Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kedinginan
0
Suka
2,259
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Tubuh koruptor itu menggigil terduduk di kursi ruang kerjanya. Polah tingkahnya saat dia sendirian itu berbeda 180 derajat bila dibandingkan ketika dia di depan publik sambil tersenyum dan melambaikan tangan usai sesi wawancara. Bahkan akibat tingkahnya itu, rating acara-acara lain seperti infotainment, sinetron, komedi situasi, dll. menjadi anjlok kalah pamor akibat senyum dan lambaian tangannya. Begitu ngartis dan ngakting sekali si koruptor itu. Namun, apa sebabnya dia menggigil? Masuk anginkah? Atau .... Mungkinkah artis-artis yang kalah pamor itu menyantet dia akibat lahan pencaharian rezeki halalnya sudah disaingi?

Sebenarnya, menggigilnya si koruptor hanyalah akibat AC ruang kerjanya yang terlalu dingin. Itu dibuktikan oleh gerak jemarinya yang menekan-nekan tombol remote AC lalu menghidupkan televisi, melihat tayangan acara berita terkini. Setelah itu dia senyam-senyum sendiri macam orang tak waras.

Boleh saja orang-orang di luaran sana beranggapan bahwa dia adalah orang yang kelakuannya bersih karena kepandaiannya dan bertanggung jawab dalam menerima amanat. Namun buatku tidak. Aku mengetahui apa-apa yang sudah dilakukannya. 

Sebagian besar kegiatan dia dimulai dari ruang kerja itu. Kegiatan yang kumaksudkan adalah kegiatan ketika dia mulai menampakkan seringai liciknya yang merupakan perwujudan niatnya untuk korupsi akibat melihat ada celah kesempatan meskipun sempit. Seperti peristiwa beberapa tahun lalu yang masih kuingat betul saat dia mulai duduk di kursi ruang kerja itu untuk kali pertama.

Pada hari pertama dia duduk di kursi ruangan itu seulas semringah tampak melukisi wajahnya. Beberapa kali dia menjawab telepon–sambil mondar-mandir-berdiri-duduk–yang berdering berikut kalimat basa-basi "terima kasih" untuk membalas lawan bicaranya. Diselingi dengan lambaian tangan Seruto kepada asisten pribadinya dan dibalas senyuman balik Riniah, yang sudah sedari tadi duduk seraya mulai menyibukkan diri di meja kerjanya. 

"Niah, ada agenda kunjungan di hari pertama saya ini?"

"Belum ada, Pak." Dan dibalas anggukan kepala Seruto, sementara telinganya kini mendengarkan lawan bicara yang kelima dan masih dibalas dengan ucapan "terima kasih" basa-basi via HP-nya.

Aku tahu tentang istilah 'koruptor' pun dari acara televisi yang menyiarkan berita-berita terkini. Orang-orang yang disebut-sebut 'koruptor' itu ketahuan, lalu seperti bom yang meledak, berita itu tersiar luas ke mana-mana melalui media seperti televisi. Kalau saja koruptor itu tidak ketahuan, mana aku tahu apa itu istilah 'koruptor'? Dan mungkin si koruptor itu pun bakal anteng-anteng saja–kan enggak ketahuan.

Kalian jangan memicingkan mata dan mengerutkan dahi meski aku hanyalah cotton bud bekas pakai Riniah beberapa jam sebelum Seruto–pada hari pertama–masuk di ruangan itu. Posisiku masih beruntung, tidak ikut masuk dalam tong sampah ruang kerja tapi terselip bersama tumpukan berkas pada satu sudut meja kerja Riniah. Sehingga, aku tahu apa yang terjadi di ruang kerja Seruto. Walaupun ada ungkapan dinding bertelinga, aku pun bekas digunakan di telinga. Bahkan, aku mau andai dijadikan sebagai saksi yang memberatkan atas perbuatan dan niat buruknya. Hanya saja, adakah hakim yang mau menerimaku duduk di kursi persidangan sebagai saksi? (©)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
BICARA DENGAN TUHAN
Febriana listiyanti utami
Flash
Taman Sore
eko s
Flash
Kedinginan
Andriyana
Novel
Bronze
The Badboy
Fidya Damayanti
Novel
Cinta Fisabilillah
Nafla Cahya
Novel
Bronze
Perjaka Magrib ~Novel~
Herman Sim
Novel
Bronze
Menunggu Bulan *Novel*
Herman Sim
Flash
Nyanyian Penyemangat Hidup
Sulistiyo Suparno
Novel
Cerita Gadis Kecil
Dini Pujiarti
Novel
Bronze
Keikhlasan Cinta
ine dwi syamsudin
Cerpen
AKU, RIMA & SAHABATKU
Adam rusali
Novel
Bronze
Griseo
Syeren medyanto
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Tekad Dalam Jiwa
Zsa Zsa Eki Liztyasari
Flash
Milik Bintang
Ejas Intan
Rekomendasi
Flash
Kedinginan
Andriyana
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Cerpen
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Flash
Microwife
Andriyana
Cerpen
Bronze
Kata Hidup di Antara Kita pada Pentas Malam
Andriyana
Novel
Bronze
Sekisah tentang Mualim dengan Fatimah
Andriyana
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Cerpen
Bronze
Becak Generasi Ketiga Belas
Andriyana
Cerpen
Burung Merpati Tingting
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana