Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Pembunuh Mimpi
0
Suka
2,746
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Tiga anak kembar duduk di depan bapak dan ibunya setelah lulus TK. Mereka adalah Rani, Randi, Rini. Ibu yang wajahnya berseri-seri menanyakan apa cita-cita mereka.

“Kalian kalo sudah besar mau jadi apa?” Tanya ibu.

“Aku mau jadi orang kaya!” Ujar Rani dengan lantang. “Biar kita punya rumah yang gede dan ada kolam renangnya!”

“Bagus!” Kata ibu dengan senyum yang lebar. “Ibu doakan kamu jadi orang kaya. Kerja di perusahaan besar, punya usaha yang sukses, dan punya rumah yang ada kolam renangnya.”

Ibu memeluk Rani dengan erat.

“Aku mau jadi tentara!” Jawab Randi.

“Bagus!” Ujar bapak. “Bapak akan usahakan kamu biar kamu jadi tentara. Dari sekarang bapak akan mencari kenalan yang bisa membawamu menuju impianmu. Tidak usah khawatir tentang biaya, karena untuk kamu, bapak bisa memberikan dunia dan seisinya.”

Bapak memeluk Randi dan mengelus kepalanya dengan wajah penuh rasa bangga.

Rini hanya melihat kedua saudara kembarnya dengan cemas.

“Hm…, kalau aku sudah besar nanti, aku mau menjadi artis musikal,” ucapnya dengan pelan.

Gambaran keluarga hangat yang tengah berlangsung berubah menjadi dingin. Tidak ada pelukan, dukungan, atau dorongan semangat yang diberikan. Mereka berempat melihat Rini dengan tatapan meremehkan.

“Punya cita-cita yang realistis dong!” Ujar Randi.

“Emangnya kamu bisa nyanyi? Bisa akting?” Tanya Rani.

Rini menjadi murung dan melihat kedua orang tuanya.

“Ck ck ck,” bapak menggelengkan kepala. “Emang bisa ngehasilin duit? Cita-cita kok kayak gitu. Liat dong Rani sama Randi, Rani mau jadi orang kaya, Randi mau jadi tentara, lah kamu malah mau jadi artis musikal, memangnya itu apa?”

Rini melihat ibunya, berharap sang ibu membelanya.

“Halah, emangnya suara kamu bagus? Cita-cita kok aneh begitu. Itu kan pekerjaan nggak pasti. Mending kamu jadi pegawai negeri malah jelas tiap bulan dapet gaji. Nyanyi-nyanyi di panggung gitu memangnya kamu bisa? Palingan juga takut terus nangis. Emangnya kamu nggak mikir nanti kalo kamu ada salah di panggung yang malu siapa? Ya ibu lah. Ini ibu ngomong demi masa depan kamu ya, ganti! Ibu nggak mau denger kamu pengen punya pekerjaan nggak jelas di masa depan.”

Bapak dan ibu kembali memanjakan Rani dan Randi, meninggalkan Rini yang sedang terluka walaupun luka itu tidak terlihat oleh mata telanjang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Tak Sambat
Nuel Lubis
Flash
Pembunuh Mimpi
Gita Sri Margiani
Novel
Pandemonium
Bramantio
Novel
Catatan 20 Tahun
Chin Pradigta
Novel
Bronze
Gelinang
Hasan Danakum
Novel
The Diary of The Unlucky Boy : B-Side
Jaydee
Novel
TANPA TAPI
Rahma Pangestuti
Novel
hamburan RAYLEIGH
sanjaya ver
Novel
Portal-Portal Menuju Patah
Firdhaniaty Rachmania
Novel
Bronze
KEDUA KALI
Novya
Novel
Janji Bunga Tulip
Kinarni
Novel
Cut Off
Dewi Fortuna
Flash
Kembali
Selvi Diana Paramitha
Novel
Bronze
Aegis of Us
Arslan Cealach
Novel
Cinta Seorang Politisi pada Pelacurnya
Aji Najiullah Thaib
Rekomendasi
Flash
Pembunuh Mimpi
Gita Sri Margiani
Novel
Namaku Pingku
Gita Sri Margiani
Flash
Siapa Yang Tertawa Tadi Malam
Gita Sri Margiani
Novel
Bronze
Gang Sukacita, 1998
Gita Sri Margiani
Flash
Jujur Untuk Kebenaran Atau Bohong Untuk Pencitraan?
Gita Sri Margiani
Flash
Berakhirnya Pesta Karaoke
Gita Sri Margiani
Novel
JOANA
Gita Sri Margiani
Skrip Film
di balik layar : FIRASAT
Gita Sri Margiani