Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penjaga Gawang
15
Suka
7,873
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Semasa kecil, Ruben sering dicemooh karena selalu meminta untuk menjadi penjaga gawang tiap kali bocah-bocah komplek perumahan itu berkumpul di lapangan voli untuk bermain sepak bola. Berbagai macam gestur hinaan hingga bentuk perundungan secara verbal ditujukan kepada bocah yang memang kurang proporsional jika hendak menjadi goal keeper itu. Yang paling sering menghina secara implisit adalah Tanto dengan gaya menirukan banci yang lemah gemulai; mengindikasikan bahwa menjadi kiper adalah pilihan pengecut. Namun Ruben tak peduli. Ia dengan percaya diri memasang kuda-kuda layaknya Francesco Toldo di bawah mistar gawang stadion Giussepe Meazza, meski telinganya panas dan batinnya menahan untuk tidak menimpuk bocah-bocah dengan tingkah macam beruk itu.

Hari ini, Ruben Ari Wijaya resmi satu tahun menyandang nomor punggung 1 untuk klub divisi utama Liga Jepang, Kawasaki Frontale. Ia berdiri sama gagahnya dengan saat masih berusia sembilan tahun, 14 tahun silam. Tak main-main, rata-rata penyelamatannya tak kurang dari empat di setiap pertandingan. Ia bahkan menyumbang assist sebanyak lima kali sepanjang karirnya di klub papan atas itu. Di bawah komandonya pula, Kawasaki Frontale kebobolan hanya 12 kali sepanjang musim sebelumnya. Filosofi dan visi bermainnya sebagai penjaga gawang amat brilian hingga julukan Genius Goal Keeper disematkan kepadanya. Timnas sudah memberinya hak penuh atas seragam bernomor punggung 1, bahkan lengkap dengan ban kaptennya. Berkat dirinya pula, J-League kembali tayang di stasiun televisi tanah air.

"Lihat. Dia yang kau olok-olok dulu, kan? Coba lihat dirimu, pengangguran tak tahu diri," maki seorang ibu sambil menunjuk-nunjuk televisi butut yang tengah menyiarkan pertandingan Kawasaki Frontale melawan Sagan Tosu. Omelannya tak berhenti sampai di sana. Sumpah serapah menyusul hingga suaranya kian meninggi.

Pemuda kurus berambut awut-awutan yang jadi bulan-bulanan sang ibu mendengus kesal, sibuk menghalau lalat. Matanya nanar menyaksikan Ruben melakukan penyelamatan gemilang dengan tubuh lenturnya. Dalam hati, ia menyesali perbuatannya dulu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@Lirin Kartini hahaha benar.
Penyesalan selalu datang belakangan, kalau di depan berarti pendaftaran 😁
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Kisah
silvi budiyanti
Novel
Bronze
Pertemuan Dua Anak di Pekuburan
Ari Keling
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Novel
Bronze
Tiga Menara
Maulani Salim
Novel
Gold
Perjalanan Mengalahkan Waktu
Mizan Publishing
Flash
Perempuan Langit
Bonari Nabonenar
Novel
Perempuan Merah
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
Kereta Kedewasaan
Miss Anonimity
Flash
Jinx
Imelda Yoseph
Flash
Kalau Hati Bisa Ngomong...
Shabrina Farha Nisa
Cerpen
Bronze
Jaket dengan Lubang Bekas Peluru
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Iddah : Masa Menunggu Sebelum Cinta Datang
ahmad dicka hudzaifi
Flash
Kecewa
NUR C
Novel
Bronze
Surat Untuk Ayah
Diary
Novel
Fool's Gold
Syafa Amelia
Rekomendasi
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Novel
The Playmaking Defender
Fajar R
Flash
Sembilan
Fajar R
Flash
Mati Lebih Baik
Fajar R
Flash
Sarjana Pandemi
Fajar R
Novel
Bronze
TERRAFORMERS
Fajar R
Flash
Pulang
Fajar R
Flash
Anomali
Fajar R
Flash
Gelap
Fajar R
Flash
Ghostwing
Fajar R