Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
30
Suka
7,532
Dibaca

Dewasa ini individu-individu di luar sana fasih dalam berlantang suara membela kepekaan humanis. Menggerogoti segala bentuk kekuasaan atas liberalis duka lama menjadikan mereka tuan di segala penunjuk arah.

Seorang berkata bahwa jika engkau berada di jalan perjuangan, maka hantam saja semua yang mengganggu, perihal akibat itu urusan akhirat. Sewajarnya kita tahu bahwa kalimat tersebut memberikan dorongan akal yang sama sekali tak sehat, akan tetapi langsung direspon oleh tubuh layaknya suplemen penambah stamina.

Pergerakan-pergerakan yang berangkat dari kebakaran besar akal sehat sepatutnya tak mengkontaminasi era gempuran ini, sebab tipu muslihat dewasa ini sudah marak, bahkan hampir menyamai dakwah da'i.

Sebagai seorang makhluk individual, manusia yang memiliki akal sehat, sewajarnya tak gentar dan tak berpengaruh akan hal itu. Tapi kasusnya sedikit melenceng dari dawai kehidupan.

Manusia meneriaki manusia lain agar saling tolong menolong, dengan cara menggonggong manusia tersebut tak peduli beberapa hati yang tersenggol, yang jelas, harus ada hitam di atas putih.

Tak jarang berbekal ilmu pengetahuan berbasis data dan fakta beberapa dari mereka menggiring opini, yang awalnya berbentuk surat fraksi untuk bupati, lalu beralih menjadi sebuah diksi para patah hati.

Memang hidup di zaman modern benar-benar dituntut berakal, juga sehat tentunya.

"Ini untuk kebaikanmu, aku tahu itu!"

"Tidak nona, kau tak paham akan hakikat manusia. Sayang katamu? Ini sebuah penjajahan ulung! Bukankah negara kita sudah merdeka 3,5 abad yang lalu? Lantas mengapa masih saja mengalir darah koloni padamu?"

Kala itu bung Karno berpidato dengan lantang bahwa:

"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan"

Beberapa dari mereka memang tidak malu mengekang perbudakan, mendeklarasikan tuntunan dalam wujud metafisika, juga menyebarkan petuah layaknya syair muda-mudi.

Alangkah baiknya, jika para humanis di antara kita mampu mencerna sega bentuk fraksi maupun fiksi, melalui akal yang sehat. Jika tidak juga tak masalah, masih banyak urat nadi di dunia ini yang menunggu kau putuskan. Menyenangkan bukan?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
Bronze
Sejarah adalah Pohon adalah Sejarah
Santama
Flash
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
Rizky aditya
Cerpen
Bronze
Jejak di Bawah Reruntuhan
Mochammad Ikhsan Maulana
Novel
BERNGA
Charlotte Diana
Novel
Gold
Death in Babylon, Love in Istanbul
Bentang Pustaka
Flash
1983. Kesaksian
Nur Rama Data Kapentas
Cerpen
Anak Di Tanah Konflik
Temu Sunyi
Novel
Sialang dan Kubu Terakhir
Eko S. Ayata
Flash
Bronze
30 Hari Bulan September
Silvarani
Novel
Bronze
Pelita Luka Menanti Senja
Temu Sunyi
Novel
Bronze
Keris Bima Sakti: The Return Of Jena Teke
Vitri Dwi Mantik
Cerpen
Bronze
Ayah Selalu Dikejar Anjing
Lian lubis
Novel
Bronze
Maya
sukadmadji
Novel
Bronze
Sepupu favorit ku
Minji
Novel
Prahara DiCameti Galing
mang giok
Rekomendasi
Flash
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
Rizky aditya
Novel
Munyerau
Rizky aditya
Flash
Janji Hujan Pada Api
Rizky aditya
Flash
Upacara pagi pancasila
Rizky aditya
Flash
Unjuk Rasa; Bung kecil berhati besar
Rizky aditya
Flash
Dewasa, dari mulut ke mulut
Rizky aditya
Novel
How if; I not Loopy
Rizky aditya