Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sejujurnya saya memiliki niat yang besar untuk mengajak Violina ke rumah makan nasi goreng terenak di Kota Makassar dan setelah itu bergeser ke Coffee Shop, sambil memberikan sesuatu yang bisa membuat wajahnya merah seperti kepiting rebus. Pokoknya saya mau meluangkan waktu bersama Violina, sebisa mungkin berjam-jam.
Sudah jauh hari saya memikirkan apa saja yang perlu dibahas dengan Violina. Tentang bagaimana suasana di Bali, perkuliahannya, kabar keluargaku dan keluarganya, pencapaian apa saja yang sudah diraihnya, ilmu pengetahuan apa saja yang didapatkannya, dan rasa penasaranku yang lainnya.
Saya juga sudah membayangkan bagaimana suasana diskusi kami nanti, bagaimana keseriusan wajahnya untuk merespons ceritaku dan kupastikan Violina bersifat curang padaku yang kumaksudkan adalah dia pasti menjadi pendengar saja dan membiarkanku bercerita terus.
Saya :
Sudah di mana kamu?
Saya mengirimi Violina pesan WhatsApp, sembari menumpahkan kit motor di sadel.
Violina :
Di bandara, Bro!
Saya :
Ok... Mbak Bro. Ditunggu kabar selanjutnya.
Singkat saja chatting-an kami karena saya juga mengerti kalau dia pasti lagi sibuk mengurusi barang bawaannya. Lima belas menit sudah berlalu, sebuah pesan dari Violina pun tak kunjung masuk di WA. Biar tidak terlalu bosan menunggunya, saya memutuskan untuk nongkrong di indomaret dan kebetulan tenggorokanku juga sudah mulai bosan dibasahi dengan air ludahku sendiri.
Saya baru saja membayar lunas minuman pulpy orange dingin di kasir, kemudian saya beranjak keluar dan mulai duduk dan menikmati minuman dinginku. Tiba-tiba pesan WA dari Violina masuk di pukul 19.21 WITA.
Violina :
Hans... Sepertinya tidak memungkinkan kita bertemu malam ini.
Setelah membaca pesan itu, pikiran negatif muncul di kepalaku dan saya terdiam seribu bahasa.
Violina :
P
P
P
Violina terus spam chat dan saya mengabaikannya cukup lama. Pesan Violina masuk.
Violina :
Piu
Saya mencoba memberanikan diri untuk membalas pesannya.
Saya :
Yah. Oh, kenapa?
Pesanku langsung dibaca oleh Violina.
Violina :
Saya berangkat langsung ya ke Palu. Sampai jumpa, Hans!
Saya langsung mendadak merasa kehilangan diriku sesudah membaca pesannya itu.
Saya :
Ok. Hati-hati saja ya.
Violina :
Iya, terima kasih Bro!
Tanpa berlama-lama lagi saya langsung menuju ke arah motorku. Saat motor sudah saya nyalakan, sebuah pesan WA dari Violina pun masuk lagi.
Violina :
Piu
Piu
Saya lagi makan ini di Sari Laut dengan beberapa temanku dari Bali. Sambil tunggu bus itu datang menjemput. Sini... Hanssss, masih ada waktu ketemu sebentar yok.
Membaca pesan itu, perasaanku semakin kacau karena setahu saya Violina datang seorang diri dan ingin kubawa pergi sampai pukul 22.00 WITA lalu dia bakal pesan tiket bus malam yang berangkat pukul 11 malam nanti. Saya tidak berniat lagi untuk membalas pesannya dan kuputuskan untuk pulang ke rumah saja langsung.
Sementara saya lagi mengendarai motor, handphoneku terus bergetar dan kupastikan itu pesan dari Violina. Karena rasa penasaranku masih cukup besar, saya berhenti sejenak di pinggir jalan untuk membaca pesan masuk itu.
Violina :
P
P
Ayokkkkkkkk!!! Hai!!!!!!
Saya hanya ketawa kecil membaca pesan Violina itu, bertanda memaksakan diriku agar tampak kuat menghadapi sebuah kekecawaan dari Violina malam ini dan saya bersikeras untuk tidak membalas setitik pun pesan darinya itu.
*CERITA SINGKATKU INI SUDAH TAMAT* :)