Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Fatima
0
Suka
2,295
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dalam suatu masa sebuah kepanikan menghantui seorang pemuda yang tersesat ratusan ribu mil dari kota kelahirannya harus mencari sebuah jawaban atas teka-teki yang selalu datang dalam mimpinya. Ia dan kudanya terus bergerak tanpa arah yang pasti hingga di tengah hari yang terik dan dahaga yang terus mengikis kerongkongannya diperlihatkanlah sebuah oasis yang begitu indah, dipenuhi berbagai pohon dan buah-buahan seakan mengajak pemuda itu dan kudanya kesana.

“Ahhhhhhh, sadar… sadar… tidak mungkin ada oasis di sekitar sini. Sedangkan aku sudah menempuh sekian mil tak pernah kutemui tanaman yang tumbuh.” ucapnya sambil menepuk wajahnya.

“Aku dan kudaku mungkin hanya sedang berhalusinasi, Kami sudah bergerak sangat jauh tanpa makanan dan sedikit air. Yah… ini hanya ilusi.” ucapnya untuk meyakinkan dirinya bahwa oasis itu hanyalah tipuan dari batu-batu besar juga lembah-lembah yang di huni hewan buas pemakan daging.

Meskipun mencoba meyakinkan diri itu adalah ilusi, ia dan kudanya tetap saja bergerak perlahan kea rah oasis tersebut. Beberapa meter dari tempat ia dan kudanya berhenti, sang pemuda mengedipkan matanya dan mengusap keringatnya. Namun, alangkah terkejutnya ia, yang dilihatnya adalah oasis yang luas dan benar-benar nyata. Banyak pepohonan, kemah-kemah dan sebuah danau kecil di dekatnya. Tanpa menghela napasnya sang pemuda menarik kudanya dengan keras dan bergegas ke oasis itu.

“Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih telah mengabulkan doa-doaku. Akhirnya aku dan kudaku masih bisa hidup untuk 365 hari kedepan.” ucapnya sambil mengelus-elus poni kudanya yang berbaring disebelahnya.

Namun sesaat kemudian gerombolan orang datang membawa buyung dan berpakaian hitam kearahnya. Sontak sang pemuda dan kudanya terkaget-kaget, bahkan mereka hanya pasrah kepada sang Pencipta atas hidupnya yang tak lama lagi akan binasa.

Gerombolan orang berpakaian hitam itupun sampai dan pemuda yang pasrah sambil memejamkan matanya perlahan membuka pejamannya dan melihat segerombolan orang itu sedang mengambil air dengan buyungnya.

“Alhamdulillah Ya Allah, engkau masih panjangkan umurku dan kudaku.” ucapnya sambil memeluk kudanya.

Sang pemuda pun mengeluarkan kendi airnya dan mengisinya. Belum kendinya penuh terisi air, seorang wanita muda tampak mendekat, kepalanya tertutup kerudung tetapi wajahnya tidak bercadar. Sang pemuda mendekatinya, untuk menanyakan teka-teki dalam mimpinya.

Pada saat itu waktu seakan berhenti bergerak, dan jiwa dunia bergolak dalam dirinya. Ketika sang pemuda menatap mata gelap gadis itu, dan melihat bibirnya yang setengah tertawa dalam kebisuan, dia pun belajar bagian penting dari bahasa yang dikuasai seisi dunia ini—bahasa yang bisa dipahami siapa pun di bumi, di hati mereka. Bahasa cinta. Bahasa yang lebih tua dari pada manusia, lebih kuno dari pada padang pasir ini. Sesuatu yang meletupkan daya yang sama manakal dua pasang mata beradu pandang, seperti terjadi pada mereka di oasis ini.

Gadis itu tersenyum, ini sangat jelas pertanda-pertanda yang ditunggu-tunggu sang pemuda, tanpa menyadarinya, sepanjang hidupnya. Pertanda yang dicari-carinya bersama kuda poninya, didalam doa-doanya dan di dalam keheningan padang pasir ini.

Bahasa dunia yang murni. Bahasa yang tidak membutuhkan penjelasan, seperti halnya jagat raya aini tidak membutuhkan penjelasan dalam perputarannya di ruang-ruang waktu yang tak berujung. Yang dirasakan sang pemuda adalah: dia sedang berhadap-hadapn dengan satu-satunya wanita dalam hidupnya, dan tanpa perlu dijelaskan dengan kata-kata, gadis itu pun merasakan hal yang sama. Pemuda itu yakin sekali akan hal ini, melebihi keyakinannya akan hal-hal lain apapun di dunia.

Sebelum ibunya wafat, Ibunya pernah berkata dia mesti jatuh cinta dulu dan kenal betul akan gadis yang hendak dijadikan pasangan hidupnya. Tetapi orang seperti ibunya barangkali tidak pernah belajar bahasa universal. Sebab, kalau kau mnegerti bahasa tersebut, mudah saja memahami bahwa ada seseorang di dunia ini yang menanti-nantimu, entah di tengah padang gurun atau di kota-kota besar. Dan saat dua orang ini bertemu dan mata mereka beradu pandang, masa lalu dan masa depan tidak lagi penting. Yang ada hanyalah saat ini, serta keyakinan yang amat sangat bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini digoreskan oleh satu tangan yang sama. Tangan yang telah membangkitkan rasa cinta, meciptakan kembaran jiwa untuk setiap orang di dunia. Tanpa cinta semacam itu, mimpi-mimpi kita tak lagi berarti.

Sang pemuda mendekati gadis itu. Gadis itu tersenyum. Sang pemuda membalas senyumannya.

“Siapa namamu?” tanyanya.

“Fatima,” sahut gadis itu sambil mengalihkan mata.

“Di kota kelahiranku juga ada wanita-wanita dengan nama itu.”

“Itu nama anak perempuan nabi,” kata Fatima. “Para penakluk mempopulerkan nama itu ke mana-mana.” Gadis cantik itu berbicara dengan nada bangga tentang para penakluk.

“Siapakah penakluk itu?” tanya sang pemuda.

“Mereka adalah orang yang tahu semua rahasia dunia,” kata gadis itu. “Mereka bisa berkomunikasi dengan jin-jin padang pasir.”

Jin-jin itu adalah roh-roh baik dan jahat. Si gadis menunjuk kearah selatan. Kemudian mengisi buyungnya dan beranjak pergi.

Keesokan harinya sang pemuda kembali duduk bersama kudanya di dekat danau itu, ia berharap bisa bertemu gadis itu lagi.

Setelah menunggu cukup lama, Fatima datang dengan buyungnya dan mengisinya dengan air.

“Aku menunggumu disini sedari tadi. Aku ingin memberitahumu satu hal,” kata sang pemuda. “Aku ingin kau menjadi istriku. Aku mencintaimu.”

Gadis itu menjatuhkan buyungnya, dan air di dalamnya tumpah.

“Aku akan menunggumu disini setiap hari. Aku telah menyeberangi padang pasir ini untuk mencari teka-teki dalam mimpiku. Seorang lelaki tua sering datang dalam mimpiku memberitahukan padaku sebuah harta yang sangat bernilai dan ia memberikanku petunjuknya. Tapi sekarang aku tiba disini dengan kudaku, ini seperti berkah, sebab aku dipertemukan denganmu.”

“Suatu hari nanti kau akan menemukan jawaban teka-tekimu,” kata gadis itu.

Pemuda itu memandangi sekitarnya, pada pohon-pohon hijau yang tumbuh disana. Dia megingatkan dirinya bahwa dulu ia adalah seorang pedagang roti termasyhur, dan ia berhenti lalu mencoba peruntungan lainnya dengan mejadi seorang gembala. Hingga mimpi itu datang dan menuntunnya kesini. Fatima lebih penting daripada teka-teki itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Fatima
Faisal Susandi
Novel
GELORA CINTA DI TENGAH GEJOLAK JAKARTA
Juju jubaedin
Novel
Bronze
Bening dan Banyu
@Fatamorgana16
Novel
Jalang
Dinda Angelica
Novel
True Love
salisa
Novel
Catatan Senja
Denesa Ekalista
Novel
Gold
Love & Gelato
Noura Publishing
Novel
Bronze
Secret Love You
Pitasutria
Novel
Take You Home
Arindra
Flash
Dreamin
Simka Bremana Sinaga
Novel
Bronze
Too Late
Marwah Wafa' Azzahra Choirunnisa
Novel
Gold
Little Bit of Muffin
Bentang Pustaka
Novel
Bu Dosen, Please Be Mine!
Reni Hujan
Flash
Bronze
Akhir Cinta Rahasia
Emma Susanti
Novel
Gold
Senandika Prisma
Falcon Publishing
Rekomendasi
Flash
Fatima
Faisal Susandi
Flash
Bronze
ARUMI
Faisal Susandi
Cerpen
Bronze
Aku Cinta Kau dan Agama Ku (1)
Faisal Susandi
Flash
Bronze
Sebuah Pengakuan
Faisal Susandi
Cerpen
Bronze
tulisan terakhirku
Faisal Susandi
Flash
Bronze
Bukan Selma Karamy
Faisal Susandi
Flash
Bronze
ORCA : Masa Lalu
Faisal Susandi
Cerpen
Bronze
Submerge
Faisal Susandi
Cerpen
Bronze
psychosis.
Faisal Susandi
Flash
Bronze
Untuk Ayah dan Ibu
Faisal Susandi
Flash
Bias
Faisal Susandi
Flash
Bronze
Orca
Faisal Susandi
Novel
Jentaka
Faisal Susandi