMEONE LIKE YOU
Jeni Hardianti
Novel
THE LIGHT OF TEARS
Indy Nurliza Zulfianti
Novel
Gold
AYAH
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
AKU YANG MEM(DI)BENCI KEHIDUPAN
Linda Rahmawati
Novel
Aku Dan Perbedaan
Widhi ibrahim
Novel
Bronze
Jodoh Pilihan Allah ~Novel~
Herman Sim
Novel
Bronze
LINA PRAMESWARI
Raden Dwi Rendra
Novel
Bronze
Jejak Perempuan yang Pergi pada Suatu Masa
Alfian N. Budiarto
Novel
Pagi di Bawah Flamboyan itu, Anum Bercerita
Ilham MR
Novel
Bronze
Jejak Tirani
Fanni Silviana Supenda
Komik
The Old Man
KeLie
Rekomendasi
Flash
Is It My Fault?
Nurulina Hakim
Flash
Bronze
I Choose You
Nurulina Hakim
Flash
The Middle Child
Nurulina Hakim
Flash
Make A Wish
Nurulina Hakim
Flash
Berusaha untuk Tidak Mati
Nurulina Hakim
Flash
Confusion
Nurulina Hakim
Flash
Fatamorgana
Nurulina Hakim
Flash
Ramadhan 2021
Nurulina Hakim
Flash
Putus
Nurulina Hakim
Flash
You're The One I Wish Healed
Nurulina Hakim
Flash
Guilty
Nurulina Hakim
Flash
Pelangi
Nurulina Hakim
Flash
Cemburu? Siapa? Aku?
Nurulina Hakim
Flash
Hurt
Nurulina Hakim
Flash
Bronze
Grateful
Nurulina Hakim