Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sebuah Desa Columbia sedang didatangi oleh mahasiswa yang akan melakukan KKN disana. Tahun 2020 lebih tepatnya di bulan Januari sebelum adanya virus corona melanda. Jihan ialah salah satu mahasiswi yang mengikuti KKN tersebut. Ternyata desa tersebut agak jauh dari tempat saya tinggal. Masih satu kecamatan, tapi berbeda kelurahan. Posisi posko KKN yaitu tepat di sebelah balai desa Columbia. Awal masuk gang itu langsung kanan jalan disambut oleh balai desa, lurus sedikit sampai posko KKN.
Jalan raya tempat untuk KKN ini tepat di jalan yang amat sangat curam dan tikungan tajam. Bahkan disana sering terjadi kecelakaan entah itu ketika akan naik ke tikungan atau akan turun. Posisi Jihan dan Fira berboncengan naik motor. Yang mengendarai Si Fira dengan motor beat berwarna biru putih. Keduanya sedang dalam perjalanan pulang dari apel pagi di ke kecamatan yang letaknya lumayan jauh dari balai desa dan posko.
Ketika keduanya akan sampai pada gang menuju balai desa, motor jelas agak dikurangilah kecepatannya oleh Fira karena jalanannya yang naik dan curam dan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Tanpa disangka-sangka, dari arah berlawanan, di jalanan menurun itu, ada truck tronton bermuatan mobil berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata.
Yang harusnya mengambil jalur kiri, dia oleng mengambil jalur kanan dan hampir menyerempet motor mereka. Baik Jihan atau Fira pun terkejut, kedua mata mereka menatap nanar tak percaya kejadian itu, Jihan berteriak.
“Fir, sepertinya truck itu akan menabrak kita, Fir!” dengan penuh kehisterisan, kini Jihan benar-benar takut.
“Lalu bagaimana, Han? Aku juga bingung ini!” Tanyanya. Kedua tangan yang masih stay di stang motor itu masih gemetar.
“Fir, miringkan motornya ke kiri!”
“Tapi kita akan jatuh, Han! Bawah udah rumah orang!” teriaknya balik.
“Cepat, Fir!” Teriak Jihan sebelum truck itu semakin dekat.
Tanpa pikir panjang, Fira memiringkan motor ke kiri dan menghentikan laju motornya ketika truck tronton itu hampir menyerempet mereka. Untungnya pula mereka tidak benar-benar jatuh ke rumah orang.
Bahkan kaki kanan mereka pun sudah berjarak kira-kira hanya 3 jengkal tangan saja dengan besi muatan truck tronton itu. Jika tidak gerak cepat, kaki kedua gadis itu mungkin sudah terkena besi tronton dan terseret, jadilah kecelakaan. Tapi Allah masih melindungi mereka. Meskipun kaki kiri terasa pegal karena menahan berat motor dan sebelah kiri itu jurang, yang penting tidak sampai terjadi kecelakaan.
Setelah truck itu berhasil lewat, Jihan dan Fira tak henti-hentinya mengucap syukur. Jihan turun dari motor dan berjongkok d pinggir jalan. Shock masih melanda mereka, sedangkan Fira menstandartkan motornya.
“Ya Allah, hampir saja tadi kecelakaan.” Fira meraup wajahnya pelan.
Meskipun begitu, mereka sampai posko KKN masih sangat terbayang-bayang dan trauma berat atas kejadian itu.
.
Tamat