Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
30
Suka
5,199
Dibaca

Dewasa ini individu-individu di luar sana fasih dalam berlantang suara membela kepekaan humanis. Menggerogoti segala bentuk kekuasaan atas liberalis duka lama menjadikan mereka tuan di segala penunjuk arah.

Seorang berkata bahwa jika engkau berada di jalan perjuangan, maka hantam saja semua yang mengganggu, perihal akibat itu urusan akhirat. Sewajarnya kita tahu bahwa kalimat tersebut memberikan dorongan akal yang sama sekali tak sehat, akan tetapi langsung direspon oleh tubuh layaknya suplemen penambah stamina.

Pergerakan-pergerakan yang berangkat dari kebakaran besar akal sehat sepatutnya tak mengkontaminasi era gempuran ini, sebab tipu muslihat dewasa ini sudah marak, bahkan hampir menyamai dakwah da'i.

Sebagai seorang makhluk individual, manusia yang memiliki akal sehat, sewajarnya tak gentar dan tak berpengaruh akan hal itu. Tapi kasusnya sedikit melenceng dari dawai kehidupan.

Manusia meneriaki manusia lain agar saling tolong menolong, dengan cara menggonggong manusia tersebut tak peduli beberapa hati yang tersenggol, yang jelas, harus ada hitam di atas putih.

Tak jarang berbekal ilmu pengetahuan berbasis data dan fakta beberapa dari mereka menggiring opini, yang awalnya berbentuk surat fraksi untuk bupati, lalu beralih menjadi sebuah diksi para patah hati.

Memang hidup di zaman modern benar-benar dituntut berakal, juga sehat tentunya.

"Ini untuk kebaikanmu, aku tahu itu!"

"Tidak nona, kau tak paham akan hakikat manusia. Sayang katamu? Ini sebuah penjajahan ulung! Bukankah negara kita sudah merdeka 3,5 abad yang lalu? Lantas mengapa masih saja mengalir darah koloni padamu?"

Kala itu bung Karno berpidato dengan lantang bahwa:

"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan"

Beberapa dari mereka memang tidak malu mengekang perbudakan, mendeklarasikan tuntunan dalam wujud metafisika, juga menyebarkan petuah layaknya syair muda-mudi.

Alangkah baiknya, jika para humanis di antara kita mampu mencerna sega bentuk fraksi maupun fiksi, melalui akal yang sehat. Jika tidak juga tak masalah, masih banyak urat nadi di dunia ini yang menunggu kau putuskan. Menyenangkan bukan?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
Rizky aditya
Novel
Bronze
S-Class Guide Ingin Menjadi Tukang Roti
Noctis Reverie
Flash
Memaki Kera dan Babi
Hani Abla
Novel
Gold
Mencari Buah Simalakama
Bentang Pustaka
Cerpen
Lentera Terakhir di Benteng Ujung Galuh
Penulis N
Novel
Bronze
Legenda Negeri Bharata
Putu Felisia
Flash
Jangan Menungguku
Laila NF
Skrip Film
Keris Bima Sakti: The Return of Jena Teke
Vitri Dwi Mantik
Cerpen
Bronze
Hal yang Tak Bisa Mereka Mengerti
Anisha Dayu
Flash
Apa Nikmatnya Jadi Rakyat?
Nana Mangoenmihardjo
Cerpen
Bronze
Kata Terakhir
Ron Nee Soo
Flash
Negeriku
Rahmatul Aulia
Flash
Drupadi
Nur Khafidhin
Novel
Bronze
Senja Di Pantai
sukadmadji
Flash
Surat dari Batavia ke Soerabaya
Lentera jingga
Rekomendasi
Flash
Un Memoria, Sebuah peristiwa; Tergoroknya Urat Malu
Rizky aditya
Flash
Janji Hujan Pada Api
Rizky aditya
Novel
Munyerau
Rizky aditya
Flash
Upacara pagi pancasila
Rizky aditya
Flash
Dewasa, dari mulut ke mulut
Rizky aditya
Flash
Unjuk Rasa; Bung kecil berhati besar
Rizky aditya
Novel
How if; I not Loopy
Rizky aditya