Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Laju Lari
9
Suka
3,212
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Empat deret angka tercetak di kertas kusut yang menempel di dadanya, bergoyang seiring kaki mengayun, menapaki lintasan aspal Simpang Karet menuju Simpang Ngroto. Ia tak sempat menyimpan oksigen lebih banyak lagi, ruang di paru-parunya mengembang dan mengempis terlampau cepat.

Riuh tepuk tangan bocah di jalanan menerbangkan sekelebat kenangan tahun lalu, mengembalikan memori yang sempat hilang menguap direbus rutinitas ibukota. Ada kenangan dalam jalinan kokoh otot betisnya, tentang berlari dari masa lalu, dan hantu bernama etos kerja.

Ia berdoa, semoga saja, tubuhnya tak kalah pada pikiran yang meracuni setiap sel dengan lelah; perih; pegal; dan kesakitan. Hampir empat jam bersama lejit otot yang mengokang kakinya berlari, menembus riuh pemukim sekitar jalanan yang dilalui, menuju gapura buatan di kaki candi, mengarah ke Taman Lumbini.

Cadangan glikogennya menipis, tubuhnya didera rasa lelah tak berkesudahan. Kenapa pelari melakukan hal ini lagi dan lagi, meski mereka tahu rasanya dikejar beban letih. Ia tahu itu sejak kakinya baru saja memulai pelariannya, meskipun tak pernah bisa dijawab dengan sempurna, tungkai itu tak pernah lelah memijak lajur kakinya menapak.

Ada kalanya gerimis datang mengoyak keyakinannya menambah endorphin dalam darah, tetapi lagi dan lagi, sepatunya selalu menemukan jalan untuk menggentus kaki itu tetap melaju.

“Kamu seperti lari dari kenyataan”, kata mereka. Tetapi ia tak pernah ambil peduli untuk sekadar gubris apalagi berhenti. Keruwetan rutinitas mencari nafkah, menjadi alasannya mengambil jeda sejenak sebelum kembali bernapas lagi, bersama manusia statis lainnya. Ia menemukannya pada jarak laju, sebuah suaka bernama kecepatan.

Kita hanya bisa bergerak, jika ada jarak. Maka berpuluh kilometer yang ditempuh pun tak jadi tegahan, menarik garis tempuh dalam mencipta keseimbangan.

Pada hari-hari rutinitasnya berjalan, konstelasi kehidupan berputar searah kesepakatan kolektif, materi sebagai porosnya. Semesta selalu mencipta manusia untuk berperan ganda, memerankan oposisi biner menjadi Si Statis dan Si Dinamis.

Peluh meleleh di setiap kelenjar permukaan tubuhnya, menetes seperti lilin yang dipanaskan, di bawah pijar Sang Baskara. Laju kakinya menembus 4,5 menit pe kilometer, menuju garis akhir yang mulai tampak.

Seperempat kilometer terakhir, bendera-bendera sponsor mulai tampak berkibar di kiri-kanan jalan, kerumunan penonton bersorak sorai. Ia menjaga kokangan kakinya dengan konstan, detak jantungnya bergerak menuju angka di atas 120 BPM. Ketukan drum Brad Wilk bertalu-talu di telinganya, Zack de la Rocha memaki-maki, (Born of a Broken Man) ikut membakar langkahnya membelah rute. Meski tak yakin apakah cadangan kalorinya masih cukup untuk melaju lebih kencang lagi.

Ia memelesat dalam kecepatan tak tertangkap lensa wartawan. Seperti peluru, tubuhnya menumpu ke depan menyentuh garis akhir, menyalip kaki-kaki lain yang coba menahannya. Sorak sorai, gemuruh suara-suara tak dikenal mengalahkan musik yang menutup lubang telinganya. Ada adrenalin yang mengalir, membawa setitik rasa haru dan bangga di dadanya. Pelari itu menaklukkan trek dan hantu-hantu di kepala, ia menang berperang melawan rasa takut dan lelah.

Beberapa tubuh tergolek di tenda panitia, hit the wall katanya. Aliran glikogen mereka menipis, tak bisa memompa lagi energi untuk didistribusikan. Sebagian tak sanggup lagi melanjutkan perjalanannya menuju garis akhir.  

Pelari itu berjalan gontai, menuju kerumunan yang tak dikenalnya. Ia duduk di kerimbunan pohon, meneguk sebotol air isotonik dingin dalam genggamannya. Meski esok, kembali lagi menjadi robot kehidupan, dan bergabung bersama rotasi kelelahan yang lain. Pelari itu pulang membawa peluh dan senyum di wajahnya.  

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@egidperdana89 : Waaah, makasih ya kritiknya. Semoga bisa menjadi catatan saya untuk karya lainnya 😊🙏 Terima kasih sudah mampir dan membaca ☺️🙏
great story. tapi saran saya untuk membuat suatu karya lebih baik karyanya jangan hanya dimengerti oleh diri sendiri atau sekelompok orang saja, soalnya saya lihat disini ada kata-kata yang hanya dimengerti penggemar sastra saja, itupun tidak semua tahu. 🌟🌟🌟/🌟🌟🌟🌟, kalau bahasanya lebih universal nilainya akan lebih tinggi. Salam kenal. 🤗🙏
Sama2 semangat ya buat FF saya suka baca FF.
Makasih banyak, Mbak @darmalooooo 🙏 Makasih udah mampir 🥰
Endingnya mantap! Saya suka narasinya
Makasih, Mbak @semangat123 apresiasinya selalu bikin berbunga-bunga 🥰🙏
Dalam sekali....MANTAP :)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Bukan Cinta Picisan
Nur'afifah Hasbi Nasution
Novel
Gold
Hitam Putih
Mizan Publishing
Flash
Laju Lari
Foggy F F
Novel
Seia Sekata
kearaami
Novel
APRILIA
veren felicia
Cerpen
Kemboja Kelopak Empat
Suryawan W.P
Novel
Umbara
Dzalabu
Novel
Bronze
Pesawat kertas
byrainy
Novel
Bronze
Swara Guntur, 1998
Sayap Monokrom
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Novel
Bronze
Pelangi Dibalik Hujan
Demelza Fidelia
Flash
ES AIRMATA BAHAGIA
Faisal Syahreza
Novel
Bronze
Kembar dari Hongkong
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Reinan
3.R².L.A²
Novel
Bronze
ADORASI: Kau Tak Dapat Berdiri Sendiri
Ai Gumiar
Rekomendasi
Flash
Laju Lari
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy F F
Novel
Bronze
Kue Lumpur Kayu Manis dan Rancang Bangun
Foggy F F
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy F F
Cerpen
Bronze
The Legacy
Foggy F F
Flash
Rohaya dan Secangkir Sidikalang
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Mengadili Sengkuni
Foggy F F
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Babi Ngepet
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Pesawat Kertas
Foggy F F
Flash
Putra
Foggy F F
Flash
Merindu di Safarwadi
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Rawallangi, Si Gadis Angin
Foggy F F