Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penjaga Gawang
15
Suka
7,733
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Semasa kecil, Ruben sering dicemooh karena selalu meminta untuk menjadi penjaga gawang tiap kali bocah-bocah komplek perumahan itu berkumpul di lapangan voli untuk bermain sepak bola. Berbagai macam gestur hinaan hingga bentuk perundungan secara verbal ditujukan kepada bocah yang memang kurang proporsional jika hendak menjadi goal keeper itu. Yang paling sering menghina secara implisit adalah Tanto dengan gaya menirukan banci yang lemah gemulai; mengindikasikan bahwa menjadi kiper adalah pilihan pengecut. Namun Ruben tak peduli. Ia dengan percaya diri memasang kuda-kuda layaknya Francesco Toldo di bawah mistar gawang stadion Giussepe Meazza, meski telinganya panas dan batinnya menahan untuk tidak menimpuk bocah-bocah dengan tingkah macam beruk itu.

Hari ini, Ruben Ari Wijaya resmi satu tahun menyandang nomor punggung 1 untuk klub divisi utama Liga Jepang, Kawasaki Frontale. Ia berdiri sama gagahnya dengan saat masih berusia sembilan tahun, 14 tahun silam. Tak main-main, rata-rata penyelamatannya tak kurang dari empat di setiap pertandingan. Ia bahkan menyumbang assist sebanyak lima kali sepanjang karirnya di klub papan atas itu. Di bawah komandonya pula, Kawasaki Frontale kebobolan hanya 12 kali sepanjang musim sebelumnya. Filosofi dan visi bermainnya sebagai penjaga gawang amat brilian hingga julukan Genius Goal Keeper disematkan kepadanya. Timnas sudah memberinya hak penuh atas seragam bernomor punggung 1, bahkan lengkap dengan ban kaptennya. Berkat dirinya pula, J-League kembali tayang di stasiun televisi tanah air.

"Lihat. Dia yang kau olok-olok dulu, kan? Coba lihat dirimu, pengangguran tak tahu diri," maki seorang ibu sambil menunjuk-nunjuk televisi butut yang tengah menyiarkan pertandingan Kawasaki Frontale melawan Sagan Tosu. Omelannya tak berhenti sampai di sana. Sumpah serapah menyusul hingga suaranya kian meninggi.

Pemuda kurus berambut awut-awutan yang jadi bulan-bulanan sang ibu mendengus kesal, sibuk menghalau lalat. Matanya nanar menyaksikan Ruben melakukan penyelamatan gemilang dengan tubuh lenturnya. Dalam hati, ia menyesali perbuatannya dulu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@Lirin Kartini hahaha benar.
Penyesalan selalu datang belakangan, kalau di depan berarti pendaftaran 😁
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
Charlie and the Great Glass Elevator
Noura Publishing
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Novel
Bronze
Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan (Edisi Cerbung)
Khairul Azzam El Maliky
Flash
The Day We Die
MosaicRile
Novel
Bronze
ANGEL WITHOUT WING
Angie Wiyaniputri
Novel
Bronze
Dua Cinta Pertama
L
Komik
ChocoBerry
Alice
Cerpen
Terlalu Bodoh Untuk Jadi Kenyataan
Kosong/Satu
Cerpen
Kuku Rusmi
Dina prayudha
Novel
Bronze
Lingkaran SMA
junedd juna
Novel
Bronze
Asa, Cinta, dan Realita
Nurmaisyah
Novel
Bronze
MY WAITING LIST : THE ORIGIN
Axel Bramasta
Novel
Mencari Pesan
Setiawan Saputra
Novel
CALYPSO IS DOWN
Efi supiyah
Novel
Bronze
1 Hati 2 Raga
Nur Fitriani
Rekomendasi
Flash
Penjaga Gawang
Fajar R
Flash
Gelap
Fajar R
Novel
Bronze
TERRAFORMERS
Fajar R
Novel
The Playmaking Defender
Fajar R
Flash
Sarjana Pandemi
Fajar R
Flash
Ghostwing
Fajar R
Flash
Anomali
Fajar R
Flash
Pulang
Fajar R
Flash
Sembilan
Fajar R
Flash
Mati Lebih Baik
Fajar R