Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Amanat pembina upacara...
"Para siswa sekalian, hari ini kita memperingati hari lahirnya pancasila. Tapi sebelum itu saya ingin bertanya, berapa banyak dari kita yang melaksanakan sholat subuh pagi tadi? Berapa banyak dari kita yang ke gereja setiap sabtu atau minggu? Berapa banyak yang mengunjungi pura? Berapa banyak? Hampir dari sebagian dari kalian tidak melaksanakannya, dengan beragam alasan yang terlontar... "
Di lain sisi, seorang guru sedang mengamati sekelilingnya, lalu bertanya pada teman sebelahnya
"Mas, berapa persen siswa yang benar-benar mendengar amanat yang seharusnya berguna bagi mereka"
" Empat puluh? Mungkin"
"Kurang dari itu mas, kita tunggu saja"
Sementara amanat yang penuh marah itu terlontar, mata siswa makin lama makin kosong.
Barangkali terlintas di kepala mereka akan rames dengan lauk apa yang cocok buat sarapan, atau bagaimana jika Lancelot build tank di kombinasikan dengan emblem magic shop, apapun itu yang jelas, perhatian hampir tak ada pada amanat.
"Amanat... Apa itu? Haruskah dengan marah yang berkedok motivasi? Bagaimana perubahan dan identitas bisa ditanamkan dalam kurun waktu mulai hari ini pak?"
Amanat hampir selesai, benar saja, perintah diutarakan 2 kali, itu menandakan bahwasanya kurang dari empat puluh persen dari mereka yang memperhatikan, selebihnya, bebas berpetualang ke mana saja semau mereka.
"Siapa yang memulai amarah ini? Sudah jelas ini bukan amanat" Bisik seseorang entah dari mana
Dibalik itu, suara lucu yang menggemaskan dari pembawa acara terus melanjutkan tugasnya untuk menyelesaikan upacara hari ini. Dan, "Upacara selesai" begitu ucapnya sambil malu-malu juga deg-degan sebab tugas yang terlampau serius itu telah ia jalani dengan sepenuh hati.
"Apakah boleh jika guru mengikuti kata hatinya?" Seseorang berkata, lalu hilang.