Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kedinginan
0
Suka
2,225
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Tubuh koruptor itu menggigil terduduk di kursi ruang kerjanya. Polah tingkahnya saat dia sendirian itu berbeda 180 derajat bila dibandingkan ketika dia di depan publik sambil tersenyum dan melambaikan tangan usai sesi wawancara. Bahkan akibat tingkahnya itu, rating acara-acara lain seperti infotainment, sinetron, komedi situasi, dll. menjadi anjlok kalah pamor akibat senyum dan lambaian tangannya. Begitu ngartis dan ngakting sekali si koruptor itu. Namun, apa sebabnya dia menggigil? Masuk anginkah? Atau .... Mungkinkah artis-artis yang kalah pamor itu menyantet dia akibat lahan pencaharian rezeki halalnya sudah disaingi?

Sebenarnya, menggigilnya si koruptor hanyalah akibat AC ruang kerjanya yang terlalu dingin. Itu dibuktikan oleh gerak jemarinya yang menekan-nekan tombol remote AC lalu menghidupkan televisi, melihat tayangan acara berita terkini. Setelah itu dia senyam-senyum sendiri macam orang tak waras.

Boleh saja orang-orang di luaran sana beranggapan bahwa dia adalah orang yang kelakuannya bersih karena kepandaiannya dan bertanggung jawab dalam menerima amanat. Namun buatku tidak. Aku mengetahui apa-apa yang sudah dilakukannya. 

Sebagian besar kegiatan dia dimulai dari ruang kerja itu. Kegiatan yang kumaksudkan adalah kegiatan ketika dia mulai menampakkan seringai liciknya yang merupakan perwujudan niatnya untuk korupsi akibat melihat ada celah kesempatan meskipun sempit. Seperti peristiwa beberapa tahun lalu yang masih kuingat betul saat dia mulai duduk di kursi ruang kerja itu untuk kali pertama.

Pada hari pertama dia duduk di kursi ruangan itu seulas semringah tampak melukisi wajahnya. Beberapa kali dia menjawab telepon–sambil mondar-mandir-berdiri-duduk–yang berdering berikut kalimat basa-basi "terima kasih" untuk membalas lawan bicaranya. Diselingi dengan lambaian tangan Seruto kepada asisten pribadinya dan dibalas senyuman balik Riniah, yang sudah sedari tadi duduk seraya mulai menyibukkan diri di meja kerjanya. 

"Niah, ada agenda kunjungan di hari pertama saya ini?"

"Belum ada, Pak." Dan dibalas anggukan kepala Seruto, sementara telinganya kini mendengarkan lawan bicara yang kelima dan masih dibalas dengan ucapan "terima kasih" basa-basi via HP-nya.

Aku tahu tentang istilah 'koruptor' pun dari acara televisi yang menyiarkan berita-berita terkini. Orang-orang yang disebut-sebut 'koruptor' itu ketahuan, lalu seperti bom yang meledak, berita itu tersiar luas ke mana-mana melalui media seperti televisi. Kalau saja koruptor itu tidak ketahuan, mana aku tahu apa itu istilah 'koruptor'? Dan mungkin si koruptor itu pun bakal anteng-anteng saja–kan enggak ketahuan.

Kalian jangan memicingkan mata dan mengerutkan dahi meski aku hanyalah cotton bud bekas pakai Riniah beberapa jam sebelum Seruto–pada hari pertama–masuk di ruangan itu. Posisiku masih beruntung, tidak ikut masuk dalam tong sampah ruang kerja tapi terselip bersama tumpukan berkas pada satu sudut meja kerja Riniah. Sehingga, aku tahu apa yang terjadi di ruang kerja Seruto. Walaupun ada ungkapan dinding bertelinga, aku pun bekas digunakan di telinga. Bahkan, aku mau andai dijadikan sebagai saksi yang memberatkan atas perbuatan dan niat buruknya. Hanya saja, adakah hakim yang mau menerimaku duduk di kursi persidangan sebagai saksi? (©)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Kalut
Abe Ruhsam
Flash
Kedinginan
Andriyana
Novel
Bronze
Stevie: Sebuah Catatan Remaja Biasa
Nadya Wijanarko
Novel
Bronze
Hold My Fire
diannafi
Novel
Lindung
ambarajati
Novel
Bronze
You Are Too LATE
Lisnawati
Novel
Detik Masa
Nurul Jefa
Novel
Bronze
Hari Raia
Dinda Anggita Putri
Novel
Bronze
Benang yang Terputus
Dwiend
Novel
Bronze
Duka Manis - Balikpapan 1995
Habel Rajavani
Komik
EVIL Cinderella
HanSenpai24
Cerpen
Bronze
Kapak Terpendam
Agus Fahri Husein
Novel
Bronze
KEMBALI PULANG
Nussaiba Zahra
Novel
Bronze
Mei Lan Hoa
Amreta Tisna
Flash
Bronze
Daun di Atas Bantal: Cemburu Ketika Angin Mencocoli Daun
Ari S. Effendy
Rekomendasi
Flash
Kedinginan
Andriyana
Cerpen
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Flash
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Flash
Sosok Bapak
Andriyana
Novel
Bronze
Sekisah tentang Mualim dengan Fatimah
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Flash
Microwife
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana
Cerpen
Burung Merpati Tingting
Andriyana
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Cerpen
Bronze
Becak Generasi Ketiga Belas
Andriyana
Cerpen
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana