Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penjaga Gawang
15
Suka
7,812
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Semasa kecil, Ruben sering dicemooh karena selalu meminta untuk menjadi penjaga gawang tiap kali bocah-bocah komplek perumahan itu berkumpul di lapangan voli untuk bermain sepak bola. Berbagai macam gestur hinaan hingga bentuk perundungan secara verbal ditujukan kepada bocah yang memang kurang proporsional jika hendak menjadi goal keeper itu. Yang paling sering menghina secara implisit adalah Tanto dengan gaya menirukan banci yang lemah gemulai; mengindikasikan bahwa menjadi kiper adalah pilihan pengecut. Namun Ruben tak peduli. Ia dengan percaya diri memasang kuda-kuda layaknya Francesco Toldo di bawah mistar gawang stadion Giussepe Meazza, meski telinganya panas dan batinnya menahan untuk tidak menimpuk bocah-bocah dengan tingkah macam beruk itu.

Hari ini, Ruben Ari Wijaya resmi satu tahun menyandang nomor punggung 1 untuk klub divisi utama Liga Jepang, Kawasaki Frontale. Ia berdiri sama gagahnya dengan saat masih berusia sembilan tahun, 14 tahun silam. Tak main-main, rata-rata penyelamatannya tak kurang dari empat di setiap pertandingan. Ia bahkan menyumbang assist sebanyak lima kali sepanjang karirnya di klub papan atas itu. Di bawah komandonya pula, Kawasaki Frontale kebobolan hanya 12 kali sepanjang musim sebelumnya. Filosofi dan visi bermainnya sebagai penjaga gawang amat brilian hingga julukan Genius Goal Keeper disematkan kepadanya. Timnas sudah memberinya hak penuh atas seragam bernomor punggung 1, bahkan lengkap dengan ban kaptennya. Berkat dirinya pula, J-League kembali tayang di stasiun televisi tanah air.

"Lihat. Dia yang kau olok-olok dulu, kan? Coba lihat dirimu, pengangguran tak tahu diri," maki seorang ibu sambil menunjuk-nunjuk televisi butut yang tengah menyiarkan pertandingan Kawasaki Frontale melawan Sagan Tosu. Omelannya tak berhenti sampai di sana. Sumpah serapah menyusul hingga suaranya kian meninggi.

Pemuda kurus berambut awut-awutan yang jadi bulan-bulanan sang ibu mendengus kesal, sibuk menghalau lalat. Matanya nanar menyaksikan Ruben melakukan penyelamatan gemilang dengan tubuh lenturnya. Dalam hati, ia menyesali perbuatannya dulu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@Lirin Kartini hahaha benar.
Penyesalan selalu datang belakangan, kalau di depan berarti pendaftaran 😁
Rekomendasi dari Drama
Novel
SANG DUKUN
Ikhwanus Sobirin
Novel
Bronze
Secangkir Kopi Untuk Kretek
Prasetia Hulu
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Novel
Bronze
Tentangmu Ibu
Rosidawati
Novel
Bronze
Perempuan Gagal
Anifa Hambali
Novel
Bronze
Upon The Sorrow
Riski Nasution
Novel
Bronze
Langkah Parau
Khairunnisa
Novel
Gold
The Hollow Cat
Mizan Publishing
Novel
Bronze
BETTER HALF
KUMARA
Flash
Lidah Tetangga
Selvi Nofitasari
Novel
Gold
Nasi untuk Kakek
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Solo Balapan
Herman Sim
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy F F
Novel
Bronze
jika rindu salah haruskah menyerah (?)
Nia Kurniasih
Komik
Triplet & The Weird School
Dhias
Rekomendasi
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Novel
The Playmaking Defender
Fajar R
Flash
Anomali
Fajar R
Flash
Ghostwing
Fajar R
Flash
Pulang
Fajar R
Flash
Gelap
Fajar R
Flash
Mati Lebih Baik
Fajar R
Novel
Bronze
TERRAFORMERS
Fajar R
Flash
Sembilan
Fajar R
Flash
Sarjana Pandemi
Fajar R