Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Laju Lari
19
Suka
18,815
Dibaca

Empat deret angka tercetak di kertas kusut yang menempel di dadanya, bergoyang seiring kaki mengayun, menapaki lintasan aspal Simpang Karet menuju Simpang Ngroto. Ia tak sempat menyimpan oksigen lebih banyak lagi, ruang di paru-parunya mengembang dan mengempis terlampau cepat.

Riuh tepuk tangan bocah di jalanan menerbangkan sekelebat kenangan tahun lalu, mengembalikan memori yang sempat hilang menguap direbus rutinitas ibukota. Ada kenangan dalam jalinan kokoh otot betisnya, tentang berlari dari masa lalu, dan hantu bernama etos kerja.

Ia berdoa, semoga saja, tubuhnya tak kalah pada pikiran yang meracuni setiap sel dengan lelah; perih; pegal; dan kesakitan. Hampir empat jam bersama lejit otot yang mengokang kakinya berlari, menembus riuh pemukim sekitar jalanan yang dilalui, menuju gapura buatan di kaki candi, mengarah ke Taman Lumbini.

Cadangan glikogennya menipis, tubuhnya didera rasa lelah tak berkesudahan. Kenapa pelari melakukan hal ini lagi dan lagi, meski mereka tahu rasanya dikejar beban letih. Ia tahu itu sejak kakinya baru saja memulai pelariannya, meskipun tak pernah bisa dijawab dengan sempurna, tungkai itu tak pernah lelah memijak lajur kakinya menapak.

Ada kalanya gerimis datang mengoyak keyakinannya menambah endorphin dalam darah, tetapi lagi dan lagi, sepatunya selalu menemukan jalan untuk menggentus kaki itu tetap melaju.

“Kamu seperti lari dari kenyataan”, kata mereka. Tetapi ia tak pernah ambil peduli untuk sekadar gubris apalagi berhenti. Keruwetan rutinitas mencari nafkah, menjadi alasannya mengambil jeda sejenak sebelum kembali bernapas lagi, bersama manusia statis lainnya. Ia menemukannya pada jarak laju, sebuah suaka bernama kecepatan.

Kita hanya bisa bergerak, jika ada jarak. Maka berpuluh kilometer yang ditempuh pun tak jadi tegahan, menarik garis tempuh dalam mencipta keseimbangan.

Pada hari-hari rutinitasnya berjalan, konstelasi kehidupan berputar searah kesepakatan kolektif, materi sebagai porosnya. Semesta selalu mencipta manusia untuk berperan ganda, memerankan oposisi biner menjadi Si Statis dan Si Dinamis.

Peluh meleleh di setiap kelenjar permukaan tubuhnya, menetes seperti lilin yang dipanaskan, di bawah pijar Sang Baskara. Laju kakinya menembus 4,5 menit pe kilometer, menuju garis akhir yang mulai tampak.

Seperempat kilometer terakhir, bendera-bendera sponsor mulai tampak berkibar di kiri-kanan jalan, kerumunan penonton bersorak sorai. Ia menjaga kokangan kakinya dengan konstan, detak jantungnya bergerak menuju angka di atas 120 BPM. Ketukan drum Brad Wilk bertalu-talu di telinganya, Zack de la Rocha memaki-maki, (Born of a Broken Man) ikut membakar langkahnya membelah rute. Meski tak yakin apakah cadangan kalorinya masih cukup untuk melaju lebih kencang lagi.

Ia memelesat dalam kecepatan tak tertangkap lensa wartawan. Seperti peluru, tubuhnya menumpu ke depan menyentuh garis akhir, menyalip kaki-kaki lain yang coba menahannya. Sorak sorai, gemuruh suara-suara tak dikenal mengalahkan musik yang menutup lubang telinganya. Ada adrenalin yang mengalir, membawa setitik rasa haru dan bangga di dadanya. Pelari itu menaklukkan trek dan hantu-hantu di kepala, ia menang berperang melawan rasa takut dan lelah.

Beberapa tubuh tergolek di tenda panitia, hit the wall katanya. Aliran glikogen mereka menipis, tak bisa memompa lagi energi untuk didistribusikan. Sebagian tak sanggup lagi melanjutkan perjalanannya menuju garis akhir.  

Pelari itu berjalan gontai, menuju kerumunan yang tak dikenalnya. Ia duduk di kerimbunan pohon, meneguk sebotol air isotonik dingin dalam genggamannya. Meski esok, kembali lagi menjadi robot kehidupan, dan bergabung bersama rotasi kelelahan yang lain. Pelari itu pulang membawa peluh dan senyum di wajahnya.  

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (9)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Berjuta Luka
Risma Mutia .I
Flash
Laju Lari
Foggy FF
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Novel
Dealova story cafe and coffe,by khaerunnisa
Khaerunnisa
Novel
The Wounded Soul
Risa Chamdiah
Novel
Bronze
R.E.F.U.N.D
Agnes Julianti Halim, S. MG
Flash
Bronze
Kisah Putri Gracia
Nuel Lubis
Cerpen
The Legacy
Foggy FF
Novel
Bronze
Friends
Arinaa
Novel
Wood, Fire, and Rain
naomi leon
Cerpen
Bronze
Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga
Habel Rajavani
Novel
Reverie
Qonitatur Rasyidah
Novel
Bronze
1950
Onet Adithia Rizlan
Novel
Irama Bulan
Ilestavan
Cerpen
Bronze
Kenangan di Dunia Anime
Mochammad Ikhsan Maulana
Rekomendasi
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Flash
Laju Lari
Foggy FF
Cerpen
The Legacy
Foggy FF
Cerpen
KETIKA KEMATIAN MENGEDIPKAN SEBELAH MATANYA.
Foggy FF
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy FF
Flash
Kapan-Kapan Kita Foto Berlatar Biru
Foggy FF
Novel
Bhanuresmi
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Save the Last Dance
Foggy FF
Cerpen
Namaku Luka
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Flash
Mendedah Mimpi Warhol
Foggy FF
Flash
Aku, Dirimu, dan Palung Mariana
Foggy FF
Flash
Merindu di Safarwadi
Foggy FF